0.1 : Diávolos

34.8K 1.3K 75
                                    

HAI!! MAKASIH UDAH SEMPETIN MAMPIR KESINI^^

⚠️WAJIB BACA❗ PENTING⚠️
DI MOHON, UNTUK PEMBACA OFFLINE, KALAU UDAH SELESAI BACA JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK YA, SETIDAKNYA KALAU NGGAK KOMEN, ITU VOTE. BIAR AKU TAU, KALAU KALIAN UDAH BACA CERITA INI ❤️‍🔥

HAPPY READING 💘

HAPPY READING 💘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Di dalam sebuah bangunan yang sudah tak terawat. Banyak akar liar dimana-mana, serta cat tembok yang mulai memudar. Terdapat beberapa anak manusia yang sedang bersantai sembari membicarakan sesuatu.

"Ja, kemarin lo mantep banget sumpah. Si Elsa sampe nangis kejer, gara-gara lo siram pake air bekas ngepel." Setelah mengatakan itu, dia tertawa keras mengingat kejadian kemarin.

Raja, cowok itu hanya tersenyum miring mendengar ucapan temannya. Ia kembali menyebat sebatang rokok, kemudian membuangnya asap itu. "Siapa suruh dia nginjek sepatu gue." Raja berkata dengan nada sinis.

"Dia kayak nggak tau aja sepatu Raja harganya berapa. Gue rasa jual ginjal dia aja nggak cukup, ya kan Gi?" tanya cowok yang memakai hoodie hitam di tubuhnya.

Sedangkan cowok yang berambut pirang itu mengangguk mengiyakan.

"Ja, besok masuk ke kelas nggak? Ada pelajarannya Pak Trisno soalnya, kan lumayan tuh buat main-main, haha." Sean tergelak sembari memukul bahu Yogi, yang sedang asik makan cemilan.

"Bangsat anjir! Makanan gue jadi jatuh. Sialan lo!" Yogi berdecak kesal. Karena Sean, makanan yang akan ia makan menjadi jatuh. Sungguh di sayangkan.

"Ya maap, maap. Gue nggak tau. Gitu doang ngambek lo. Kayak perawan," ujar Sean. Kemudian mengambil makanan ringan yang jatuh. "Nih, gue elapin. Sok, dimakan deui."

Yogi memukul kening Sean. "Jorok banget lo, anjir."

"Besok kita masuk kelas. Nggak ada yang boleh bolos untuk pelajaran pertama dan kedua. Setelahnya terserah kalian." Suara tegas dan berat menghentikan aksi kucing-tikus yang dilakukan oleh Yogi dan Sean.

"Asik nih, gue udah siapin sesuatu khusus untuk Pak Trisno," ujar Jordy menggosok telapak tangannya. Kemudian merangkul bahu Yogi sembari tersenyum penuh arti.

Yogi pun paham. "Ah! Gue tau akal licik lo, haha. Sip lah, gue bantu besok."

Anres, cowok yang sejak tadi asik di depan handphone itu menoleh ke arah mereka. "Eh, bahas apaan?"

Jordy mengambil bantal sofa, lalu melemparkannya ke muka Anres. "Makanya dengerin. Jangan cuma liatin snap mantan," celetuknya.

"Enggak ya. Gue mah anti mantan-mantan club," ucapnya sombong.

"Yee kambing. Mantan lo sebejibun, lo kata anti mantan, lambemu!" seru Jordy.

"Heh! Lo berdua gaduh banget, heran gue. Si Axel aja kalem, noh liat tuh duduk anteng." Yogi tampak bersungut-sungut. Membuat kedua anak manusia itu menghentikan adu mulutnya, dongkol. Kemudian beralih menatap Axel yang sedari tadi diam di depan laptop.

"Alah sia. Kayak nggak tau kelakuan dia aja. Kalo udah anteng gitu mah gue paham. Apalagi kalo bukan nonton ono," celoteh Sean, melempari Axel dengan ciki milik Yogi. Namun rupanya, Axel masih anteng.

"Heh ketua muda! Diem-diem bae lo. Kesambet penunggu sini baru nyaho lo, ntar," maki Sean.

Axel yang mulai terganggu pun menutup laptopnya, kemudian menatap tajam sang pelaku. Sementara Sean yang merasa terintimidasi memilih memalingkan wajahnya sembari berdehem.

"Hahaha mampus lo. Makanya jangan bangunin buaya tidur." Yogi mencemooh Sean. Ia terus tergelak bersama dengan Anres di sampingnya.

Sementara Raja, cowok itu hanya tersenyum singkat.

"Ngomong apa lo tadi?" Axel bertanya dengan santai. Namun tetap saja nadanya begitu tajam.

"Hah? Apa? Enggak. Tadi si Yogi noh yang bilang. Bukan gue, suer deh. Beneran," ujar Sean yang tentu saja berbohong.

"Sini lo." Axel menyuruh Sean agar mendekat ke arahnya. Namun cowok itu menggeleng. Menatap Raja, seolah meminta pertolongan.

"Ck! Buruan sini."

"Udah sana, buruan. Dari pada nanti lo kena amuk, haha. Semoga abis ini nyawa lo masih utuh ya. Say good bye to Sean." Anres melambaikan tangannya kecil sembari tertawa.

"Ja, tolong lah Ja. Gue nggak mau mati sekarang. Gue belum nikah Ja..." pinta Sean dengan wajah penuh melas.

Raja hanya terkekeh. Kemudian menatap Axel. "Udah lah biarin aja Xel. Lo nggak liat mukanya udah kayak orang sakarotul maut."

Mereka terbahak-bahak mendengar penuturan Raja. "Siapa yang bilang gue mau bunuh lo? Utang lo ke gue masih bejibun," cerca Axel.

Sean menggaruk tengkuknya canggung. "Disini jangan ngomongin gitu lah. Kita kan kawan, hehe. Ntar deh gue bayar ... tapi kapan-kapan ya?"

Axel memutar matanya malas. "Beli motor aja bisa, masa bayar utang enggak," sindirnya. Namun semua itu hanya candaan belaka. Memang sih, Sean itu mempunyai utang padanya. Tapi ia tak begitu mempermasalahkannya. Bahkan ia sudah menganggap lunas utang 10 juta itu.

"Kelupaan gue, hehe."

Raja melirik ke arah jam yang sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Kemudian menatap anggota inti Diávolos. "Balik, udah jam segini," perintah Raja.

"Lah iya, perasaan tadi baru jam delapan," ujar Anres setelah melihat jam.

"Gi, beresin noh makanan lo. Jangan bisanya nyampah," cerca Sean.

"Iya! Lo juga bantuin njir. Jangan bisanya numpang makan aja."

Setelah tempat kembali beres, mereka pulang ke rumah masing-masing. Saat hendak menyalakan mesin motor, ia sempat melihat handphone nya yang didalamnya banyak panggilan tak terjawab dari seseorang.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TO BE CONTINUED 👋🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TO BE CONTINUED 👋🏻

HAI!!! KITA KETEMU LAGI DI CERITA INI^^
SEMOGA SEKARANG DAM KEDEPANNYA, KALIAN SUKA YAA❤️

KALO RAME, BESOK AKU UP LAGI😼🔥

JANGAN LUPA UNTUK SELALU VOTE AND KOMEN ‼️

YANG BELUM FOLLOW, SILAKAN FOLLOW DULU YA🐻

SEMOGA BISA MENAMATKAN CERITA INI DENGAN LANCAR🔥🖐🏻

REX IMPORTUNUS | King BullyingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang