0.4 : Perpecahan Keluarga

10.9K 649 122
                                    

ANRES on mulmed⬆️⬆️

Yuhuu kambek lagi sama saya😼
Siap baca????

Niatnya mau besok, tapi gapapa deh🐻
Yuk bisa yuk 60 Vote and 50 Komen untuk Next!! Kalo bisa, langsung ku up part selanjutnya yang ergh☺️

Tandai jika ada Typo📌

HAPPY READING 💘

HAPPY READING 💘

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

"Perhatiin titik ini baik-baik. Jadi, nanti kita akan bagi tiga tim. Untuk tim A, di titik bagian tengah. Tim B, titik sebelah kanan, dan Tim C sebelah kiri. Nanti per ketua gue kasih walkie talkie buat komunikasi." Raja menjelaskan letak-letak posisi mereka di peta yang terpampang di sebuah kertas besar. "Axel lo ketuai Tim B, Jordy lo ketuai Tim C. Kalian jaga-jaga di sisi gang ini, pastiin warga sekitar nggak ada yang lewat. Selebihnya biar gue sama Tim A yang urus."

Semuanya mengangguk paham. Namun, salah satu dari mereka menunjuk atap. Raja menatap orang itu dengan datar.

"Izin bertanya, ketua. Kita bawa senjata atau tangan kosong?"

Raja menganggukkan kecil kepalanya. "Nggak ada yang boleh bawa senjata tajam ataupun berapi. Kita pake tangan kosong."

"Tapi ketua-"

"JANGAN MEMBANTAH!!"

Hening. Seketika keadaan hening. Tak ada yang berani berbicara setelahnya. Bahkan bernafas pum mereka takut hembusan napas mereka terdengar.

"Gue tanya. Untuk war lusa, siapa yang nggak bakalan ikut?" Pertanyaan yang Raja lontarkan begitu santai. Namun berbanding terbalik dengan aura yang ia keluarkan.

Raja melihat seluruh pasukannya. Tak ada yang mengangkat tangan. Ia melipatkan tangannya di depan dada. "Oke. Lusa berarti harus berangkat semua tanpa terkecuali."

***

"Semoga cepet sembuh ya." Riska terus memegangi tangan kiri Karin yang terdapat infusan.

Dia sendiri menemani Karin. Bi Uni tadi pamit pulang karena harus membereskan rumah dan yang lain. Sementara sedari tadi Riska menelepon Tante Cey, namun tak ada jawaban dari panggilan itu.

Hari sudah semakin sore. Riska juga beberapa kali mendapat telepon dari ibunya yang menanyakan kabar darinya. Ia mengatakan bahwa dirinya tak bisa pulang, karena harus menemani temannya di rumah sakit.

Yang membuatnya terpukul adalah saat dokter pribadi keluarga Karin mengatakan bahwa penyakit yang di derita Karin kambuh. Dokter juga berkata bahwa Karin harus perbanyak istirahat juga tidak boleh kelelahan. Riska menangis kembali mengingat perkataan dokter tadi.

"Rin, semoga kamu besok bisa pulang ya."

Pintu ruangan terbuka, dengan cepat Riska menoleh. Di ambang pintu, berdiri dua orang dewasa dengan raut muka khawatir. Riska beranjak dari duduknya. Kemudian mendekati dua orang dewasa itu.

"Om, Tante. Silakan masuk," ucap Riska sopan.

Cey langsung duduk di kursi samping tempat Karin tertidur. Wanita berkepala 3 itu mengenggam tangan anaknya. "Sayang, maafin mamah ya? Tadi mamah harus meeting dulu sama klien penting-"

"Kamu, sampai kapan kamu mementingkan pekerjaan ketimbang anak hah?! Dari dulu kamu selalu seperti itu!" seru Antonio- Papah dari Karin itu memandang sengit ke arah istrinya.

Cey memandang suaminya, murka. "Aku kayak gini juga karena siapa!? Karena kamu! Kamu yang selalu selingkuh dan nggak mau tanggung jawab sama keluargamu sendiri! Tolong sadar diri!"

Riska yang melihat perdebatan itu mencoba menenangkan. "Om, Tante. Sebelumnya Riska minta maaf. Ini rumah sakit, lagi pula Karin baru aja istirahat. Riska minta tolong ke kalian kalo mau ribut jangan disini ya?" Riska berbicara dengan nada sopan.

Antonio mendengus. Kemudian memilih pergi dari ruangan itu. Sementara Cey menghampiri Riska, mengusap rambut gadis itu. "Maaf ya gara-gara kami tadi, kalian ke ganggu. Makasih udah temenin Karin. Makasih udah mau jadi sahabat Karin, ya?"

Riska tersenyum. Kemudian mengangguk. "Iya tante. Malahan Riska yang harusnya terima kasih. Karena Karin udah mau nerima Riska jadi sahabat Karin."

"Kamu udah makan? Tadi tante bawa makanan. Sana di makan dulu."

"Nggak usah, tan."

"Eh, jangan nolak dong. Tante maksa."

***

"KAMU INI GAK BECUS JADI KEPALA KELUARGA!!" Bunyi bantingan vas bunga terdengar saat seorang remaja lelaki memasuki rumahnya. Ia memejamkan matanya sejenak.

"KAMU YANG TIAP HARI BUANG-BUANG UANG SAYA! BUKANNYA MENGURUS ANAK MALAH PERGI-PERGI NGGAK JELAS!!! DI MANA TANGGUNG JAWAB KAMU SEBAGAI IBU, HAH!"

"Aku pergi-pergi gitu emang karna urusan pekerjaan!!"

Lagi. Entah berapa banyak lagi barang di rumah ini yang terbanting sia-sia akibat ulah mereka.

"Raja!?" Kedua manusia yang belum terlalu tua itu menoleh ke arah anaknya yang berdiri di ambang pintu dapur.

Raja, cowok itu malah tersenyum. "Ada apa?" tanya nya dengan santai.

"Raja, kamu-"

"Dari tadi. Aku disini sejak kalian saling teriak dan banting barang nggak jelas. Kalian tau? Kalau boleh jujur, sebenernya kalian semua nggak becus jadi orang tua!" Raja berseru di akhir kalimatnya. Kemudian pergi ke atas.

"Raja! Raja tunggu!"

"Raja dengerin kita dulu nak!"

Raja membanting pintu kamarnya. Kemudian mengacak rambutnya kecewa. Membanting tasnya kemudian menendang meja yang membuat benda-benda di atasnya terjatuh.

"BANGSAT!!"

Dia lelah, sungguh. Setiap kali berada di rumah selalu suara-suara itu yang ia dengarkan. Bahkan mengucapkan selamat pagi padanya pun seperti berat dari mereka.

Dia mengambil kunci mobilnya, kemudian berjalan cepat menuruni tangga. Menghiraukan panggilan-panggilan dari kedua orang tuanya. Dia bahkan belum sempat berganti baju.

"Xel, kabarin Anres, Yogi, Sean, sama Jordy. Kalian ke apartemen gue sekarang." Raja menutup teleponnya. Kemudian melajukan mobil Ferarri nya dengan kecepatan penuh.

***

TO BE CONTINUED 👋🏻

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

TO BE CONTINUED 👋🏻

HAI, SEBELUMNYA MAAF KALO PART INI NGGAK BER-FEEL🐻 BUT, SEMOGA KALIAN SUKA YAA❤️

FOLLOW natzyaa buat yg belum follow 🤙🏼

MASIH MAU NEXT???😼🔥😼🔥

REX IMPORTUNUS | King BullyingWhere stories live. Discover now