19 - Second Chance

366 78 31
                                    

•••••

"Senja itu semestanya Nathan."

-Nathan Immanuel

•••••


Lebih dari dua kali dua puluh empat jam, Nathan tidak menginjakan kaki ke rumah. Dan siapa yang jauh lebih cerewet? Justru Arka, iya, Arka.

"PULANG KE RUMAH LO SEKARANG, NATHAN!!"

Nathan Immanuel Maheswara tersentak. Hampir limbung karena Arka yang menolak kedatangannya dengan teriakan lebih dari delapan oktaf. Wah, sahabatnya terlihat lebih garang dari sang bunda.

"Sabar, Ka. Semua ini bisa dibicarakan baik-baik." kilah Nathan sambil berjalan mundur sebab Arka memblokir jalannya.

Cowok dengan setelan kaos dan celana sepaha itu tampak tak main-main, dia betulan marah sepertinya.

"Sekarang tuh cewek lebih penting dari bunda?" Nathan meneguk ludah susah payah, dia memang salah kali ini. "Nggak, bunda tetep prioritas gue."

Decakan sinis lolos dari bibir Arka. Cowok itu melangkah masuk ke dalam rumah, disusul Nathan dengan langkah kecil.  Si pemilik rumah memilih tempat didekat meja makan, meneguk segelas air dingin untuk meredakan marahnya.

"Nggak cape juga lo ngurusin cewek nggak jelas itu? " Senja terus saja dipanggil begitu olehnya. "Senja jelas, Ka. Jangan gitu nyebutnya."

Jawaban dari Nathan benar-benar membuat hatinya kesal. "Lo bikin dua tindakan bodoh dalam dua hari,"

Dia tak berani menyela. Mendengar dengan seksama apa yang akan Arka katakan kali ini. "Pertama, lo nggak pulang sama sekali, selama dua hari."

"Kedua, lo bayar cewek itu dari club."

Nathan menautkan kedua alisnya. Kebingungan, bagaimana cowok itu bisa tau? Sedangkan tak ada pihak lain yang terlibat saat pembayaran kemarin. Kecuali, anak buah suruhannya.

"Njir, bapak bapak cepu!" desis tuan muda keluarga Maheswara sambil menunduk kecil. "Jangan sampai papa tau, Ka."

Bibir Arka kelu. Masih heran dimana letak otak manusia itu, "Nathan... "

"Iya?" sahutnya dengan senyum samar.

"Kenapa?" dia kembali bertanya, sedikit menyudutkan.

"Karena gue sayang Senja---"

"Karena lo sayang Senja."

Kata keduanya bersamaan. Ekspresi yang berbeda dan intonasi yang sangat bertolak belakang.

Arka berdecak sebal untuk yang kesekian kalinya. Menampar pelan wajah cowok berkalung salib didepannya dengan geram.

"Lima puluh juta?!" gelengan kuat sebab tak paham Arka lakukan. Ditatap wajah sahabat bodohnya dengan sisa sabar yang ada. "Lo terlalu berlebihan buat yang ini,"

"Sadar! Kurangin porsi cinta lo buat dia. Perpisahan itu bakal datang, Nath. Entah karena lo capek berjuang sendirian atau dia yang terlambat buat sadar."

Danum SenjaWhere stories live. Discover now