Part 26 | Guilty Pleasure - A Priceless Moment

7.6K 480 124
                                    


Jangan lupa vote, komen, dan share!





ARANOV Residence, proyek buatan Eros sebagai kado ulang tahun Laura yang ke 40 tahun. Gedung Apartemen dua tower yang terletak tidak jauh dari kampusnya itu sekarang sudah menjadi tempat tinggal Alva. Letaknya strategis, tidak jauh dari kantor, tidak jauh dari kampus, dan tidak jauh juga dari rumah. Oleh karena itu, Eros dan Laura setuju kalau Apartemen ini menjadi tempat tinggal kakaknya untuk sementara.

Sesampainya di depan lobby Aranov Residence, Riana keluar dari mobilnya dan melempar kunci mobilnya pada petugas valet parkir yang berjaga. Semua pegawai menunduk menyambut kedatangannya, dan hal itu berhasil membuatnya tersenyum miring. Tidak bisa dipungkiri, dia merindukan masa kejayaannya di SMA—ketika semua orang tunduk kepadanya.

  "Apa Anda perlu di temani, Miss?" tanya salah satu pegawai di Apartemen tersebut.

  Riana yang sedang menunggu lift hanya menoleh, "Gak perlu, saya bisa sendiri," jawabnya sambil mengibaskan tangan, mengusir orang itu agar pergi menjauh.

  Ting.

Pintu lift terbuka. Riana yang tadinya mengusir pegawai sontak menoleh kearah lift dan terpaku sejenak melihat seorang pria di dalam sana. Orang itu bersandar di dinding lift sambil bersidekap dan memejamkan matanya, seakan tidak peduli siapa yang akan memakai lift bersamanya. Riana buru-buru melirik sekitarnya, menatap tajam siapapun perempuan yang berani melihat pemandangan menggiurkan itu.

"Ekhem!" Sebelum masuk ke dalam lift, Riana berdehem sedikit keras agar pria itu menyadari eksistensinya.

"Apa yang kamu lakukan disini?"

  "Kepo amat, Pak," balas Riana sinis setelah berdiri tepat di sebelah pria itu, lalu menaikkan sebelah alisnya karena lantai yang dituju mereka sama.

  "Kamu bersikap tidak sopan pada dosen kamu."

  "Terserah, lagipula ini di luar kampus. Jangan atur aku, Ardan."

  Mendengar namanya disebut, Ardan langsung berdiri tegak. "Kamu bilang apa?" tanyanya dengan tangan terkepal.

  "Ardan, Ardan, Ardan!" seru Riana memanggil nama Ardan dan senang karena berhasil membuat dosennya itu emosi. "Di lingkungan kampus, kamu emang bisa kontrol aku. Tapi, di luar kampus, jangan harap kamu bisa nyuruh-nyuruh aku," ucapnya tegas.

  Tidak tahan dengan sikap Riana yang tidak sopan, tangan Ardan sontak meraih bahu Riana dan memojokkannya di sudut lift. "Mungkin kamu berani berbicara begitu karena di mata kamu, hubungan kita sudah terlalu jauh. Tapi menurut saya, hubungan kita tidak lebih dari dosen dan mahasiswi. Saya tidak peduli kalau kamu tidak menuruti perintah saya, tapi jangan memohon pada saya untuk menaikkan nilaimu di akhir semester nanti," ujarnya panjang lebar dan penuh penekanan, lalu menghempaskan tubuh Riana untuk kesekian kalinya dan keluar dari lift itu.

"Kenapa sih suka dorong-dorong?" cibir Riana, lalu buru-buru melangkahkan kakinya keluar dari lift sebelum tertutup.

Di lantai teratas gedung Apartemen ini, hanya ada dua unit Penthouse yang kabarnya sudah terisi penuh. Tentu saja dia tidak menyangka kalau Ardan yang menjadi tetangga Alva, Kakaknya.

  "Lima belas... sebelas...," gumam Riana yang sedang menekan passcode Penthouse Alva, yaitu tanggal lahir Ibunya dan dirinya sendiri.

Sepi. Begitulah yang dia rasakan saat menginjakkan kakinya di tempat tinggal Alva. Kakaknya itu mungkin nyaman tinggal di tempat sepi seperti ini, tapi tidak dengan dirinya. Dia lebih suka melihat pelayan berjalan kesana kemari di rumahnya. Meskipun terkesan mengganggu, setidaknya hal itu membuat rumahnya menjadi lebih hidup.

Guilty Pleasure [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang