26.

1.3K 290 43
                                    

Vote, komen and follow
Maafkan typo
Selamat membaca

Jisoo keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk, berjalan ke arah kamar dan mengambil ponselnya yang berada di atas meja kecil, mengecek apakah ada orang yang mengirim pesan atau tidak.

Ada beberapa pesan, dari para sahabatnya dan juga....Jennie?
Meletakkan ponselnya kembali ke atas meja tanpa berniat membalas semua pesan tersebut, gadis itu berjalan ke arah teras rumah dan duduk disana.

Duduk menatap langit malam yang masih saja menjatuhkan tetesan air hujannya, suasana malam yang dingin dan sedikit berangin membuat gadis itu seketika rindu akan sosok ibu di hidupnya.

Saat sedang menatap ke arah langit tiba tiba saja pikirannya tertuju ke arah kejadian beberapa saat lalu, dimana saat ia mengantar Jennie pulang tadi.

Perkataan daddy gadis itu berputar di otaknya, benar ia memang salah tapi apa pria itu tidak memikirkan perasaannya dengan berkata demikian?

Tidak bisa dipercaya? Konyol sekali perkataan pria itu, Jisoo tidak terima jika dibilang ia adalah orang yang tidak bisa dipercaya.

"Kenapa melamun?"
Ia mengalihkan tatapannya ke arah orang yang baru saja muncul di sampingnya dengan menggunakan kursi roda.

"Aku hanya merindukan eomma"
Jae wook selaku sang appa hanya diam tak menanggapi ucapan putrinya barusan.

"Bagaimana latihannya?"

"Seperti biasa, lancar"
Kapten basket itu menjawab seadanya sambil menatap tetesan air hujan yang jatuh di tanah.

"Kau punya pacar?"
Jisoo tiba tiba menatap Jae wook dengan tatapan yang sulit diartikan, kenapa ia tiba tiba mendapat pertanyaan seperti itu.

"Kenapa?"

"Appa hanya ingin tau saja"
Ada jeda sejenak antara mereka, lalu Jisoo membuka suaranya.

"Tidak"

"Syukurlah, kau tau kan bagaimana orang kaya?"
Gadis menawan itu semakin tidak mengerti dengan arah pembicaraan sang appa.

"Mereka bersikap baik saat tidak mengenal kita, tapi saat mereka mengenal kita, mengetahui hidup kita mereka malah menjauh, seolah olah kita adalah penjahatnya"
Mengernyitkan alisnya pertanda tidak mengerti, Jisoo hendak membuka suaranya tapi Jae wook sudah lebih dulu membuka suaranya.

"Appa tidak mau kau berpacaran dengan anak orang kaya"
Diam, tiba tiba mereka berdua terdiam, Jisoo merasa hatinya mendadak sakit mendengar kalimat yang dilontarkan sang appa barusan.

"Appa harap di sekolah nanti kau tidak menyukai seorang pun, kau tau kan disana semuanya anak orang kaya?"
Jisoo hanya terdiam, ia tidak berniat membalas ucapan Jae wook barusan.

"Makanlah, kau pasti lapar"
Sang appa tersenyum lalu menepuk pelan pundak Jisoo dan masuk ke dalam rumah.

"Kita adalah penjahatnya?"

***

Jennie beberapa kali mengecek ponselnya berharap pesan yang ia kirim ke Jisoo dibalas tapi mustahil sepertinya sang kapten basket tak berniat membalasnya, isi pesannya antara lain seperti ini.

"Kak Ji maafkan daddy ya"

"Sudah sampai?"

"Kak Ji tidak apa apa kan?"

Menghela nafas pasrah Jennie menatap Yeri yang juga sedang sibuk dengan ponselnya.

"Yer, bagaimana cara agar orang membalas pesan kita?"

Beautiful & Annoying {Jensoo}Donde viven las historias. Descúbrelo ahora