Aku mengabulkan permintaan kita dulu, tapi aku baru sadar sekarang tinggal aku.

Hal bodoh yang menyenangkan itu hilang, tertinggal bodohnya saja.

Gadis itu terduduk saat menemui anak tangga di balik dinding yang dingin, ia duduk memeluk lututnya, masih menatap sepatu yang selalu ia jaga.

setelah begitu lama

tersisa air mata

Lantunan suara dari pemancar suara itu menyihir gadis ini untuk meneteskan air mata yang tertahan di ujung sepatunya.

banyaknya kenangan yang tak akan terlupakan

"bahkan radio kampus, ngeledek gue yang kangen sama lo."

masa-masa yang indah

masa-masa kita bersama

Gadis ini mengambil ponselnya menatap notes yang ia simpan di dalam drive milik Na Jaemin, yang bisa diakses berdua.

Gadis ini mengambil ponselnya menatap notes yang ia simpan di dalam drive milik Na Jaemin, yang bisa diakses berdua

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"bahkan kita belum selesai centang list ini, kenapa lo curang? Satupun list gue belum ada yang selesai."

"Apa kamu sudah tau tentang kamu yang pergi dulu?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Apa kamu sudah tau tentang kamu yang pergi dulu?"

"Maka dari itu, kita lebih dulu menyelesaikan dua dari lima list kamu, sisanya aku sendiri."

Go Eunbelle mengadahkan wajah mencoba menahan air matany agar tetap tergenang di atas iris.

"kamu harus terimakasih sama aku, saat kita bertemu lagi nanti." ucap parau si gadis sambil melingkari list yang ia lakukan sendiri, baru saja.

perasaan mendalam yang tak kan pernah reda

ku..

"kamu tahu aku pernah bilang, bahwa kak Taeyong adalah gerhana, tapi dengannya aku kehilangan pusat tata surya."

maafkan aku tak pernah mendengar

"Kamu pasti marah waktu itu?"

"Perempuan yang kamu lukis disisa tangismu itu aku,"

"Jeno yang ngasih tau, karena kamu pergi dulu sebelum menunjukkan siapa perempuan itu."

maafkan aku tak pernah melihat, mu, pergi

"Harusnya masing-masing kita memiliki dua peran."

"Tapi kita memilih satu karakter. Aku pencerita dan kamu pendengarnya."

"Kenapa kita ga berjuang? kenapa lo biarin gue berjuang sendirian Na Jaemin!"

Seharusnya aku sadar, pendengar yang baik punya seribu luka yang sama dengan pencerita.

"lo selalu tanya apa gue baik-baik aja, tapi gue gak pernah sedikitpun nanya apa lo juga berkabar baik."

"sekarang gak ada lagi yang nanya apakah gue baik-baik aja. Gue berkabar baik atau buruk gaada yang peduli."

Gadis itu menenggelamkan wajah di atas lutut yang ia peluk. Jeans yang ia pakai sudah basah. Siapa lagi yang menyeka air matanya kini, hanya peran dari benda mati seperti kain celana, baju, ataupun ia biarkan air mata itu jatuh di atas benda tak berdosa yang lain, benda yang jelas tak menjadi salah satu alasannya menangis.

Mungkin ada yang menjadi alasan,

sepatu yang ia pakai rela menjadi tempat jatuhnya air mata sang gadis karena kerap kali membawa kenangan yang hanyut dalam intuisinya.

Sang sepatu harus bertanggung jawab,

kuingin kau disini

"Sedih lagi, atau udah baik-baik aja?" lirih sosok yang terdengar oleh gadis yang masih terus menerus menangis.

mendengar suara yang hampir tenggelam dengan tangis, ia membuka mata yang basah. Hal pertama ia lihat adalah sosok yang berdiri di depannya.

Memakai sepatu yang sama dengan dia,

Sepatu sama dengan ukuran yang lebih besar.

"gue mohon... entah apa yang gue lihat saat ini, gue gapeduli. Gue cuma mau lo bener-bener datang dan menerima semua permintaan maaf gue." ucapnya pada sepatu yang berdiri tepan di depan sepatunya yang basah karena air mata.

"mbel,"

"aku cuma mau lo jadi nyata lagi Na Jaemin!" teriaknya diikuti dengan sayal tangis yang mendayu-dayu.

"lihat gue."

"gue capek, diciptakan menjadi manusia penebus dosa!"

Tubuhnya terasa dipeluk, suara jantung disana secara naluri menghangatkan dirinya.

Nyaman, tubuh kokoh itu menjadi tempat jatuh nya gadis yang rapuh.

"Jadi nyata Na Jaemin, ini permintaan."

".."

"lebih baik menjadi tidak baik-baik saja, asal Na Jaeminku nyata."

"gue nyata."

---0---

Di sisi lain, makhluk bernyawa yang baru saja keluar dari ruang penyiar tertegun melihat dua insan saling memeluk di ujung tangga. Bukan hanya satu tapi dua.

"dia udah lewat batas." ucapnya masih menjadi pemerhati.

"do you think he will repeat the end?"

Laki - laki jurusan hukum disana mengindikkan bahunya.

"gue tahu junot, lo lebih tau semuanya."

"lo juga lebih tau semuanya di lain sisi."

"tapi kali ini nggak akan ada yang tahu. am i right?"

"Kenapa sibuk lihatin orang pacaran sih?"

"Donda?"

"gue kan jadwal siaran gantiin lo, gimana sih?!"

"i forgot sorry,"

"okay okay no probly!"

Lee Donda masuk ke dalam ruang siaran menyenggol sedikit bahu Mark Lee sebelum melewati pintu studio siaran kampus yang masih berada dalam satu gedung Departemen Ilmu Komunikasi

"dia denger kita?"

"dont worry, denger juga gak bakal paham."

"jangan terlalu meremehkan."

"ok ok, jangan lupa bilangin Haechan buat kumpul di markas kemet,"

"lo kan yang serumah bajeng,"

"gue bakal sibuk, ini perintah."

"bajingan."


TO BE CONTINUE.




Script SwiftWhere stories live. Discover now