Terakhir kali Lee Taeyong ditegur dekanat, karena Bobo memelorotkan celana Bapak Kepala Dekan di depan para mahasiswa. Walaupun tidak sampai bawah tapi tetap saja itu hal yang memalukan. Padahal sudah pakai ikat pinggang, tapi tenaga bocil perkasa ini tidak dapat diremehkan.

"Selamat pagi,"

"Ya tw AMAT PAGI!!"

Bukan menjawab bobo tapi Taeyong segera menggiring tubuh kecil buah hatinya untuk duduk di kursi pengajar.

"Sebelumnya saya mohon maaf karena melibatkan urusan rumah tangga dengan profesi. Dengan ini mohon bantuan para mahasiswa untuk meminimalisir hal-hal diluar aktivitas perkuliahan, terimakasih."

"siap kakk,"

"baik pak!"

"pak atau kak sih?"

"buta lo? jelas jelas udah beranak lu panggil kak,"

"ya siapa tau dia asdos,"

Beberapa mahasiswa baru disana tampak bergeming saling beradu kata dengan topik yang sama, Lee Taeyong.

"saya dosen disini, jadi panggil saya dengan sebutan yang sama."

"maksutnya?" bisik salah satu mahasiswi disana pada teman sebelahnya.

"dia pengen dipanggil pak, kaya pengajar pada umumya."

"ohh.. ya ya yups padahal gue pengennya manggil sayang,"

"apaan ji lu kata?"

"kenapa?"

"halu! udah ada ekor anjrit yang bener lo!"

"gapapa asal mapan dan tampan gue siap jadi Jiha Danira,"

"sebenernya gue kinannya pak Taeyong,"

"anjir lu, lo suruh gue berhenti halu malah lo sendiri yang halu!"

"tanpa perkenalan, kalian sudah tau nama dan gelar saya di lembar KRS, mungkin saya akan menerapkan presensi manual meskipun tetap ada presensi melalui fingerprint yang sudah kalian laksanakan tadi. Saya mendukung teknologi, tapi saya mencegah kecurangan dengan memanfaatkan teknologi." kata Lee Taeyong kembali memberi informasi dasar perihal presensi.

"Aemma Laudy," panggilnya memulai presensi manual, memastikan keberadaan mahasiswanya.

".."

"Aemma Laudy?"

"..."

"baru absen pertama sudah terdeteksi kecurangan, siapa yang input sidik jari Aemma di presensi?"

"mampus gue," keluh salah satu mahasiswi yang daritadi sibuk menggibah dengan sahabatnya.

"Gue ga ikutan,"

"Cheloo tapi lo terlibat anjir!"

"Yaiya anjing terlibat tapi masa iya kita nyerahin diri? Jangan bunuh diri, kita masih maba jangan cari masalah,"

"Ya siapa yang mau bunuh diri? Gue bakal bilang apa adanya kalau papa Ema sakit, makanya dia belum sempet bikin surat izin jadi terpaksa nyuruh gue nginput sidik jari."

"Lo pikir dia percaya? Lo gatau rumor dosen ini? Sekali lo bermasalah cuma 2 yang lo dapet! ngulang makul ini tahun depan atau nilai lo berakhir dengan tugas tugas yang 10x lipat lebih banyak dari yang lain selama satu semester?"

"Gue juga denger sih tapi masa dia ga maklumin chel?"

"Gausah cari mati gue bilang!"

"Jadi gak ada yang mengakui? Atau saya yang cari tau sendiri dari rekapitulasi kedatangan sebelum dan sesudah Aemma?" tegas Lee Taeyong kembali, rahang tegasnya turut mendukung kesan 'jangansenggol' pada dirinya. Ditambah tangannya yang memegang iPad presensi penuh dengan pembuluh darah yang menonjol.

Script SwiftDonde viven las historias. Descúbrelo ahora