--0--
"gimana kucingnya cantik kan?"
tanya sosok berperawakan tinggi sembari memakaikan kalung lonceng berukir nama 'Bona' untuk anak kucing, yang merengek ngiaw ngiaw karena telinganya berulangkali dipijat bobotoh subagyo.
"Bona?" tanya lelaki bermarga Lee disana saat menyadari ukiran kalung lonceng yang baru saja dipakaikan sahabatnya di leher kucing baru milik si kecil Eldebo.
"kan singkatan anak lu, bobo sama nana." jelas Ten membuat dosen ilmu komunikasi itu mengangguk-angguk faham mencoba menghargai nama yang diberikan dosen kedokteran hewan yang masih jongkok mencubit pipi bobo yang merangkak di atas paving halaman rektorat menirukan bona, kucing persia berhidung mendelep.
"ayah!" serunya sambil mencengkiwing bona tanpa dosa, sedangkan si kucing sedang lemah tak berdaya.
"nanti bobo main sama bona di luar, tapi kucingnya harus diapain?"
"diayang," (disayang)
"dan gaboleh.."
"diisa," (disiksa)
"teorinya bagus, in action harus begitu juga ok?"
Ayah berekor tiga itu mengelus puncak kepala putra keduanya sayang, sampai akhirnya Eldebo kembali berkicau.
"ya tw ayah ang benal ngajalna jan asih ugas lelus,"
"wah tuh yong yang bener ngajarnya, hahaha.."
"kritiktor sama kaya ibunya," lagi-lagi ibunya, padahal dia bicara seperti ini ditraining oleh Lucas, Hendery, Yangyang, Sungchan, dan Mark
"oh iya ibunya jadi masuk hari ini?"
"hm,"
"kok ga bareng? bukanya maba ada MKU jam segini?"
"Kita punya kaki sendiri-sendiri," balas Taeyong enteng, matanya tak lepas dari putranya yang bertingkah bak kerasukan sayton kualitas premium.
"ngeri, segitunya kalian, gak berubah."
"hm,"
"ham hem ham hem jadi juga anak kembar,"
"gue tonjok lu,"
"lah gue salah apa brother?!"
"ayah! ndabowe nonjo nonjo ndabowe ata wiskas!"
"wiskas siape dah?"
"Bang Lucas, bukan wiskas, udah berapa kali ayah bilang, gaboleh ganti-ganti nama."
"ya tw bobo!"
Lee Taeyong menggandeng lengan kecil bobo, semantara lenganya yang lain sibuk menyeret sebelah kaki bona, kucing kecil yang pasrah masih lemas tak berdaya part 2.
"gue jadi waswas biarin anak lo ngadopt anak gue," ucap Ten seraya menjaga tubuh kucing kecil yang terseret disana agar tetap seimbang. Bona dan perkucingan yang tinggal di rumahnya sudah sah dianggap anaknya sendiri, kini ia mulai merasa sesal saat membiarkan anak dakekjal kolaborasi dengan demit sinting ini mengadopsi anak kucingnya.
"bobo gaboleh gitu biarin jalan sendiri kitten nya," tutur sang ayah saat mendapati Bona masih diam terseret-seret di lantai dingin Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.
"enapa ayah! ayah uga pegang nanan bobo ayah!" bantahnya, ternyata dia memang meniru apa yang ayahnya perlakukan terhadap ia.
"iya, tapi kalau ke kitten gaboleh digandeng,kan dia gak ada tangan."
"ote,"
Bona tampak sempoyongan saat bobo melepas kakinya, lalu berjalan seperti biasa mendahului bobo dan ayahnya.
YOU ARE READING
Script Swift
General FictionKita memang terlihat bahagia, tapi... Hai naskah, aku sudah sampai rumah. Go Eunbelle From: Script Swift (2021) ????cover by: naa.graphic
2.12 First Scene
Start from the beginning
