9. Caffe

36 7 6
                                    

🖤🖤

Selama hampir sepuluh menit Josa dan Rendi saling bungkam. Rendi yang fokus pada jalanan dan Josa yang bergelut dengan pikirannya sendiri.

Mereka enggan untuk memulai percakapan. Josa mendengus kecil, pasalnya Rendi tidak bersikap seperti biasanya. Pria itu bahkan berbicara dengan nada tinggi saat menjemputnya tadi.

"Lama banget sih!"

"Maaf, hehe.. "

Setelah mengatakan kalimat itu mereka segera masuk mobil dan Rendi melajukan mobilnya dalam diam. Josa juga tidak bermaksud untuk membuka suara lagi setelah Rendi membentaknya. Padahal, Josa hanya ingin mencairkan suasana tapi sepertinya Rendi sedang dalam mood yang buruk.

Bahkan Josa juga tidak tahu kemana Rendi akan membawanya pergi, semalam pria itu hanya bilang ingin jalan-jalan karna hari ini dia mengambil libur kerja setelah beberapa bulan ini belum libur sama sekali. Maka dari itu Josa memilih diam, menunggu mood Rendi membaik dengan sendirinya.

Rendi yang sadar dengan keheningan itu pun menoleh sekilas pada Josa yang tengah menatap kosong jalanan di depan. Rendi berdehem kecil membuat Josa bergeming.

"Hmm, maaf." Rendi merasa bersalah setelah tadi tidak sengaja membentak gadis itu.

Ini semua gara-gara masalah Alea yang membuat mood nya kacau. Tidak seharusnya dia melampiaskan kekesalannya dengan membentak gadis itu.

Josa menoleh kearah Rendi dengan ekspresi tak terbaca, "Maaf buat apa?" jawabnya kemudian.

"Maaf tadi aku bentak kamu, aku nggak bermaksud—"

"Kamu ada masalah?" potong Josa dengan senyuman lembut, membuat hati Rendi sedikit menghangat. Pria itu menyugar rambutnya ke belakang, lalu tangannya kembali turun untuk mengusap singkat lengan Josa.

"Aku nggak papa." jawab Rendi singkat.

"Jangan bohong sama aku, kalau ada masalah itu cerita jangan dipendam sendiri. Kamu anggap aku sahabat apa bukan sih?" nada bicara Josa terdengar ketus, membuat Rendi mencelos kaget namun tetap fokus pada kemudi.

"Iya pasti, aku bakal cerita..."

"Bohong! bahkan selama kita bersahabat, kamu cuma curhat tiga kali. Itu juga masalah pelajaran dan skripsi. Aku bahkan gak bener bener kenal kamu, Ren."

Rendi bergeming, pria itu mencengkram setirnya dengan kuat. Dia belum berniat membalas ucapan Josa yang membuat hatinya mencelos. Apa dia begitu tertutup hingga gadis itu berkata demikian?

"Selama ini aku selalu terbuka sama kamu, kamu selalu jadi tempat curhatku dari semua masalah yang aku punya. Mulai dari sekolah, keluarga, percintaan bahkan kesehatanku. Karena apa? karena aku percaya sama kamu. Aku udah anggap kamu lebih dari sahabat."

Josa berbicara dengan nada bergetar, dadanya naik turun selaras dengan nafasnya yang memburu. Josa merasa selama ini Rendi selalu membatasi apapun tentang masalahnya. Josa tidak begitu mengenal pria itu, dia baru sadar jika dia hanya kenal nama, orang tua dan pekerjaan Rendi saja.

Josa kecewa? tentu saja. Josa marah? Iya, dia sangat marah. Dia marah pada dirinya sendiri. Apakah dia layak untuk disebut sebagai sahabat? disaat orang yang sudah dia anggap seperti kakaknya sendiri itu tidak mempercayainya.

When You're Gone || Kim DoyoungWhere stories live. Discover now