5. Bad Dreams.

59 10 18
                                    

***


Josa terbangun dari tidurnya dengan nafas yang memburu. Keringat dingin mengucur dari pelipisnya, membuat gadis bersurai coklat itu harus menyeka peluh menggunakan lengan bajunya. Mimpi buruk itu datang lagi seolah enggan membuat gadis itu hidup dengan tenang.

"Papa..." lirihnya sembari menyentuh dadanya yang berdegup kencang. Seolah, dia benar-benar baru saja keluar dari alam mimpi. Semua terasa begitu nyata.

Josa bergerak turun dari atas ranjang, tangan kecil itu meraba-raba sisi ranjang, kakinya turun mencari sliper bulu di lantai. Tanpa menunggu lama, gadis itu memakai slipernya lalu berjalan pelan menuju dapur.

Tangan kecilnya sibuk meraba setiap inci permukaan dinding, takut kepalanya terbentur lagi. Bahkan lebih parahnya dia pernah menabrak lemari kaca dan kaca lemari itu retak akibat dorongan yang cukup kuat dari tubuhnya.

Josa berhenti di depan kulkas. Tampaknya ia sudah cukup hafal dengan letak-letak barang di rumahnya, hingga membuatnya tak kesusahan untuk sekedar mengambil air di dalam kulkas.

Josa mengambil air mineral dingin dan meminumnya setengah lalu meletakkannya kembali pada posisi awal.

"Sayang? Kamu belum tidur?"

Pergerakan Josa terhenti, mama Yuna berjalan menghampiri karena penasaran kenapa putrinya masih terjaga pada pukul dini hari. Josa berdehem kecil, mencari posisi mamanya dari getaran suara.

"Kebangun ma.." jawabnya singkat sembari tersenyum kaku.

Detik berikutnya Josa merasakan sebuah tangan mengusap puncak kepalanya lembut. "Kenapa? Mimpi itu lagi, hm?" ucap mama Yuna dengan lembut, ia sudah sangat hafal dengan perilaku putrinya itu, ia lalu menarik tubuh ringkih itu ke dalam dekapan hangat. Menyalurkan seluruh kasih sayang yang ia punya. Josa pun membalas pelukan dengan erat seolah takut untuk kehilangan sosok tersebut.

"Aku jadi sering mimpi itu lagi," ucapnya dengan lirih. Mama Yuna berdehem kecil, tiba-tiba air matanya menetes tanpa seijin sang empu, Yuna mengusap rambut panjang putrinya dengan diam namun di dalam kepalanya banyak sekali hal yang menjadi sumber kecemasannya selama ini.

Sesekali ia mengecup puncak kepala Josa agar putrinya itu lebih tenang akibat mimpi buruk tentang kejadian naas yang pernah dia alami.

Memang tidak mudah untuk melupakan kejadian itu, setiap detik kejadian seolah terekam dengan sangat jelas di dalam mimpi tersebut, mimpi yang selalu menghantui seperti tidak ingin di lupakan begitu saja.

“Aku kangen sama Papa ma...” lirih Josa setelah perasaannya sudah cukup tenang akibat mimpi yang baru saja ia alami. Dia memang sering bermimpi soal kecelakaannya itu, tapi sudah berbulan-bulan yang lalu tidak pernah lagi muncul namun hari ini mimpi itu kembali, membuatnya kembali merasakan takut namun sudah lebih membaik dari sebelumnya.

"Besok kita pergi ke makam papa ya, mama juga kangen sama papa." ucap Yuna dengan lembut bahkan tangannya belum lepas dari surai sang putri. Josa pun mengangguk singkat lalu menatap manik yang dihiasi kerutan halus itu dengan sendu.

“Sekarang kamu tidur lagi ya. Mama temenin.”

***

"Jen, gimana keadaan bang Dirga?"

Rendi menyeruput kopi panas di gelas itu sedikit, lalu meletakan kembali ke atas meja kaca. Lawan bicaranya belum juga menjawab karena sibuk dengan beberapa tulisan pada layar laptop yang sedari tadi menjadi pusat atensi nya.

When You're Gone || Kim DoyoungWhere stories live. Discover now