7. Who's him?

43 9 4
                                    

**


Hari ini seperti biasa, Josa tengah berada di ruang kerja Rendi untuk mengecek kondisi kesehatannya. Rendi tengah berusaha mencari donor mata untuk sahabatnya itu, namun hingga saat ini belum juga mendapatkannya.

Mencari donor mata bukan suatu hal yang gampang layaknya membeli kacang rebus di pasar malam, butuh proses yang lumayan panjang dan sulit.

Walaupun demikian, tidak membuat Rendi patah semangat dan enggan untuk membantu Josa agar dia kembali melihat dunia.

Rendi menghela nafas berat, menatap Josa yang tengah berbaring di atas kasur dengan tatapan yang sulit diartikan. Tangannya terulur mengusap jemari gadis itu pelan, Josa sempat tersentak akibat pergerakan Rendi yang tiba-tiba.

"Maaf... " lirih Rendi

Josa mengerutkan dahi, "Maaf untuk apa?" jawab Josa dengan ekspresi bingung. Pasalnya Rendi tiba-tiba mengucapkan kata maaf, bahkan pria itu tidak pernah berbuat kesalahan padanya.

"Maaf, belum bisa dapetin donor mata buat kamu. Tapi aku janji, aku bakal dapetin segera."

Josa tersenyum lembut, membalas genggaman tangan Rendi tak kalah erat. menautkan jari jemarinya pada jemari milik Rendi dan merasakan hangatnya genggaman itu.

"Selama ini yang kamu lakuin buat aku itu udah lebih dari cukup, aku nggak pernah maksa kamu nyari donor mata buat aku Ren, makin kesini aku jadi lebih bisa nerima kondisi aku yang sekarang. Walaupun awalnya sulit, aku akan terus beradaptasi. Jadi tolong, jangan mempersulit dirimu sendiri cuma karena aku."

Rendi terdiam tidak berniat membalas ucapan Josa barusan, mata nya memerah karena menahan genangan air di pelupuk mata nya. Dia berusaha untuk tidak terisak di depan Josa, tapi sepertinya itu cukup sulit karna gadis itu adalah kelemahan terbesar Rendi saat ini.

Rendi memeluk Josa dengan tiba-tiba membuat gadis itu tersentak, namun tetap membalas pelukan dari pria itu dengan senang hati.

Josa benar-benar bersyukur dan berterimakasih pada Tuhan, karena telah mengirimkan malaikat tanpa sayap bewujud seorang Rendi Hautama untuk nya.

"Ren? Boleh aku tanya sesuatu?"

ucapan Josa membuat Rendi bergeming, kepala nya sedikit menjauh dari ceruk leher milik Josa.

"Aku akan jawab."

Josa tersenyum kecil, kini pelukan mereka sudah terlepas. Rendi menatap lekat gadis di hadapannya itu dan menunggu lanjutan kalimat yang akan dia keluarkan.

Josa mengeluarkan sapu tangan berwarna biru dari dalam tas kecil miliknya, membuat Rendi menatap benda itu dengan dahi berkerut.

"Kemarin ada teman dari pasien disini yang ngasih pinjam sapu tangan ini. Aku sudah dua kali ketemu dia dan aku mau pulangin sapu tangan ini, tapi aku nggak tahu harus pulangin ini kemana."

Rendi diam sejenak, "Siapa nama pasiennya? nanti aku coba bantu cari." tutur nya kemudian

"Aku nggak tahu." jawab Josa denga lesu sembari bibirnya mencebik lucu. Rendi bahkan sudah dibuat gemas setengah mati dan ingin mencium bibir ranum milik gadis itu.
Tapi sekali lagi, itu hanya pikiran kotor Rendi yang tidak akan pernah terealisasi.

"Kamu gimana sih, katanya udah dua kali ketemu masa nama nya aja nggak tahu? Emang nggak kenalan?" Jawab Rendi dengan kekehan kecil membuat Josa ikut tertawa.

"Apa dia orang yang sama, dengan yang waktu itu di taman?" lanjut Rendi sembari menelisik guratan ekspresi dari sahabat kecilnya itu.

Josa tersenyum kikuk membuat Rendi menyipitkan matanya penuh selidik. Kenapa Josa tiba-tiba tersenyum seperti itu?

When You're Gone || Kim DoyoungWhere stories live. Discover now