Bab 5

3.2K 196 1
                                    

Holaaa.... jangan lupa vote😆

Happy Reading

Jam sudah menunjukkan pukul 17:15 wib, selama tiga jam El sudah menyelesaikan berkas-berkas yang menumpuk dimeja sang bos.
Ia berniat untuk pulang sekarang, dirinya sudah tidak sabar untuk memberitahu sang ibu kalau anaknya sudah mendapatkan pekerjaan.

El keluar dari ruangan ketika ia ingin membelok ia bertemu dengan resepsionis yang tadi pagi ia temui sekaligus sudah mengerjainnya.

"Hei, kamu!"

El menoleh, dan menatapnya malas. Sungguh dirinya masih kesal dengan kejadian tadi.

"Habis dari mana kamu?" tanyanya.

"Andai liat, saya habis darimana?" El menanya balik.

"Kamu habis ngapain dari ruangan Pak Aldi? Apa kamu tidak punya sopan santun? Gak punya harga diri banget,  baru datang aja udah berani keluar masuk dari ruangan bos," sinis nya.

El melipat tangan di dadanya.  "Oh, iyakah? Saya tidak punya sopan santun serta harga diri? Anda gak salah?" tanya El dengan berani.

"Nyisir sama nyindir itu sama ya? Sama-sama butuh kaca," ucap El  membuat wanita yang ada dihadapannya semakin geram bahkan mukanya sudah memerah.

El membenarkan rambut wanita yang ada didepannya. "Atau anda tidak punya kaca? Sampai-sampai rambut anda berantakan,"

"Singkirkan tangan itu dari saya!" Amuknya.

"Ups,"

"Kamu itu siapa disini? Merasa jabatanmu lebih tinggi? Berani banget kamu menghina saya! Dasar cewek murahan, mau kerja tapi modelan  ke gitu. Tidak mungkin diterima disini," sindirnya.

"Hei, ngaca mbak! Apa dirumah anda tidak punya kaca? Mau saya belikan?" tawar El.

"Sejak kapan saya menghina anda? Bukannya anda yang memulai duluan, bilang saya tidak punya harga diri dan sopan santun. Anda tau apa tentang saya? Udah berapa lama sih, kenal sama saya? Baru tadikan.  Anda jangan menghina seseorang dari penampilannya! Anda belum tau dia itu siapa, Jangan mengukur baju orang lain di badan kita. Fokus lah pada dirimu sendiri,"

"Menilai seseorang dari segi penampilan, benar-benar sangat diremehkan. Manusia pemikirannya luar biasa seakan-akan isi otaknya cuman lumpur bongkahan  batu, makanya kalau ngomong gak pake otak ." jelas El yang sudah tersulut  emosi.

Kini  wanita yang ada dihadapannya semakin menunduk entah merasa malu atau pun merasa geram.

"Saya peringatkan! Kenali dulu dengan orangnya jangan karna melihat penampilannya, anda seenaknya terus berkomentar seenak jidat." ujar El lalu pergi meninggalkan wanita itu.

Sungguh dirinya sudah emosi, jika dia sudah begini maka ia harus segera pergi darisana,  kalau tidak habislah orang itu dengan mulut pedasnya.

Dalam dunia yang makin lama makin kejam dalam menghakimi orang, memang sangat penting. Mempunyai gambar diri yang baik, tau diri kita siapa, tau yang bukan diri kita itu apa.

El dilawan, kena mental kan? Mental aman?

"Kenapa? Na," tanya seseorang.

My Duda [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang