Bab 1

4K 199 3
                                    

Heloo😾

Kembali lagi nih!!  Jangan lupa tinggalkan jejak frend🌻

Komen disetiap paragraf😊

Happy Reading!

El menatap  gedung yang menjulang tinggi dihadapannya, menghela napasnya gusar dan perlahan menginjakkan memasuki gedung tinggi dihadapannya.

"Gue pasti bisa!" serunya.

Ia pun melangkah masuk dan pergi ke resepsionis  untuk menanyakan dimana ruangan interview.

"Permisi."

"Ada yang bisa saya bantu?" sapa seorang resepsionis ke arah El.

"Saya Solehatul Hasanah yang akan melakukan interview sebagai sekretaris, kalau boleh tau dimana ruangannya?" tanya El.

Resepsionis  itu bukan menjawabnya namun ia malah menatap pakaian yang dikenakan El dari bawah sampai atas yang hanya memakai celana panjang hitam dan kameja putih.

"Kamu lurus aja, lalu belok kanan, lurus kembali dan belok kiri, naik lift ke lantai empat setelah itu belok kanan dan kamu tunggu disana," ucapnya cepat lalu duduk kembali.

"Mbak, bisa di ulang? Saya tidak terlalu hafal atau bisa antarkan saya kesana?" tanya El membuat wanita itu membulatkan matanya.

"Maaf, saya masih ada kerjaan," ucapnya lalu pergi meninggalkan El yang kebingungan.

"Penampilan ke gitu, mana ada diterimanya." cibirnya yang masih terdengar oleh El sebelum benar-benar pergi.

Memastikan wanita itu pergi, El pun melirik pakaian yang ia kenakan menurutnya tidak ada yang aneh, bahkan ini biasa yang dipakai oleh para pegawai lainnya.

"Aneh tuh cewek, pakaian gue yang kek yang lain, malah dikira gak pantes. Emang pakaian gimana sih? Sexy? Dikira nanti mau ngejamet," kesalnya  lalu pergi sesuai arahan dia.

Sudah sekitar lima belas menitan ia kunjungi setiap ruangan namun tidak ada hasil. Setiap masuk ruangan El selalu salah, ia berpikir bahwa wanita tadi mengerjainnya namun ia tetap berpikir positif mungkin dirinya yang lupa arah.

El duduk dibangku yang sediakan, ia mengedarkan pandangannya sampai bertemu dengan seorang wanita yang sama dengan pakaiannya, menghampiri dirinya.

"Hai, mau interview juga ya?" sapanya lalu bertanya.

"Hi ... I-iya. Tapi, gue belum tau ruangannya dimana," jawab El.

"Lo udah tanya ke resepsionis?" tanya nya membuat El mengangguk.

"Udah.  Namun ya, gitu. Gue kan masih baru banget kesini," jujur El.

"Dimana? Biar gue tunjukin ruangannya,"

"Katanya sih, gue harus lurus lalu belok kanan, lurus kembali, belok kiri, terus ke lantai empat belok kanan, dan gue tunggu disana," jawab El sesuai arahan wanita tadi.

"Hmmm ... rada bingung juga ya. Mungkin beda jabatan beda ruangan, emang lo daftar jadi apa?"

"Sekretaris,"

"Yang gue tau, sekretaris bakal di interview  langsung oleh pemilik perusahaan ini." ujarnya membuat El menganggukkan kepalanya bertanda paham.

"Ekh, gue duluan ya. Bentar lagi gue mau dipanggil, semoga ruangannya cepat ketemu, see you ...."  ucapnya lalu pergi sebelum El menjawab ucapannya.

El kembali menghembuskan nafasnya ia benar-benar putus asa. Apa sih salahnya? Apa karna pakaian yang ia kenakan atau fisik?

Andai bukan karna tawaran dari sang Paman dengan gaji yang sangat besar bahkan fasilitas disini sangat di inginkan oleh banyak orang mungkin sekarang dirinya sedang asik rebahan sambil membaca novel favoritnya.

Namun disisi lain, dirinya pun membutuhkan pekerjaan untuk membiayai sang ibu yang kini sedang terbaring lemah di rumah sakit.

"Gue harus semangat gak boleh nyerah!" ucapnya menyemangati diri lalu kembali pergi mencari ruanganny.

♧♧♧♧

"Kamu tunggu disini, dady harus meeting dulu. Jangan kemana-mana, tetap bersama ka Jesy, ya! Paham?" tanya Aldi kepada bungsu.

"Paham, dad."

"Bagus! Jesy, kamu jagain Caca jangan sampai dia keluar dari ruangan ini!" perintahnya  kepada si sulung.

"Yes, dad. Tapi, Jesy harus ngerjain pr,"

"Kamu bisa mengerjakan sambil jagain Caca, dady harus segera pergi. Dady pergi dulu!" Aldi mencium mereka berdua lalu pergi dari sana.

Setelah Aldi pergi, Jesyka memperhatikan sang adik yang asik dengan mainannya.

"Caca,  diem disana ya! Kakak mau ngerjain pr dulu!" ujarnya lalu fokus kembali pada buku-buku.

Caca menatap sang kakak sejenak lalu beralih menatap kaca sebelah kanan yang menjulang tinggi sampai tatapan fokus kepada seorang wanita yang sedaritadi mondar-mandir.

"Mommy," panggil nya pelan.

Caca memperhatikan Jesyka yang masih fokus pada buku-buku. Ia pun berdiri dan perlahan membuka pintu yang sedikit tidak ditutup dan tidak dikunci. Ia akan pergi mencari wanita yang tadi ia lihat.

Setelah keluar ia melihat sekeliling, ruangan yang sama namun berbeda arah. Ia memilih ke arah kanan meski entah itu benar atau tidak, yang terpenting ia bisa bertemu dengan  sang ibu.

Caca memperhatikan dengan seksama, namun orang yang ia cari tidak ada, sekelebat ia melihat seorang wanita sedang menuju ke arah toilet lantas ia pun mengikutinya dan ternyata salah. Bukan orang itu yang ia cari,  ia sangat hafal bagaimana orang itu.

Emang bisa ketemu? Mana mungkin, seorang balita bisa menemukan wanita yang baru saja dilihat padahal belum satu menit pun.

***

Apakah Caca bisa menemukan orang itu?
Tebak dong😹

Next? !

My Duda [HIATUS]Where stories live. Discover now