30. Menghindar

934 46 23
                                    

Matahari masih belum menampakkan diri sepenuhnya saat Leta sampai di sekolah. Dia jadi satu-satunya penghuni di kelas pagi ini, teman sekelasnya belum ada yang datang. Bukan karena ini hari libur, tapi karena jarum jam bahkan belum tepat menunjuk angka enam.

Tidak ada yang special, yang dilakukan Leta hanya duduk diam menatap ke luar jendela. Tangan kanannya masih menggunakan penyangga. Entah bagaimana nanti caranya menulis yang terpenting Leta hanya ingin berangkat ke sekolah saat ini.

Kali ini alasan utamanya berangkat sekolah bukan Lintang. Bahkan Leta sengaja berangkat awal hanya untuk menghindari cowok itu. Masih belum selesai dengan kebimbangannya tentang perasaan Lintang. Jadi, alasan utamanya berangkat sekolah hanya bosan di rumah.

"Loh, Leta! Udah sembuh? Tumben berangkat pagi banget?"

Leta menoleh mendapati Marvin si ketua kelas memasuki kelas dengan jersey yang sudah melekat di tubuhnya. Ternyata Leta bukan orang pertama yang datang di kelas ini.

"Sejak kapan lo serajin itu latihan basket?" Bukan balas menyapa atau bahkan menjawab pertanyaan Marvin, Leta justru balik bertanya heran melihat penampilan cowok itu. Memang Marvin anggota tim basket sekolah, tapi sebelumnya tidak serajin itu latihan basket. Pagi hari biasanya anak itu sudah mojok di kelas dengan gitarnya, tinggal menunggu vokalisnya datang. Echan.

"Sejak Juna cidera. Dua hari lagi ada turnament. Tadinya gue cadangan, tiba-tiba Juna cidera. Jadi, rencana berubah dan harus banyak latihan lagi."

"Oh, iya. Jun masih belum masuk sekolah?"

Marvin menggeleng. "Belum. Kemungkinan lama sih."

"Echan udah berangkat belom ya?" gumam Marvin lebih bertanya kepada diri sendiri.

"Tuh udah kedengeran suaranya," sahut Leta.

Aku tak punya bunga

Aku tak punya harta

Yang ku punya hanyalah hati yang setia, tulus padamu.

Tepat saat menyanyikan kalimat terakhir, Echan menginjakkan kakinya di kelas. Menunjuk Leta dengan penuh penghayatan. Sangat kontras dengan nyanyiannya yang sedari tadi dinyanyikannya dengan nada asal-asalan.

Leta merotasikan bola matanya malas, sudah tidak heran dengan tingkah temannya yang satu itu. "Kalo nggak niat nyanyi tuh ya nggak usah nyanyi, pake teriak-teriak segala lagi. Yang punya kuping bukan lo doang."

"Wahh, Leta udah berangkat sekolah. Gue tau lo kangen sama gue tapi kalo masih sakit nggak perlu memaksakan diri, loh." Tanpa tersinggung sedikitpun dengan ucapan Leta sebelumnya, Echan menghampiri Leta kemudian duduk di meja cewek itu.

"Dih, ngarep banget dikangenin gue lo! Minggir deh, merusak pemandangan tau nggak!" Leta berusaha mendorong tubuh Echan, tapi sia-sia tidak membuahkan hasil sama sekali.

"Mar! Ini belahan jiwa lo bawa, nih. Tadi nyariin kan?" Leta sedikit berteriak saat Marvin hendak keluar kelas.

"Cuma mau bilang, nanti sore gue nggak jadi ke rumah lo Chan. Ada latihan lagi hari ini."

"Yaudahlah kapan-kapan lagi. Cuma nggak ngerjain tugas, paling cuma dapet nol," ujar Echan enteng.

"Hello everyone! Princess Imel datang!" Imel membuka kedua tangannya lebar tepat di depan pintu, membuat beberapa siswa yang mulai berdatangan menegur cewek itu agar segera menyingkir dari depan pintu.

"Penghuni kelas ini emang hobby teriak-teriak ya?" Marvin menggeleng menatap ketiga orang yang disindirnya sama sekali tidak ada yang menghiraukan. Ketiganya berkumpul mulai asik membicarakan hal random.

Kita Putus [END]Where stories live. Discover now