13. Rumah nenek

449 50 30
                                    

Senyum Leta masih belum luntur sejak beberapa menit yang lalu ketika tanpa penolakan sedikitpun Lintang mengiyakan permintaannya untuk mengantar pulang. Sungguh, ini kali pertama Lintang langsung mengiyakan permintaannya tanpa mengeluh sedikitpun. Lupakan kenangan buruk ketika Lintang meninggalkannya sendirian, hari ini rasanya Lintang sudah menebus kesalahannya. Biarkan Leta bahagia untuk saat ini, meski hanya karena hal sekecil itu.

Leta mengikuti langkah Lintang menuju tempat parkir, memandangi punggung lebar Lintang hingga pikirannya melayang jauh membayangkan dia dapat memeluk dan membenamkan wajahnya di punggung lebar itu. Membayangkannya saja pipinya sudah memerah.

"Ngapain lo di situ?"

Suara bariton milik Lintang membangunkan lamunan Leta, senyumnya luntur seketika. Bukan ditujukan untuk Leta melainkan seseorang yang sedang berdiri di samping motor Lintang.

"Anterin gue pulang," ucap Fiona dengan nada manja. 

Please, sekali doang udah cukup jangan diulang lagi. Batin Leta mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.

"Kenapa lagi kali ini? Kelihatannya sehat sehat aja," tanya Lintang menatap Fiona malas.

"Nggak kenapa-kenapa kok, cuma gue pengen dianterin lo."

"Gue udah janji mau nganter Leta, Lo bisa pesen ojek kan," Lintang menggandeng tangan Leta yang sedaritadi hanya diam di sampingnya. Iya benar, Lintang mengandengnya.

"Huhh, cewek ini lagi. Gue ini calon tunangan lo Lintang, dan dia ini cuma pacar pura-pura--"

"Batal! Perjodohannya udah dibatalin. Entah lo emang belum tau atau pura-pura nggak tau, berhenti membual soal perjodohan kita. Perjodohan lo sama gue udah dibatalin, berhenti gangguin gue ataupun Leta karena lo udah nggak punya hak apapun sekarang. Lo bukan siapa-siapa sekarang."

Fiona terkejut mendengar perkataan Lintang yang tiba-tiba, begitupun Leta yang tak kalah terkejut. Fiona sama sekali tidak tahu akan berkata apa lagi bibirnya kelu, otaknya kosong sama sekali tidak bisa memikirkan apapun. Sedangkan Leta tersenyum tipis, dalam hati berteriak penuh kemenangan.

Lintang menaiki motornya, tak lupa memakai helm dan mengulurkan helm kepada Leta. Leta cukup terkejut mengetahui bahwa Lintang membawa dua helm, sepertinya cowok itu sudah terbiasa mendengar Leta minta diantar pulang olehnya sampai niat membawa dua helm.

Leta menyusul menaiki motor lalu motor Lintang mulai melaju meninggalkan Fiona yang hanya terdiam menunduk dalam dengan kedua tangannya terkepal kuat. Sepanjang perjalanan senyum Leta tak pernah luntur, tangannya memeluk erat perut Lintang. Entah apa yang dipikirkan Lintang, tapi sekarang dia sudah tidak menolak pelukan itu sedikitpun.

Kalo ini mimpi, please jangan bangunin gue dulu. Batin Leta.

Leta turun dari motor Lintang tepat setelah Lintang menghentikan motornya di depan gerbang rumah Leta.

"Jadi, lo sama Fio bener-bener udah nggak ada apa-apa?" tanya Leta sambil mengembalikan helm yang tadi dipakainya.

"Yaa, gitu."

"Sejak kapan?"

Lintang mengedikkan bahunya. "Bokap gue yang bilang, perjodohannya udah dibatalin."

Leta tersenyum. Entah ini hal baik atau bukan, sebagian dari hatinya mengatakan ini hal buruk. Jika masalah terselesaikan maka dramanya akan berakhir. Tapi Leta segera menepis pikiran buruk, ini hal baik tentu saja karena artinya dia menang mengalahkan Fio. Fio bukan lagi siapa-siapa untuk Lintang, sedangkan dirinya menyandang status pacar. Setidaknya untuk saat ini.

"Thanks udah nganterin, bye bye." Leta melambaikan tangannya dengan tersenyum lebar. Tanpa menunggu Lintang pergi seperti biasanya, Leta melangkah menuju halaman rumahnya. Masih bimbang harus senang atau sedih, hingga akhirnya memutuskan tetap berpikir positif seperti biasa.

Kita Putus [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant