24. Masa lalu

540 44 21
                                    

Sore ini hujan mengguyur Jakarta dan angin berhembus cukup kencang, bahkan samar-samar suara petir terdengar. Orang-orang seringkali mengaitkan antara hujan dan kenangan, mungkin karena ketika hujan datang suara di sekitar memudar hanya gemericik air yang terdengar membuat seseorang disadari atau tidak memilih diam lalu merenung barang sejenak.

Ingatan yang muncul di benak Leta adalah hari ketika Lintang memutuskannya. Tanpa sadar sudah hampir tiga minggu terlewati sejak hari itu. Leta memandang jendela di sampingnya, sudah terlalu malas mendengarkan ucapan guru yang mengajar di depan, sekedar informasi Imel bahkan sudah tenggelam dalam mimpinya dengan melipat kedua tangannya di meja. Lagipula beberapa menit lagi bel pulang akan berbunyi.

Lintang udah suka sama gue belum ya? Hanya pertanyaan itu yang muncul di benaknya saat mengingat hari itu.

Akhirnya suara yang ditunggu-tunggu mulai terdengar, bel pulang sekolah. Leta mengemasi barang-barangnya, membangunkan Imel kemudian berlari keluar kelas tanpa menghiraukan Imel yang masih linglung. Setidaknya Leta sudah berbaik hati mau membangunkan bukan?

"Lintang!" Leta tersenyum lebar mengetahui perkiraannya tepat, Lintang belum pulang dia tidak akan menerobos hujan sederas ini. Lintang masih duduk di koridor kelas bersama beberapa teman sekelasnya, termasuk Seon dan Jaya tentunya karena mereka satu kelas juga.

"Rajin amat cewek bucin satu ini," tegur Jaya.

"Yang jomblo nggak bakal tau rasanya, jadi diem aja," sahut Leta sambil mendorong tubuh Jaya yang duduk di sebelah Lintang, dan tentu saja Leta menggantikan tempat Jaya. Jaya pasrah saja, masih ingat bahwa Leta perempuan tentu saja.

"Sembarangan lo ngatain jomblo, gue udah punya pacar ya!"

"Hah, bukannya baru putus?" Lintang yang bertanya kali ini.

"Udah ada yang baru dong."

"Siapa?" tanya Leta.

"Dia?" Lintang menunjuk seseorang yang berjalan di ujung koridor. Saat Leta akan menoleh dengan cepat Jaya menutupi pandangannya, membuat Leta berdecak kesal.

"Iya tapi--" Jaya menaruh telunjuknya di depan bibir. "Masih rahasia."

"Siapa sihh?" Leta menyingkirkan tubuh Jaya. Tapi, yang mana? Begitu banyak orang di koridor.

"Kepo lo!"

Leta hampir mengeluarkan umpatannya untuk Jaya, tapi kembali tertelan saat mendengar ucapan Lintang.

"Kemana Yon!" Lintang menatap Seon yang sedari tadi berdiri diam menatap hujan, tiba-tiba berlari menerobos hujan hingga ke bangunan seberang.

"Jun bukan sih?" kening Leta mengerut dalam, masih memfokuskan pandangannya, benarkah Seon menghampiri Jun?
Seon terlihat mengulurkan payung yang baru dikeluarkan dari tasnya, tapi ditolak mentah-mentah oleh Jun.

"Seon sama Jun ada hubungan apa sih? Aneh banget," tanya Leta yang selama ini merasa aneh dengan interaksi keduanya.

"Jun adiknya Seon--"

"Jay!" panggilan Lintang memotong ucapan Jaya. Sedangkan Leta terlihat seperti orang bodoh yang hanya bisa menoleh ke kanan ke kiri.

"Jun adiknya Seon?" tanya Leta hampir tak percaya. Tapi jika diingat-ingat perlakuan Seon kepada Jun memang sangat perhatian, lebih perhatian daripada kakak laki-laki kepada adik laki-laki ada umumnya malah.

"Nggak usah nanya, privasi orang. Kalo mau tau, tanya langsung sama orangnya." Lintang beranjak dari duduknya, berdiri tepat di hadapan Leta dengan kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya, membuat Leta gagal fokus untuk sesaat. Hanya diam menatap manik hitam cowok itu.

Kita Putus [END]Where stories live. Discover now