01

16 0 0
                                    

"hujan deras yang mengguyur seluruh ibu kota selama kurang lebih 3 hari ini, menyebabkan terjadinya kecelakaan dibeberapa tempat tertentu. Beberapa informasi yang juga kami dapatkan, yakni ialah terjadinya bencana longsor dan banjir di daerah dengan dataran yang lebih rendah, karena itu pemerintah menghimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam berkendara, tetap gun--"

"Kaii" Panggil seseorang mengalihkan pandanganku pada berita yang sedang kutonton.

"Bundaa.." sapaku ketika melihatnya membawakanku secangkir kopi dan sepiring gorengan.

"Apa kau yakin akan pergi sekarang? sepertinya cuaca terlalu buruk untuk melakukan perjalanan kai" celoteh bunda yang melihat semua perlengkapanku sudah rapi dan sangat siap untuk berangkat.

ah,, perkenalkan. Namaku Caisar Arkana Mossa, aku adalah seorang psikiater yang baru saja mendapatkan pekerjaan beberapa hari yang lalu, mengingat beberapa waktu yang lalu aku masih bekerja disekitar rumahku, tapi kini aku memutuskan untuk hidup lebih mandiri lagi . sayangnya pekerjaanku terhalang karena cuaca yang tidak mendukung, mengingat aku harus keluar kota dan bunda terlalu posesif untuk hal hal semacam ini.

"Batalkan saja kai, lagipula apa ayah dan bunda kurang memberimu uang sehingga kau butuh pekerjaan? atau, kau bisa membuka klinikmu sendiri kai, ayah dan bunda sangat tidak kekurangan untuk hal hal semacam itu." jelasnya.

Memang benar, keluargaku adalah keluarga berada, yang jika saja ditanya, aku memang tidak butuh bekerja. Seandainya kesombongan itu berguna, akan kusombongkan hartaku yang mungkin tidak akan habis sampai 7 turunan. Tapi, entahlah, ayah mengajarkanku menjadi seirang pria yang tangguh, pria sejati, yang tidak bergantung, dan bisa mandiri. Dan lagi pula aku sudah lumayan lama menyelesaikan studiku, tugas ayah dan bunda untuk membiayaiku sudah selesai sampai disitu pikirku. Kini tinggal aku yang harus berjuang untuk masa depanku dan kebahagiaan ayah dan bunda. Ahh aku terdengar seperti seorang pria berhati hello kitty bukan,, haha.

"Tidak bunda, kai mau belajar dan berusaha sendiri dari 0, bukan tidak menghargai usaha ayah dan bunda buat kai, tapi bukannya mandiri adalah hal yang kalian ajarkan? jadi biarlah aku mencoba" jelasku dan memeluknya.

"tapi kamu harus janji sama bunda, kalo nanti kamu kesusahan, kamu gak boleh sembunyiin dari bunda dan harus langsung kasi tau bunda yah disana!" tegar wanita paruh baya yang menjadi cinta pertamaku itu, yang hanya kubalas senyum suminggrah.

"kaii,," panggil seseorang dari pintu kamarku.

"kamu boleh menolak banyak hal, tapi untuk yang satu ini, ayah harap kamu bisa terima" ucap ayah sambil memberikan selembar kertas padaku.

"Rumah?" ucapku yang diangguki ayah.

"yah, hal pertama yang mau aku capai itu bisa beli rumah sendiri, aku akan terluka jika tidak menerima ini, tapi jati diriku akan kecewa jika menerima ini" ucapku.

"emm begini saja, jika kau merasa kurang nyaman, ayah akan membuatnya seperti sebuah kontrakan, bagaimana?" jelas ayah.

"maksudmu? tanyaku.

"toh kan nanti disana kamu pasti akan cari apartmen, rumah kontrakan atau lain semacamnya, dan itu pasti di bayar, secara kamu belum punya cukup uang untuk membeli uang haha" ejek ayah yang memang mengetahui tabungan dari gajiku yang sebelumnya masih belum cukup untuk membeli rumah. Lagi pula aku tidak berniat membeli rumah di daerah yang begitu jauh, aku hanya ingin menambah pengalamanku saja.

"jadi, dari pada kamu cari tempat tinggal lagi, biarlah kamu tinggal ditempat itu, supaya kamu nyaman nanti, kamu bisa bayar uang bulanan ke ayah, bagaimana" tanyanya

aku tertawa renyah mendengar ucapan ayah barusan. Tapi aku juga bangga, setidaknya ia tidak menjatuhkan harga diriku sebagai seorang pria hanya dengan perkara rumah. dan akhirnya akupun menyetujui ayah.

ELYNSIEWhere stories live. Discover now