"Gak tahu lah, kesel." Raut wajahnya berganti cemberut.

"Gabung sana, tiap debat sama lo yang ada berakhir lo nya nangis," Heaven menggenggam tangan kecil perempuan itu, lalu sedikit ditariknya dan dituntun kedalam. Bergabung dengan Shaka dan Vivian yang hampir selesai membagikan.

"Hallo kakak ganteng," sapa seluruh anak yang berkerumun disana.

Bibir cowok itu mencetak senyum tulus keseluruh anak, tanpa disengaja Mutia yang melirik Heaven pun ikut tersenyum. Baru tahu ternyata sisi baiknya ada juga, berbeda dengan keseharian yang selalu saja mengelus dada.

"Sekolahnya pada pinter pinter gak nih?" tanya Heaven malah di hadiahi tawa oleh semuanya.

"Gak pada mau belajar kak..."

Heaven tersenyum kembali, lalu menoleh ke arah istrinya. Bahagia dengan cara membuat orang bahagia, itu definisi dari bab ini.

Heaven

Heaven memijit keningnya sebelum akhirnya mengeluarkan puspita dari mesin cuci

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Heaven memijit keningnya sebelum akhirnya mengeluarkan puspita dari mesin cuci. Agak heran mengapa punya hewan peliharaan susah sekali diarahkan. Padahal tidak kurang kurang cowok itu mendidik serta mengajarkan hidup yang baik. Tapi namanya juga kucing, ada lobang main masuk.

Kaya majikannya gak sih😬

"Lo gue tinggal sebentar kenapa bikin orang rumah panik hm?" Heaven mengelus kepala peliharaannya, sebelum dia membopong kucing gembrot itu keluar dari mesin.

"Kegiling jadi gepeng lu," gumamnya lalu menonyor kepala puspita.

Cowok itu sebenarnya sayang, tapi kadang jahilnya kelewatan. Makanya Puspita juga ketularan.

"Puspita kenapa lagi," Mutia yang sedari tadi mengekori Heaven pun bersuara. "Butuh jodoh mungkin Kak."

"Seneng bener dicariin jodoh, yang ada kawen terus," sahutnya.

"Ya gak lah, kan gak sekedar itu doang. Dia juga butuh temen hidup, biar lebih berwarna."

"Punya bos kaya gue, hidupnya juga udah berwarna."

"Bukan berwarna, tapi kelabu!" sindir Mutia di iringi cebikan dibibirnya.

"Sialan, nyindir apa?"

"Lah itu paham. Kemarin sih kamu masuk masukin puspita ke kulkas. Jadi keterusan kan, suka masuk ke mesin mesin dirumah. Nanti kalau lengah gimana?"

"Ya gue kira biar adem." Heaven lalu menatap iba puspita.

"Biar adem apa biar kaku! Heran aku sama kamu," perempuan itu menggeleng pelan.

"Apa perlu gue adopsi kucing satu lagi?" ucapnya sedikit gak yakin. Gimana mau yakin, ngurus satu saja kualahan.

"Biarin dulu lah, ntar juga maen sama si maung kucing tetangga, doyan ML inih," Heaven pun akhirnya menurunkan Puspita. Membiarkan dia berlarian kesana kesini sesuai kemauannya.

HEAVENWhere stories live. Discover now