(31) Ikhlas

141 27 211
                                    

Happy reading♡

Jangan lupa vote dan komen♡
_________________________________________

"Dia terlihat begitu sempurna bagiku, hingga aku tak sadar bahwa dia juga manusia yang suatu saat akan diambil oleh sang pencipta"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Dia terlihat begitu sempurna bagiku, hingga aku tak sadar bahwa dia juga manusia yang suatu saat akan diambil oleh sang pencipta"

•-Maikel Zavaraiza-•

"Setidaknya aku memiliki waktu yang berharga untukmu, walau itu hanya terasa sedetik bagiku"

Brak!

"Mati, seperti pecundang..." kata terakhir yang diucapkan Hyunjin sebelum ia pergi bersama mobil yang menabrak mereka berdua.

Mata mereka mulai tertuju pada satu sama lain, tertidur diatas aspal dingin dengan darah yang mengalir keluar dari pelipis Adrien. Getaran hati Maikel yang tak lagi bisa membuatnya bangkit dari posisinya.

"Tolong, selamatkan dia" gumaman hati kecil Maikel yang tak akan bisa di dengar oleh siapapun. Mulut Maikel yang tak lagi bisa mengeluarkan suara, hanya hatilah yang bisa berteriak di dalamnya.

Ambulance datang dengan cepat memisahkan mereka, membawa setiap orang di ambulance yang berbeda hingga kembali ke rumah sakit. Suasana rumah sakit semakin panas saat mata semua orang yang lewat memperhatikan tubuh penuh darah itu.

"Jan-ji....jan-ji..jan-ji" gemingan yang terus terucap oleh Maikel pada dokter yang membawakan infus di sebelahnya.

"Tuan, mohon untuk tetap buka matamu" ucap dokter yang berbisik di telinga Maikel.

"Se-lamatkan ien...jan-ji" gemingan kembali terucap dari mulut Maikel sebelum mulutnya tak lagi terbuka.

Dokter mulai memasukkan mereka berdua ke ruang operasi dan melakukan operasi penjahitan pada titik luka mereka.

"Tulang rusuknya patah..." seorang dokter saat meronsen dada Maikel dan memperlihatkan tulang rusuknya yang patah dengan ujung yang tertanam di paru paru kanan Maikel.

Monitor yang terus berjalan dengan perlahan menurunkan detak jantung Maikel.

"Berikan kejutan, 5! 10!" dokter terus berusaha mengembalikan detakan itu menjadi normal, namun tetaplah tak berhasil. Detakkan jantung Maikel kini terus menurun dan membuat dokter terdiam menatap jantung yang perlahan meredup.

Semua tertunduk dengan melepas semua peralatan operasi yang mereka gunakan. "Operasi gagal" keheningan mulai terjadi hingga suara monitor hanya mengeluarkan satu suara yang mendefinisikan garis lurus disepanjang layarnya.

Brak

Hendra datang dengan wajahnya yang pucat saat berhasil memaksa untuk membuka pintu operasi.

"LEPAS! DIA BUTUH GUE! SAHABAT GUE BUTUH GUE!" Semua dokter dan asisten dokter melihat Hendra menerobos masuk dan di halangi oleh petugas karena membuat keributan dengan teriakannya.

Miracle | Mark leeWhere stories live. Discover now