(4) Mirip kayak di film

138 58 150
                                    

Happy reading♡

Jangan lupa vote dan komen♡
_________________________________________

"Apa kalian telah bersyukur untuk hari ini? Jika ditanya untuk apa, maka jawaban yang cocok adalah untuk nafas yang masih diberikan tuhan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Apa kalian telah bersyukur untuk hari ini? Jika ditanya untuk apa, maka jawaban yang cocok adalah untuk nafas yang masih diberikan tuhan. Karena seburuk apapun harimu tak akan sebanding jika saat kamu bangun, kamu tak lagi bisa bernafas"

•—Maikel Zavaraiza—•

Pintu mulai terbuka dengan perlahan. Menampakkan sosok tinggi yang tak lain adalah Mbak Sri.

"Maikel, kamu tau kunci ruangan sebelah kamar ayahmu?" Tanyanya dengan nada datar.

"Itu berangkas"

"Enggak"

"Apa benar? Karena ayahmu menyuruhku untuk membersihkannya juga hari ini"

"Kenapa Mbak Sri harus repot - repot tanya anak kecil kayak saya? Kenapa gak langsung tanya ayah?"

"Ayahmu menyuruhku untuk bertanya langsung dengan anaknya"

"Ti-dak ta-u" jawab Maikel dengan putus putus sambil mengangkat satu alisnya.

"Kamu yakin? Atau Mbak gak bakal buatin sarapan buat kamu"

"Gak perlu repot - repot, aku bisa pesen makanan kok Mbak"

"Anak kurang ajar!" Ketusnya yang membanting pintu kamar Maikel sambil menguncinya.

Mata Maikel yang terkejut segera berlari kearah pintu dan mencoba membukanya. Namun, sayang dia terlambat sebelum Mbak Sri menguncinya.

"Mbak Sri buka pintunya! Aku bisa lapor ayah! Aku juga bisa lapor nenek! Aku telfon polisi!" Teriak Maikel yang berulang kali menggedor.

"Seperti yang dikatakan ayahmu, kamu memang anak yang nakal dan sangat sulit diatur. Jadi akan sia sia kalo kamu nelfon ayahmu, dia gak bakal peduli" jawabnya dari luar.

"Enggak! Dia bakal peduli!" Sangkal Maikel yang ingin menangis.

"Yaudah coba aja telfon"

"Nomer yang anda tuju sedang berada diluar jangkauan harap menunggu sebentar lagi..."

Maikel berhasil menumpahkan air matanya diatas layar Hp. Rasa kesalnya terus membakar hatinya hingga dia membanting kuat layar Hp itu ke dinding berulang kali dan rusak.

"Nenek...." rengeknya yang menangis menatap layar Hp nya yang telah berubah menjadi pelangi.

Satu hari yang terlihat menyeramkan bagi Maikel dimana dia tak bisa keluar dari kamarnya, walau hanya untuk makan. Untungnya dia selalu menyimpan roti di dalam tas sekolahnya, mesti roti itu telah berjamur sebagian.

"Kalo bunda ada disini pasti Maikel dimarahin makan roti yang udah biru biru" geming Maikel yang kembali meneteskan air matanya di atas roti sambil melahapnya dengan rakus.

Miracle | Mark leeWhere stories live. Discover now