10 | Sebuah ruang dimana ada kamu

Start from the beginning
                                    

“A-ah iya.” Ujar Raya usai menenggak minumannya. Setelahnya, ia bergumam sendiri dalam hatinya, “Sayang pala lu peyang.”

“Duhh, Mama jadi pengen muda lagi deh.” Setelahnya mereka tertawa bersama. Entah apa yang lucu, Raya hanya menyesuaikan keadaan agar tidak terlalu canggung.

“Sarapan bareng yuk Ma, kebetulan Raya masak banyak.” Tawar Raya sembari menyiapkan nasi dan lauk untuk mertuanya itu.

“Wahh, menantu Mama jago masak nih. Enak banget.” Ujar Mama usai melahap masakan buatan Raya.

Mata Raya seketika berbinar – binar mendengar perkataan ibu mertuanya. Ia merasa senang, ibu dari suaminya itu menyukai masakannya. Jadi seperti ini rasanya dipuji oleh mertua sendiri.

“Ya ampun makasih Ma,”

“Iya sayang. Oh ya, kamu juga harus cobain masakan Mama dong. Ini tuh spesial.” Ujar Mama sambil mengeluarkan sedikit makanan yang ia bawakan tadi.

Raya terdiam sejenak tanpa ekspresi saat usai memakan masakan mertuanya itu.

“Raya, kenapa? Gak suka ya? duh maaf deh lain kali Mama bawakan kesukaan kamu.”

“Nggak kok Ma, ini enak tapi__huekk,” Raya bergegas lari menuju toilet. Ia merasa mual dan pusing. Mama dan Chandra yang melihat itu panik.

“Loh, Raya, kamu kenapa sayang?” Ujar Mama sedikit berteriak mengikutinya ke arah toilet diikuti dengan Chandra yang juga terlihat sangat panik.

Tak lama kemudian Raya keluar dengan wajah pucatnya.

“Kamu sakit sayang? Ke rumah sakit aja ya?” Tawar Mama yang hanya dibalas Raya dengan gelengan pelan.

“Gak pa-pa Ray? Kita ke rumah sakit aja, kamu gak usah kuliah hari ini.” Ujar Chandra yang sekali lagi membuat Raya menggeleng.

“Gak pa-pa kok, paling cuman masuk angin aja. Bentar lagi juga sembuh.”
Mama kemudian diam sejenak memandangi Raya yang sekarang tengah kebingungan dengan ulah ibu mertuanya itu.

“Kamu bulan ini udah bulanan?” Tanya Mama.

Raya semakin bingung mendengar pertanyaan itu. Ia berpikir sejenak kemudian begumam, “Belum sih Ma, tapi harusnya minggu ini sih.”

Mama kemudian menjentikkan jarinya dan tersenyum bahagia, “Fix, kamu pasti hamil.”

Raya dan Chandra yang mendengar itu sontak membelalakkan mata, lalu keduanya beradu pandang.

“Aaaa, Mama seneng banget, bentar lagi punya cucu.” Ujar Mama yang kegirangan.

“Ha-hamil? Gak mungkin Ma, Raya cuman masuk angin aja.” Ujar Raya dengan senyuman terpaksanya itu.

“Bentar, Mama mau telpon Papa dulu. Berita bahagia ini.” Ujar Mama beranjak menjauh meninggalkan mereka berdua tanpa mendengarkan Raya yang sesekali memanggilnya.

Chandra kemudian menarik pelan tangan Raya menjauh agar Mama tak dapat mendengar, sekalipun mereka sekarang sudah berjauhan.

“Kamu beneran hamil? Kok bisa? Kita kan gak ngapa-ngapain.” Tanya Chandra dengan nada paniknya.

“Iih apa sih, gak mungkin lah.”

“Terus tadi kata kamu telat bulanan, apa lagi kalau bukan hamil.” Ujar Chandra yang semakin panik.

“Gak tahu juga, tapi gue gak hamil Chan.” Raya terus saja menyangkal.

Chandra menerawang udara kemudian menatap Raya lekat.

“Jangan – jangan kamu sama Reza??” Ujarnya dengan mata melotot. “Gak bisa gitu dong Ray. Bagaimanapun kamu itu istri sah aku.” Lanjutnya.

“Apaan sih, gue gak ngapa-ngapain kali sama Reza. Jangan ngaco deh.” Raya tak habis pikir dengan pola pikir ibu dan anak ini, mereka sama – sama dengan gampangnya menyimpulkan sesuatu yang belum tentu benar adanya.

Ursa MinorㅣLee Haechan ✔Where stories live. Discover now