17. Tatapan Itu

61 7 0
                                    

Mobil sport hitam milik Axel berhenti di sebuah lobby hotel, pemiliknya turun dan langsung membukakan pintu penumpang. Freya turun. Dia mengenakan dress berwarna navy, senada dengan kemeja yang di pakai Axel. Riasan Freya dan tatanan rambutnya terlihat glamour karena sebelumnya perempuan itu telah dari salon untuk mempersiapkan semuanya.

"Frey, minggu depan temenin aku ke acara ulang tahun adiknya kolega bisnis aku ya."

Axel sedikit cerita juga tentang si yang punya acara hari ini. Namanya Kintan. Selidik punya selidik, Kintan ini suka sama Axel dan ingin sekali Axel menjadi pacarnya. Karena Axel mempunyai hubungan baik dengan Reno, Kakak dari Kintan, Axel tidak leluasa menolak Kintan dengan kasar. Satu-satunya cara adalah mengajak Freya untuk menjadi partner di acara Kintan.

Setelah mereka berdua turun, mobil Axel di ambil alih petugas vallet parking. Axel menggenggam erat tangan Freya lalu melepasnya begitu Reno menyambutnya dan langsung memeluk Axel sebentar.

"Makasih udah dateng, Bro!" ucap Reno.

"Sama-sama, Bro!" jawab Axel. "Oh iya, Bro, kenalin, ini Freya."

Pandangan Reno langsung tertuju pada Freya. Dia langsung mengerti mengapa Axel tidak bisa move on dari perempuan ini. Sejujurnya, menurut Reno, Gadis lebih cantik dari Freya, tapi memandang Freya lebih lama terlihat lebih nyaman.

Teman Axel yang bernama Reno ini memang sudah lama menyukai Gadis. Bahkan dia tahu kalau perempuan yang di sukainya itu menyukai temannya, tapi hubungannya dengan Axel tidak retak hanya karena masalah perempuan. Toh perempuan yang mengejar Reno juga tidak sedikit.

"Hallo, Frey, makasih udah dateng."

"Sama-sama, Reno."

"Kak Axel?! Akhirnya dateng juga! Ditungguin dari tadi juga!" tiba-tiba saja sesosok perempuan cantik dan glamour datang dari belakang Reno. Dia langsung memeluk Axel sebentar, dan langsung menagih kado dari Axel.

"Selamat ulang tahun, Kintan!" kata Axel seraya memberikan sebuah kotak berukuran sedang.

Kintan buru-buru mengambil kado dari tangan Axel lalu membukanya. Sebuah gelang yang sangat cantik. Matanya berbinar-binar seolah ini kado spesial yang diterimanya di hari ulang tahunnya yang ke-17 itu.

"Pakein!" pinta Kintan sambil mengulurkan tangannya. Hingga Axel setengah terpaksa menuruti permintaan Kintan karena menghargai Reno. "Cantik gak?" tanyanya pada Axel yang hanya disenyumi pria itu. "Yuk, Kak!" spontan Kintan menggandeng lengan Axel, namun Axel menahannya. "Kenapa?"

"Kintan, gue kesini sama pacar gue. Kenalin, ini Freya, pacar gue."

Pandangan Kintan kini berganti pada Freya yang sedari tadi berdiri di belakang Axel karena memberi ruang untuknya mendekati Axel. Namun pandangan Kintan tidak bersahabat. Dia melihat penampilan Freya dari atas ke bawah.

Bukan dari kelas bawah! Batin Kintan.

"Pacaran dari kapan?"

"Dek, gak sopan nanya gitu." potong Reno.

"Jaga-jaga aja, kali aja pacar sewaan!"

Pandangan Axel langsung berubah saat itu juga. Freya dan Reno yang menyadari kalau Kintan sudah kelewat batas langsung mengambil perannya masing-masing. Freya menggandeng lengan Axel sambil mengusap-usap lengannya untuk menenangkannya, sementara Reno membawa Kintan masuk untuk menghindari ucapan Kintan yang akan lebih kelewatan lagi.

"Kak Reno emang baru pertama kali ketemu Freya, tapi Axel selalu cerita tentang Freya. Freya itu hidupnya Axel, dan kamu gak bisa gitu aja gantiin posisi dia. Dengan sangat menyesal Kak Reno harus bilang ini ke kamu karena kamu udah kelewatan, Dek!" ujar Reno.

"Kak Reno sendiri bukannya suka sama Kak Gadis, perempuan yang jelas-jelas suka sama temen Kak Reno sendiri! Kak Reno gak malu apa rebutan perempuan sama Kak Axel?!"

"Axel itu gak suka sama Gadis, Dek, jadi Kak Reno bukan rebutan perempuan sama Axel, sampai sini jelas?!"

"Yakin kalo Kak Axel gak suka sama Gadis?"

Reno mengangguk yakin. "Dari tatapan Axel ke Freya aja, Kak Reno tau kalo Freya satu-satunya. Selama ini Axel selalu membahas Freya, awalnya Kak Reno gak percaya, tapi hari ini Kak Reno liat sendiri." ujar Reno. "So, stop wasting your time for someone whose heart is not for you!"

Meskipun Reno memanjakan adiknya, tapi kalau Reno merasa adiknya sudah kelewatan, Reno akan terang-terangan mengatakan kepada adiknya, dan kalau sudah seperti itu, mau tidak mau Kintan harus menuruti kata-kata Reno. Meskipun pada akhirnya hari itu bukan hari terbaiknya karena sepanjang acara berlangsung, dia melihat sendiri tatapan Axel pada perempuan bernama Freya itu. Tatapan yang tidak pernah ditunjukkan Axel pada perempuan manapun.

Bahkan ketika berbincang dengan kolega bisnis yang lain, mata Axel tak lepas dari Freya. Sejujurnya dia iri, kenapa pria tanpa celah itu menyukai perempuan lain dan bukan dirinya? Bahkan tatapannya itu hanya ditunjukkan untuk satu orang.

Dan ada satu hal yang membuat Kintan penasaran dengan perempuan bernama Freya itu. Adalah saat Gadis bertemu dengannya, perempuan yang sangat agresif dengan Axel itu terlihat menghindari Axel, meskipun sesekali Kintan melihat kalau Gadis sedang memandang Axel.

Freya, siapa sebenernya lo? Tanya Kintan dalam hati.

* * *

Sudah hampir dua minggu Freya belum mendapat kabar dari Fandy. Mungkin sekarang Fandy sudah kembali ke Singapura. Handphonenya tidak aktif. Ini pertama kalinya mereka bertengkar dengan waktu yang lama.

Di akhir pekan, Freya menginap di apartemen yang baru saja dia beli dengan tabungannya sendiri. Tentu saja apartemen yang sekarang dia tempati sudah lengkap dengan segala barang-barangnya.

Hari ini sepertinya dia malas keluar. Tidak ada yang mengajaknya keluar. Apalagi Axel sedang ke Makasar untuk mengurus bisnisnya disana.

Seharian hanya menonton netflix. Hingga akhirnya siang menjelang sore, Freya memesan makanan karena perutnya sudah mulai lapar. Dia juga pergi mandi sembari menunggu pesanannya datang. Hingga setelah Freya selesai mengeringkan rambutnya, handphonenya berbunyi. Kurir yang mengantar pesanan tidak dapat masuk ke apartemen karena untuk masuk harus menggunakan kartu akses. Akhirnya Freya turun ke bawah.

"Makasih ya, Mas." ucap Freya kepada kurir yang mengantar pesanan. Wangi makanan yang ia pesan membuatnya ingin cepat-cepat menyantap makanan pesannya.

Hingga ketika keluar dari lift, Freya di kejutkan dengan seorang pria yang ingin membuka pintu unit apartemennya. Pria itu membawa dua koper. Pria itu juga terkejut menatap Freya.

"Frey..." ucapnya lirih.

Namun Freya masih tetap diam di tempatnya. Tidak tahu apa yang harus dikatakan dan dilakukan. Padahal Freya sangat merindukan sosok itu.

Fandy.

* * *

Just Because FWhere stories live. Discover now