7. Makasih Udah Cemburu

112 13 0
                                    

Hari ini Freya datang ke universitas tempat Axel kuliah, bukan karena ingin mencari Axel, tapi dia ada panggilan interview disana. Iya, Freya melamar posisi dosen di kampus tempat Axel kuliah. Sebenarnya sudah beberapa bulan yang lalu dirinya mengirim lamaran.

Semuanya cukup lancar bagi Freya karena posisi dosen tersebut Freya terima dari temannya yang juga adalah dosen disitu, lebih tepatnya senior Freya, satu angkatan dengan Fandy.

Sejak kejadian itu Axel tidak menghubunginya. Freya tahu Axel langsung kembali ke rumah hari itu. Tapi moodnya jadi berubah. Menjadi cepat sekali marah. Freya paham seperti apa Axel kalau moodnya tidak baik.

Hari ini Freya harus berkunjung ke rumah Axel, untuk menemui Om Ray dan menyapanya dengan benar, karena terakhir kali mereka bertemu di acara wisuda Axel.

"Non Freya? Ya Allah, Bibi kangen!" seru Bi Ita dengan terkejutnya melihat Freya saat membuka pintu rumah. Dia langsung memeluk Freya yang di sambut perempuan itu. "Ya Allah, Non, makin cantik aja!"

Freya tersenyum, "Makasih, Bi Ita, Bibi juga makin cantik, keliatan awet muda."

"Ah, Non bisa aja. Mau ketemu Den Axel?"

"Oh, engga, Bi, Freya mau ketemu Om Ray. Ada?"

"Oh, Pak Ray, ada, Non. Non duduk dulu ya, saya panggilin Pak Ray. Untung Non gak nyari Den Axel, dia juga belum pulang dari siang."

"Oh, kemana, Bi?"

"Bibi juga kurang tau, Den Axel gak bilang."

"Oh iya, ini ada sedikit oleh-oleh, satu untuk Bibi sama yang lain, satu untuk Om Ray."

"Wah, makasih ya, Non! Tempo hari juga Non bungkusin masakan padang buat disini. Non gak lupa kalo kita suka masakan yang itu."

Freya mengangguk, "Sama-sama, Bi."

Bi Ita meninggalkan Freya di ruang tamu untuk memanggil tuan rumahnya yang sedang ada di kamar. Selang beberapa waktu, Ray datang, membuat Freya bangkit.

"Eh, gak apa-apa, duduk aja, Frey!" Ray mempersilahkan.

"Lagi sibuk, Om?"

"Ah, engga! Cuma lagi iseng baca buku aja. Om denger kamu jadi dosen di kampus Axel ya?"

"Oh, tadi baru ngobrol aja sih, Om, belum jadi dosen."

"Gak tertarik nerusin bisnis David?"

"Sejujurnya Freya gak terlalu tertarik bisnis sih, Om, tapi kalo Papa minta tolong untuk nerusin bisnis, Freya mau bantu."

"Gimana Singapur?"

"Nyaman sih, Om! Disana semua serba teratur."

"Om denger kamu punya pacar disana?" tanya Ray. Freya tersenyum sebagai jawaban. "Kok gak diajak kesini?"

"Hari ini dia ada acara, Om, Freya juga abis dari kampus langsung kesini, jadi gak bisa ngajak."

"Om denger dia dapet beasiswa disana ya? Sampai S2? Terus kerja disana juga? Anak panti juga ya? Fandy? Om gak nyangka, anak itu ternyata akan sukses. Dia juga beruntung bisa dapetin hati kamu."

Freya tersenyum, "Freya yang beruntung, Om."

"Ah, kamu! Sukanya merendah! Kirain kamu bakal suka sama Axel!"

Freya hanya tersenyum. Tidak tahu kemana maksud dari kalimat Ray itu.

"Ngomong-ngomong Axel kemana ya? Gak keliatan dari siang?" tanya Ray celingak-celinguk.

"Kata Bi Ita tadi keluar. Freya kesini juga cuma mampir sekalian nengokin Om Ray."

"Oh, gitu?"

"Iya. Kalo gitu Freya langsung ya, Om. Gak lama-lama. Soalnya harus makan malem sama Mama Papa sebelum mereka flight ke London malem ini."

Just Because FWhere stories live. Discover now