3. Jangan Sentuh Freya Gue

195 20 1
                                    


"Lulusan terbaik jurusan Managemen dengan IPK 3.9, Axel Januar."

Tepuk tangan meriah dan pandangan orang-orang yang tertuju ke arahnya membuat Axel maju ke atas podium ketika namanya dipanggil karena prestasi yang dapatnya. Matanya fokus kepada satu arah dimana Freya duduk. Dia menempati kursi VIP di sebelah Ayahnya. Mata mereka beradu. Tentu saja Axel melempar senyum pada Freya yang dibalas perempuan itu.

Lo liat, Kak, gue akan buat diri gue sangat pantas bersanding sama lo. Batinnya.

Sebenarnya sebelum masuk ke dalam aula, Freya tak lepas dari sorotan. Bagaimana tidak, dia mengenakan batik couple dengan Axel. Freya tahu dirinya menjadi pusat perhatian, terutama mata perempuan disana yang menatapnya sinis.

Apa yang Axel sudah perbuat? Freya tidak tahu pasti. Yang jelas Freya tahu, Axel banyak di sukai perempuan di kampusnya.

Dan sekarang dirinya duduk di sebuah kursi VIP di sebelah Om Ray, Ayah Axel. Meskipun Ray sudah mengenal Freya dari kecil, dan Ray sangat dekat dengan kedua orang tua angkat Freya, tapi tetap saja rasa canggung itu ada.

Setelah acara selesai, beberapa dari mereka mengajak foto bersama, bahkan tak sedikit yang memberanikan diri mengajak Axel berfoto bersama. Axel tidak mungkin membentak mereka karena ada Freya. Bahkan tak jarang Freya mengambil alih mengambil foto mereka bersama Axel.

"Axel, aku ke toilet dulu ya." ucap Freya yang diangguki Axel.

Di dalam bilik toilet, Freya mendengar beberapa perempuan membicarakan tentangnya.

"Cantik banget sih! Pantesan Axel naksir! Dia juga baik banget! Gue juga kalo jadi cowok bakalan naksir sama Kak Freya."

"Iya, lo liat kan, mukanya Axel yang kayak mau marah tapi di tahan karena ada Kak Freya."

"Berarti gosipnya bener dong kalo pawangnya udah balik?"

Obrolan mereka terhenti ketika Freya keluar dari bilik toilet. Bahkan mereka terkejut, sosok yang sedang mereka bicarakan itu malah muncul dari dalam bilik. Berarti Freya mendengar obrolan mereka dong.

Freya mencuci tangan sambil melihat pantulan mereka dari cermin. Dia melempar senyum.

"Semua orang berhak berbicara sesuka hati mereka, asal omongan itu baik. Happy graduation ya. Semoga ilmunya bermanfaat."

"Ma... makasih, Kak Freya."

"Kak, kita boleh minta foto bareng Kakak?"

"Boleh dong!"

Setelah mereka mengambil beberapa foto, mereka pamit duluan pada Freya. Baru saja Freya akan keluar dari toilet, seorang perempuan masuk dan memblokir jalan keluarnya.

"Kak Freya?"

"Ya?"

"Aku Gadis, Kak, pacarnya Axel."

"Oh ya?"

Gadis mengamati reaksi Freya yang tidak terkejut sama sekali. Bahkan terkesan santai.

"Iya."

"Salam kenal."

"Axel sering cerita tentang Kakak loh! Kakak panutan dia. Dia juga cerita kalau pacar Kakak juga hebat."

Freya mengerutkan kening. Ada yang aneh dengan ucapannya. Terkesan berbohong. Karena Freya tidak pernah cerita pada Axel soal pacarnya. Hanya ada satu yang pasti, perempuan itu mengorek kehidupan pribadinya.

Freya tersenyum, "Nama kamu siapa?" Freya mengulurkan tangannya.

"Gadis, Kak,"

"Gadis, aku tau kamu bukan pacarnya Axel. Dan aku juga gak tau apa motif kamu mencari tau tentang kehidupan pribadi aku. Tapi kalo emang kamu beneran suka sama Axel dan sampai saat ini Axel belum juga ngeliat ke arah kamu, mungkin cara kamu yang salah." ucap Freya. "Aku duluan ya. Oh iya, happy graduation." lanjutnya.

Gadis terkejut, kenapa dia bisa tahu kalau Gadis menyukai Axel dan sampai saat ini dia masih belum bisa mendapatkan perhatian pria itu. Dia membalikkan badannya dan mengejar Freya.

Freya menghentikan langkahnya ketika Gadis berhasil meraih satu tangannya.

"Denger ya, Kak! Lo gak usah sok baik di depan banyak orang! Gue tau lo gak sebaik itu! Lo itu cuma anak panti yang kebetulan di adopsi keluarga kaya, jadi gak usah sombong!"

Freya tersenyum, "Bukan sebuah dosa menjadi anak panti yang beruntung di adopsi keluarga kaya. Betul kan?"

"Bagi gue sebuah dosa! Karena dengan begitu lo jadi gak sadar dimana seharusnya tempat lo kan?"

Freya tersenyum lagi, "Gadis, aku jadi makin yakin kalau Axel gak akan bisa menyukai kamu dengan tingkah laku kamu yang seperti ini." Freya mendekatkan wajahnya, membisikan sesuatu, "Cara ini terlalu murahan, Beib." bisiknya dan membuat Gadis marah.

"Gak usah banyak tingkah lo, Frey!"

"Lo yang jangan banyak tingkah!" sahut Axel. Gadis terkejut karena Axel ada disana, dan lebih terkejut lagi dengan tatapan Axel yang seolah ingin membunuhnya. Berkali-kali Axel menolaknya, tapi tidak pernah menunjukkan tatapan seperti itu. "Jangan pernah lo ganggu Freya gue!" bentaknya.

"Lo sadar gak sih kalo dia itu gak pantes buat lo. Sadar, Xel!"

"Lo yang harusnya sadar kalo lo yang gak pantes buat gue!"

Axel melangkah maju. Pergerakannya seperti sudah siap menangkap Gadis dan menyeret perempuan itu menjauhi Freya. Tapi Freya berjalan ke arah Axel menahannya.

"Jangan, please."

Satu ucapan Freya yang lembut itu dapat membuat tatapan Axel berubah menjadi lembut.

"Gue ambil mobil dulu, lo tunggu di lobby ya, Kak."

Setelah mendapat anggukan dari Freya, Axel pergi meninggalkan tempat itu. Freya berbalik menatap Gadis yang masih diam di tempat, menyaksikan betapa benarnya omongan-omongan yang selama ini di dengarnya mengenai Freya.

"Gadis, ini semua bukan demi aku, tapi demi kamu. Belajar dari kesalahan ya, Dis." pesan Freya. Dan dengan anggun dia meninggalkan Gadis sendirian dengan perasaan tidak percaya dengan apa yang dia lihat barusan.

Mobil sport hitam milik Axel sudah ada di lobby begitu Freya sampai. Axel turun dan membukakan pintu penumpang untuk Freya yang membuat banyak pasang mata melirik iri.

"Lo gak apa-apa kan, Kak?" tanya Axel lembut. Tangannya mengusap lembut rambut Freya.

"Gak apa-apa kok."

"Beneran? Harusnya lo jangan halangin gue tadi, Kak! Gue bener-bener gak suka ada orang yang kurang ajar sama lo!"

"Axel, dia itu perempuan."

"Gue gak mandang siapa dia ketika dia udah kurang ajar sama lo, Kak!"

Freya mengerti, dia tersenyum, menyentuh tangan Axel yang mengusap lembut rambutnya, "Makasih ya, kamu udua belain aku." ucap Freya. Axel mengangguk pelan sambil tersenyum. "Sekarang kita kemana?" tanya Freya.

"Hotel."

"Hah?"

"Lo kan janji sama gue akan ke tempat yang gue mau."

"Tapi... itu agak..."

"Kak, gue cuma rindu berbaring di kasur yang sama bareng lo. Cerita sebelum tidur, sampe kita ketiduran. Gue pikir-pikir rasanya gue gak tau apa-apa tentang lo selama lima tahun ini."

Freya tersenyum. Axel benar. Dulu, mereka suka menghabiskan malam bersama. Awalnya hanya main game, lalu bosan, dan Freya mulai mengorek kehidupan Axel, apa yang Axel suka, atau kekesalan Axel hari itu, sampai pada akhirnya mereka berdua tanpa sengaja tertidur.

* * *

Just Because FWhere stories live. Discover now