ꗃ. twenty three

3K 539 41
                                    

Sreett!






Secarik kertas yang sebelumnya dihantar oleh merpati itu di buka dengan kasar, bahkan hampir membuat kertas usang itu sobek menjadi dua bagian.

Sunghoon selaku yang membuka kertas itu menatap tak suka ke arah kertasnya, memasang raut tanpa minat sama sekali. Jake di sampingnya nampak sedikit terkejut akibat pergerakan Sunghoon membuka kertas itu dengan kasar secara tiba-tiba.

"Pelan-pelan..."

"Nanti kalo sobek gak bisa dibaca─"

"Walaupun gak sobek, saya tetap gamau baca."

Jake sedikit tersentak akibat jawaban ketus sekaligus dingin dari Sunghoon barusan. Baru pertama kali dia mendengarnya, agak kaget.

"Kan lo belum baca sama sekali isinya, kenapa udah main nyimpulin kayak gitu aja?"

Sunghoon menengok ke arah Jake dengan tatapan nyalang. "Daritadi kamu terus desak saya buat buka dan baca isi kertasnya──"

Ucapan Sunghoon terhenti, tatapannya melunak. Ia menatap Jake dengan tatapan sayu. "──Saya gak mau ninggalin kamu,"

Setelahnya, kertas usang itu di sodorkan di hadapan Jake. Mengisyaratkan agar Jake yang membaca isinya. "G─gue yang baca?"

Anggukan diberikan Sunghoon sebagai jawaban. Kertas itu di ambil oleh Jake dengan gerakan ragu-ragu, lalu membaca keseluruhan isi suratnya dengan perlahan. Mencermati segala yang di tulis disana.

Lama dia membaca, lalu mengalihkan atensinya dari kertas itu setelah selesai. Menatap Sunghoon lamat-lamat, sambil menyodorkan kertas yang telah selesai ia baca kepada Sunghoon.

"Gapapa, Hoon. Lo boleh pergi kalau emang udah waktunya," Celetuknya sambil tersenyum.

Lantas Sunghoon menunduk, memejamkan kedua matanya dan mengatur emosinya yang ntah kenapa bisa tak terkendali. Mungkin juga efek dari Jake yang sedari tadi mendesaknya untuk membaca isi kertas itu.

"Nggak usah senyum kayak gitu, jelek." Balasnya.

Senyum Jake memudar, di gantikan oleh bibirnya yang mengerucut sebal. "Ya terus gue harus gimana?!" Tanyanya sebal.

Sunghoon menatap Jake dengan pandangan tak bisa di artikan, lalu menghela nafas. "Kamu... Nggak akan kenapa-napa?"

Jake mengerjap beberapa kali, kepalanya menggeleng sedikit ragu. "Nggak akan," Jawabnya.

Sunghoon tau, tersirat nada keraguan dibalik jawaban Jake barusan. Dirinya juga sebenarnya tidak mau meninggalkan Jake, seketika dia menyesali semuanya.

Dari mulai perbuatannya, kegabahannya, ke-kejiannya, hingga sewaktu dimana dirinya merengut nyawa.

Hey, sesuatu yang sudah terjadi tak pantas untuk di sesali. Apalagi jika terjadi karena kesalahan sendiri, masih ada hati tuk menyesal?










































Flashback on.



Setumpuk berkas-berkas tebal nampak terletak tak beraturan di atas meja seseorang, nametag bertuliskan nama Park Sunghoon terlihat jelas berdiri di atas meja sana.

Sang empu mengusap wajahnya kasar, raut wajahnya nampak frustasi. Dia mendudukkan dirinya di atas kursi kerjanya, mengambil ponsel miliknya dari balik saku celana.

Ia fokus dengan sesuatu di ponselnya, keningnya berkerut tanda ia hanya fokus terhadap satu titik. Seperdetik kemudian, sebuah smirk andalannya tercipta pada bilah bibirnya.

(✓) vestigial, sungjake. Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon