"Naik mobil panitia."

"Anjir, serius Lo?"

"Dua rius, Lo tau nggak pas gue bangun masa ada yang-," cerita Caca terhenti saat Kowad yang mereka mintai angket memanggil Caca dan Olla.

"Dek!" panggilnya.

Caca dan Olla menengok ke arah perempuan berseragam loreng itu yang berdiri berhadapan dengan laki-laki berseragam tentara yang tak asing lagi bagi Caca. Olla menarik Caca agar menghampiri Kowad itu.

"Ini angketnya, kalian isinya mau disini atau di tenda?" tanyanya.

"Disini aja kak," jawab Olla.

"Ca, di tenda aja," protes Caca dengan pelan.

"Disini aja, mager bolak balik Ca."

Caca melirik dengan canggung laki-laki yang ada di depan kowad tadi, dia adalah Zafran.

"Kak, ada pulpen kan?" tanya Olla pada si Kowad.

"Ada kok, nih."

"Pinjem ya kak."

"Iya dek."

"Ca, Lo yang isi ya."

Caca berdecak, dia mau tidak mau mengikuti apa yang Olla putuskan. Dia duduk ke lantai pendopo lalu menuliskan semua kolom di angket itu.

"Ketuanya Lo aja," kata Olla.

"Kok gue sih, Lo aja lah!"

"Dih, tahun lalu juga Lo, Ca."

"Ck, yaudah deh."

Caca menyelesaikan angketnya, dia memberikannya pada si Kowad tadi yang masih berbincang dengan Zafran.

"Kak, ini angketnya," ujar Caca memberikan kertas angketnya.

"Oh iya, kalau begitu salah satu dari kalian ikut Kakak ini ya, soalnya mau pembagian makan siang."

"La, Lo aja gih," suruh Caca.

"Dih Lo lah, kan Lo ketua."

"Ck, La Lo aja deh."

"Lo kenapa sih? Kok kayak takut gitu sih?"

"Nggak apa cuma nggak mau aja."

"Aneh Lo, udah sana Lo aja." Alih-alih tetap disamping Caca, Olla malah kabur meninggalkan Caca yang mengutuk Olla dalam hatinya.

"Ayo." Suara berat Zafran membuat Caca makin takut. Dia jalan meninggalkan Caca lebih dulu, lalu disusul Caca yang mengekor dibelakang tubuh tinggi besar Zafran.

***

Caca berdiri dibarisan beberapa mahasiswa lainnya. Sepertinya memang benar yang bertugas mengambil bahan makanan untuk siang ini adalah para ketua kelompok, soalnya wajah-wajahnya sangat tak asing bagi Caca.

"Loh, Lo ketua lagi?" ujar Faye. Salah satu manusia yang sangat Caca hindari karena selalu membuatnya naik pitam setiap bertemu.

Malas menjawab, Caca hanya mendiami Faye. Merasa tak di hiraukan, Faye mencari akal untuk membuat Caca meresponnya dengan kekesalan ciri khas gadis itu.

Saat giliran Caca mengambil kantung bahan makanan untuk kelompoknya, Faye menyerobotnya dan mengambil giliran Caca dengan wajah sumringahnya.

"Thank you, Kak!" ujarnya pada Kakak panitia yang bertugas memberikan bahan makanan. Caca yang merasa diserobot sebenarnya tidak terima, dia ingin sekali mengomel dan bahkan menjambak Faye si banyak tingkah itu. Tapi Caca berpikir ulang, dia tidak mau berulah di hari pertama perkemahan ini. Setidaknya hari pertama harus baik-baik saja, hari selanjutnya Caca tidak bisa pastikan Faye akan selamat.

Zafran yang berada di pojok sana hanya menatap Caca dengan wajah datarnya, dia berdiri dengan membawa daftar kelompok yang akan menerima bahan makanan untuk hari ini.

Usai mengambil haknya, Caca berjalan menuju tendanya sembari menenteng kantung bahan makanan kelompoknya. Dengan kekesalan yang menumpuk dia memberikan kantung itu ke teman-temannya yang sudah persiapan masak.

"Kenapa muka Lo di tekuk gitu?" tanya Kana.

"Si Faye jadi ketua lagi."

"Oh, pasti Lo di buat kesel ya sama dia?"

"Menurut Lo? Itu manusia kayaknya kalau nggak ganggu gue tuh kayak nggak afdol. Gondok banget gue!"

Kana terkekeh, "Sabar, Ca. Nanti kalau dia berulah lagi kan Lo bisa bales, nggak usah ragu-ragu."

"Nggak Lo kasih tau juga gue udah pikirin banyak cara buat bales itu orang, tinggal tunggu waktunya aja."

Kana menggelengkan kepalanya, dia lalu lanjut membuka beberapa bahan makanan yang Caca bawa.

Bersambung...

***

Three Little WordsWhere stories live. Discover now