CHAPTER 06

227 60 15
                                    

ASSALAMUALAIKUM SENG²KU
GIMANA KABARNYA?

....

HAPPY READING
.
.
.
.
.
......

Kini pasutri itu berada di depan rumah Bumi, tatapan terpukau tercetak jelas di wajah Sabyna. Meskipun rumahnya juga mewah, menurutnya rumah Bumi sangat mewah.

Mereka berdua masuk, toh pintu sudah terbuka. Sunyi, tidak ada suara apapun di sana.

"Kok sepi?" Tanya Sabyna.

"Kenapa, takut?" Sontak Sabyna mengernyit.

"Dih gak ya."

Suara tepakan kaki menuruni tangga membuat Sabyna mengalihkan fokusnya. Seorang pria paruh baya dengan laptop di tangannya, baju khas CEO menambah kesan wibawa.

"Pah." Panggil Bumi, membuat Raffi menoleh.

"Ngapain kamu kesini?" Tanya Raffi to the point, apalagi melihat anaknya yang masih memakai seragam sekolah.

"Elah Pah, mampir aja masa gak boleh, lagian Mamah yang nyuruh kesini." Ujar Bumi.

Bumi menatap Sabyna yang masih berdiri di samping pintu, cowok itu lantas menarik tangan istrinya.

"Bumi jangan kasar ya!!" Peringat Raffi, kala melihat Bumi yang menarik tangan Sabyna.

"Nggak ya Pah, orang nariknya pelan."

Sabyna menghampiri Raffi yang duduk di sofa, gadis itu mencium tangan Papa mertuanya. Jujur saja, Sabyna gugup apalagi mengingat dirinya yang tak begitu akrab dengan keluarga Bumi.

Sabyna juga sadar, mereka terikat pernikahan karena kesalahan.

"Gimana kabar kamu Nak? Bumi gak macem-macem kan sama kamu?" Tanya Raffi, pria itu menutup laptopnya.

Sabyna tersenyum, "Baik Pah, gak kok Bumi baik sama Sabyna, mungkin sendikit ngeselin aja." Jelasnya.

Raffi terkekeh, memang sifat Bumi plek-ketiplek dengannya. "Ya udah Nak, semoga kamu betah."

Bumi yang mendengar pun lantas melirik Sabyna, gadis itu mengangkat bahunya.

"Pah mana Mama?" Bumi duduk di samping Raffi, sembari melipat kakinya di atas sofa.

"Ngapain kamu cari Mama?" Tanya Raffi tak suka.

"Yailah Pah, nanya doang posesif amat."

Sabyna tersenyum melihat tingkah suami dan mertuanya itu, terlihat sifat dan kemiripan di wajahnya.

"PAH KAMU NGOMONG SAMA SIAPA?"

Teriak Ratih, wanita itu keluar dari dapur dengan celemek bunga matahari. Mata wanita itu membulat, melempar centong yang ada ditangannya.

Membuat ketiga orang yang ada disana terkejut, wanita itu berlari langsung memeluk Sabyna.

"Lupa sama anak sendiri." Sindir Bumi, melihat kehangatan Mama dan istrinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SABUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang