BONUS CHAPTER : " Backward 1"

Start from the beginning
                                    

"Apa?" tanya Greyson.

"Papa mau bercerita!" Addo menarik kesimpulan sendiri.

"Kenapa aku?" Greyson protes.

"Aku setuju." Pat dan Addo sama-sama tersenyum sebelum saling melakukan tos. Greyson hanya mendecak namun pada akhirnya dia setuju.

"Baiklah, baik. Jadi—emm apa yang bisa kuceritakan?"

"Tentunya cerita ketika kau masih hidup, sayang." Pat melingkarkan tangan di pundak Addo, merangkulnya. "Dia kan belum tahu semuanya."

"Masa semasih hidup ya... Mmm..." Greyson mengedarkan pandangannya sekilas ke taman kecil didepannya, sembari berpikir. "Emm... dulu aku adalah orang paling culun di Cheyenne Middle, kau ingat kan, Pat?"

***

-flashback-

"Greyson, jangan lupa mengecek kotak surat."

"Ya, Bu." Tapi yang mendapat perintah masih melekat di kursinya, masih asik menekuni deretan-deretan kalimat dan angka dalam sebuah buku tebal. Greyson menghentak-hentakkan kaki kanannya pelan sesekali di bawah meja makan tempat dimana dia belajar pagi itu. Ini bukan hal yang baru karena seorang Greyson Chance bisa belajar dimanapun dan kapanpun. Dan ketika dia asik tenggelam dalam bukunya, keadaan disekitarnya ibarat lenyap-sama sekali tidak ia hiraukan.

Seorang wanita berumur, sibuk mondar-mandir dari kompor tuanya dan meja makan. Satu-persatu makanan untuk sarapan keluarganya ia tata di meja. Baru meletakkan empat gelas kosong di meja, ia lantas geleng-geleng kepala karena masih mendapati putra bungsunya melekat erat pada kursinya.

"Greyson. Tadi Ibu bilang apa? Cek kotak pos."

"Sudah aku yang melakukannya." suara lain menyahut dari belakang mereka, dibarengi dengan suara langkah kaki. Seorang pria remaja, dari fisik serta wajahnya ia setua anak kuliahan semester pertengahan, datang menghampiri meja makan dengan enam amplop ditangannya. Dari penampilannya dia terbilang sangat kacau. Kantung matanya tebal, dan rambutnya tumbuh liar hingga nyaris melewati telinganya. Dia tampak luar biasa mengantuk. Satu-satunya alasannya duduk di meja makan adalah karena perutnya yang lapar minta diisi.

"Pagi, Bu. Ugh, berhentilah belajar sesekali!" lelaki itu menutup buku Greyson dan lantas cekikikan sendiri. Greyson terkejut dan menatapnya sebal.

"Diamlah, Tan!  Kau mengganggu." sungut Greyson seraya kembali mencari-cari halaman terakhir yang ia baca. Tan—atau Tanner—memberikan surat-surat kepada ibunya yang telah menunggu. Persis sedetik setelah itu, dia kembali menguap lebar. Pikirannya masih dipenuhi oleh tugas-tugas kuliahnya yang masih menumpuk di kamarnya.

"Kau juga perlu istirahat," kata Lisa, ibu dari mereka berdua. Mata Lisa menekuri seluruh penampilan bagian atas Tanner. Perhatiannya jatuh paling tajam ke bagian rambut putranya. "Bercukurlah juga. Kau tampak seperti taman belakang di musim panas."

"Hah? Apanya?"

"Rambutmu," sahut Lisa pendek sebelum melengos kembali ke dapur sambil mengecek surat-suratnya satu demi satu.

"Dia bahkan tidak tahu bagaimana aku kehabisan waktu hanya untuk tugas," keluh Tanner. Tangannya menggaruk-garuk sisi samping kiri lehernya sebelum meraih sebuah gelas dan teko berisi air di bagian tengah meja.

"Jangan bilang kau tidak mandi."

"Aku tidak separah itu."

"Pagi guysss!!!" Kali ini seorang wanita remaja hampir seumuran Tanner menyapa mereka berdua riang. Dia Alexa, saudari mereka berdua satu-satunya.

"Demi jenggot Santa, ada apa kau jadi segirang ini?" Tanner balik bertanya bercampur heran dan kaget. Dahinya bahkan sampai berkerut. Sedangkan Greyson hanya tersenyum. Alexa tersenyum juga, namun dua kali lebih lebar dari itu.

Father For Addo -g.c (Addo Series #1)Where stories live. Discover now