[01] Antagonist Changes

42.6K 4.1K 123
                                    

Pukul 06.30 Savera sudah menginjakkan kakinya di SMA Pandawa, tempat dimana gadis itu menuntut ilmu selama hampir tiga tahun. Ya, Savera sudah kelas dua belas, tepatnya XII IPS 2.

Gadis itu menghentikan langkahnya ketika melewati cermin besar yang tersedia di lorong koridor, kemudian meneliti penampilannya dari atas sampai bawah.

Seragam tidak terlalu ketat dan tidak terlalu longgar, rambut hitam sepunggung yang digerai, wajah cantik hanya dengan polesan bedak dan liptint, serta sepatu converse putih yang terlihat cocok di kaki jenjangnya.

Perfect

Puas dengan penampilannya, Savera kembali melangkah menuju ruang kelasnya. Sampai di sana keadaan masih sepi, baru lima siswa yang terlihat, maklum saja penghuni XII IPS 2 memang rajin-rajin.

Setelah meletakkan tasnya di meja pojok nomor dua dari belakang, Savera memutuskan pergi ke kantin untuk sarapan sembari menunggu sahabatnya datang.

Namun saat di pertengahan koridor, Savera tak sengaja menangkap siluet Marvel beserta teman-temannya berjalan dari arah berlawanan dengan dirinya. Savera pun terpaksa menghentikan langkah.

Gadis itu bergidik ketika mengingat kembali mimpinya setelah menatap wajah datar Marvel. Savera akui bahwa Marvel memiliki kadar ketampanan diatas rata-rata, alis tebal, hidung mancung, rahang tegas, serta tatapan mata setajam elang.

"Tahan Savera, jangan sampai lo nyamperin dia, palingan kalau nyamperin ujung-ujungnya juga dikacangin. Mending sekarang gue balik aja." gumamnya.

Akhirnya Savera membalikkan badan lalu mengambil langkah lebar untuk kembali ke kelasnya, mengabaikan para siswa di sepanjang koridor yang menatapnya heran.

"Lah, tumben Savera nggak nyamperin Marvel."

"Di depan itu Marvel kan? kok Savera malah puter balik?"

"Tumben nggak caper sama Marvel."

"Sttt, jangan keras-keras nanti dia denger mampus lo."

Savera menghela napas lega, sepertinya Marvel tidak menyadari kehadiran dirinya.

Brukkk

"ANJROT!" pekik seorang siswi bername tag Liana Agresta, yang kini terduduk mengenaskan dilantai setelah bertubrukan dengan Savera.

"Savera babi, ngapain buru-buru sih maemunah? kek orang lagi dikejar rentenir tau nggak lo." maki Liana seraya berdiri dan membersihkan rok bagian belakangnya.

Savera memutar bola matanya malas, untung bestai, jika bukan sudah pasti Liana akan ia jadikan perkedel karena sudah berani mengatai dirinya babi.

"Ini lebih serem dari rentenir, buruan ikut gue ke kelas." ucap Savera seraya menarik pergelangan tangan Liana menuju kelas mereka.

"Bangke, jangan tarik-tarik juga kali. Lo pikir gue kambing?"

"Anggep aja gitu."

"Sialan."

Dan disinilah mereka berdua, duduk bersebelahan di bangku kelas yang biasa mereka tempati, tepatnya meja pojok nomor dua dari belakang.

Tanpa basa-basi Savera mulai menceritakan kronologis mimpi yang dialaminya pada Liana, gadis itu juga memberitahukan rencananya yang ingin menghindari Marvel untuk sementara.

"Sorry to say nih ya, tapi kayanya gue nggak yakin lo bisa ngehindar dari Marvel. Selama ini lo kan selalu nemplok sama tuh cowok, dikit-dikit Marvel, dikit-dikit Marvel." ucap Liana.

"Ya, gue tau. Tapi kali ini gue yakin, gue bisa. Lo boleh percaya boleh enggak, mimpi yang gue alamin kemarin bener-bener kek nyata, kaya beneran terjadi sama gue. Gue takut dong, gue belum siap mati muda, jadi untuk memperlama masa hidup gue, jalan satu-satunya ya gue harus ngehindar dari Marvel." jelas Savera panjang lebar.

Antagonist ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang