2.10 Atap Lantai 10

Start from the beginning
                                        

Bobo melihat ayahnya memberi pinta untuk dibolehkan.

"Besok ayah anter ke rumah om Ten."

"temimasasi ayah!" Bobo tersenyum menunjukkan giginya yang kecil dan bersih disana, mata bobanya mengecil lalu berlari saat menjumpai motor ayahnya.

"Ibunya bener mau kuliah disini?"

"hm, permintaan dia dari lama."

"gapapa? maksutnya gue denger dia di cap bermasalah waktu SBSH."

"Apapun bakal gue lakuin, asal keputusannya memang itu."

"dont tryin be more better. cause you still the best for her."

"im not."

"Ck, this best husband dont showin his big love."

---0---


Yamaha Vixion terparkir di garasi lantai bawah tanah penkos.

Bobo yang sedari tadi didepan tengah tertidur. Tangan ayahnya yang merengkuh tubuhnya agar tidak terjatuh, membuat sang ayah hanya mengemudi motor dengan satu tangan.

Saat turun, bobo terbangun mengkucek matanya sambil melihat sekeliling.

"Tudah ampai?"

"Udah, mandi dulu habis itu bobok." Ucap lembut Taeyong mengambil bungkusan nasi kotak bagian makan siangnya tadi yang tidak ia makan karena berlauk cumi, favorit Eunbelle.

"Tok ada kotak an tadi bobo tuda maem sama wiskas ama miki. Bobo tuda enyang ayah!" curhatnya karena tadi ayahnya mengajaknya makan di kantin Fisipol bersama Lucas dan Mark, mahasiswa tingkat akhirnya.

"Bang lucas sama bang mark. Bukan wiskas miki."

"Ya tw,"

Setelah keluar dari lift saat memberi notifikasi lantai 10. Mereka keluar sudah ada di lorong rumah nomor 10 penkos.

Seperti biasa rumah ini tidak dikunci, membuat bunyi dering tanda kehadiran seseorang berbunyi.

Mendengar itu sosok kecil dengan lutut yang diberi kasa berlari tersayal dari dalam rumah.

"Huhu ayang.." tangisnya sendu merentangkan kedua tangannya merindukan belaian dari sang ayah.

"Assalamualaikum," sapa Taeyong tersenyum, memberi salam saat masuk di rumah agar anaknya meniru jika bertamu.

"Waikumayang,"balas si kecil dengan vokal yang lirih karena merasa sedih.

"Walalaikumutalam ang benal," sanggah bobo.

"Waalaikumsalam," balas Taeyong membenarkan berjongkok di depan putri kecilnya sekaligus menurunkan bobo yang tengah digendong.

"Kenapa nangis sayang?" Tanyanya sambil menarik tubuh Bluena mendekat, mengecup kening si kecil

"Momyh matik." mulut kecilnya menganga lebar setelah mengucap kata yang begitu sakit.

Senyum laki-laki itu ia tarik kembali. Menyisakan alisnya yang berkerut.

Gadis kecil ini kembali menangis membuat Taeyong segera berdiri menggendong Bluena dengan cepat menuju ke lantai 11 rumah mereka.

Bobo yang mengekori mengikuti ayahnya yang berlari sembari menggendong saudari kembarnya.

Satu demi satu langkah membawa mereka mendekat hingga tangan kekar laki-laki dewasa disana meraih gagang pintu kamar utama.

"huwaa.."

"sst," Taeyong mencium bibir putrinya kemudian membekapnya dengan dua jari.

"momy kenapa mati ayah?" tanya bobo mendongak menatap paras ayahnya yang tinggi berdiri

Script SwiftWhere stories live. Discover now