Sudah biasa jika Glara masuk dan menerobos ke ruang musik. Ini juga salah satu fasilitas dari sekolahan. Jadinya tidak apa-apa kan Glara menyerobot masuk? Memangnya siapa yang berani menegur dan memarahi gadis itu selain Chiel dan Varren? Tidak ada, hanya dua makhluk adam itu yang berani memarahi Glara.

"Chiel!" Panggil Glara berteriak. Karena suara gadis itu kalah dengan suara bisingnya suara alat musik yang beradu.

Muka Glara berubah menjadi cemberut, karena Chiel tidak mendengar teriakannya. Padahal itu adalah suara Glara yang paling keras.

"CHIEL!!!" Sekali lagi Glara berteriak dengan sekuat tenaga. Bahkan urat-urat di leher gadis itu sampai terlihat.

Chiel yang mendengar namanya dipanggil berhenti begitu saja. Tanpa memikirkan temannya yang saat ini tengah serius berlatih.

"Loh kok udah sampai aja?" Ucap Chiel terkejut. "Kok gak manggil gue?"

Glara memutar bola matanya jengah. Terus tadi dirinya memanggil nama Chiel dengan berteriak apa namanya kalau tidak memanggil? Bahkan sekarang tenggorokan Glara mulai sakit akibat ia berteriak tadi.

Chiel beranjak dari tempatnya, menghampiri gadis kecilnya yang tengah memasang muka jutek dan cemberut.

"Mau pulang sekarang?" Tanya Chiel yang membuat Varren berdecak malas.

"Kita baru latihan. Lo main pulang aja," decak Varen sebal. Inilah yang Varen tidak sukai jika sahabatnya mengenal perempuan. Enam tahun mereka bersahabat dan kali ini Varren benci dengan sifat sahabatnya yang berubah karena perempuan. Antara benci dengan perubahan sikap Chiel atau ia benci dengan perempuan? Entahlah hanya Varren dan Tuhan yang tau.

"Kita latihan dari jam pelajaran terakhir, Var. Ya sekitar tiga jam kalau di itung-itung. Jadi lumayanlah latihan kita," sambung Danan memihak kepada Chiel.

"Bilang aja lo mau ketemu sama perempuan gelap lo!" Sindir Varen yang langsung disambut bunyi gitar nyaring milik Danan.

"Nah itu tau! Untuk hari ini kita udahin aja dulu. Lagian nanti sore kita juga manggung di cafe punya bang Nana kan?"

Kalian masih ingat dengan kakak kelas anggota Hot Chetoos yang bernama Delina Argion? Jika kalian lupa silahkan baca lagi part 2 cerita ini. Sekarang laki-laki itu sudah kuliah dan membuka sebuah cafe yang terbilang cukup laris dan banyak peminatnya. Kebetulan mereka terkadang manggung disana atas kemauan sang pemilik cafe itu sendiri.

Chiel mengangguk, mengiyakan pertanyaan Danan."Sekitar jam lima sore kita tampil di cafe bang Nana."

"Iyaudah kita pulang aja dulu. Terus siap-siap dan janjian ketemuan langsung di cafe nya bang Nana," ujar Kayana menengahi. Jika diteruskan mengobrol pasti nanti diantara mereka akan terjadi baku hantam.

"Oke, kita pulang!" Celetuk Varren mengalah.

"Iyaudah gue duluan. Kasihan cewe gue kalau nunggu lama-lama," pamit Chiel seraya mengambil tas sekolahnya di lantai. "Gue duluan ya! Kalian hati-hati pulangnya."

"Lo juga hati-hati, El!" Ucap Kayana dan Danan kepada Chiel. Sedangkan Varren? Laki-laki itu kehilangan suasana hatinya saat Glara datang tadi.

Chiel tersenyum. Ia tau jika sahabatnya itu kehilangan suasana hati. Lantas ia bergerak maju dan mengacak rambut Varren yang semula tapi menjadi berantakan. Varren berdecak kesal.

"Gue pulang. Kalian hati-hati."

Dengan kelembutan, Chiel menggenggam tangan Glara dan membawa gadis itu keluar dari ruang musik menuju tempat parkir SMA Bimasakti Husada.

Sesampainya diparkiran, Chiel mengambil pelindung kepala milik Glara dan mengenakannya di kepala gadis kecilnya.

"Chiel, nanti aku ikut ya? Please..." Mohon Glara menatap Chiel penuh harap.

CHIELANANTA (ON-GOING)Where stories live. Discover now