“Noona! Ayolah masa gitu doang lo ngambek si?” Luna sontak menoleh ketika mendengar Zean memanggilnya Noona.

“Heh somplak! Lo kira ini di Koriyah apa sampe manggil gue noona.”

Zean menyengir seperti kuda, “Lo 'kan tau gue fanboy. Jadi gue manggil lo noona aja. Lebih asyik sama biar beda juga.”

“Nggak nyambung sumpah! Lagian gue juga tau kali, kalo lo itu fanboy nya si Yeji.”

Zean bergelayut manja seperti monyet di lengan Luna, “Noona memang yang terbaik. Asal lo tau ya gue itu suka banget sama Yeji. Udah cantik, menarik, suara nya bagus, rapp juga oke, nge dance juga bisa, udah gitu matanya beuh menarik banget.” Ujarnya sambil membayangkan wajah Yeji idolnya.

“Terus ya dia tinggi nggak kayak noona pendek, boncel, dekil, item, buluk, kucel, kumel.”

“Aw aw aw anjing! Woi noona lepasin anjir. Sakit bego!” Ringis ketika kakaknya itu menjambak rambutnya yang cetar membahana.

“Sialan lo anjir. Mampus, mampus mamam tuh. Lagian ya punya adik makin lama makin ngelunjak.”

Zean menyatukan kedua telapak tangannya. Dia meringis sakit, gila sekali dengan jambakan nya. Persis seperti di lempar dari tebing tinggi sangat menyakitkan, “Yaleah kak itu 'kan kenyatan.”

“Dasar gendut, pendek, buluk!” Ujar Zean setelah terlepas jambakan nya dari Luna.

Luna menatap tajam sambil berkacak pinggang, “Lo kerempeng!”

“Pendek!”

“Kerempeng!”

“Gendut!”

“Lo bodoh!”

“Kakak yang bodoh!”

“Wahh sialan lo! Lo yang bodoh berkaca sono! Udah kerempeng, gila, sapu lidi, manja, galak, sok ganteng, sok kecakepan, tiang listrik, buluk lagi.” Luna mengangkat dagunya tinggi-tinggi bermaksud menantang Zean.

“Item, dekil, pendek, gendut, gila itu siapa?! Itulah kakak gue yang di depan!”

“Wah adik jahanam!” Luna menaikkan lengan baju dan langsung saja menerjang tubuh Zean. Zean yang tidak mau kalah juga membalas perbuatan kakaknya. Pada akhirnya mereka bergulingan di lantai sambil saling menjambak.

“Kerempeng!”

“Gendut!”

“Kerempeng!”

“Gendut!”

Kedua adik kakak itu masih bergelut tidak ada yang ingin kalah. Saling menjambak, saling mencubit, menggelitik, dan ketika Luna yang ingin menggigit lengan Zean saking kesalnya ada suara pria yang sedang tertawa terbahak-bahak. Luna dan Zean segera melihat siapa pelaku yang sedang menertawakan mereka berdua.

“Lho kenapa berenti?” Tawanya berenti dan menatap kedua adiknya dengan heran.

“Ngapain lo?!” Tanya Luna dengan sarkas.

“Gue?” Tunjuk nya pada dia sendiri. “Ya gue lagi liatin adik-adik gue yang comel ini saling jambak di lantai.”

Luna dan Zean saling mendelik. Tidak lama mereka berdua berdiri sambil membenarkan tatanan rambut dan baju mereka yang acak-acakan.

Figuran Novel (END)Where stories live. Discover now