Bab 1 : Karisa alias Caca

Start from the beginning
                                    

"Yaudah kamu bareng Mas Marel aja, gih!"

"Nggak mau ah, Mas Marel kan sibuk kerja. Lagian emang Mas Marel udah pulang dari dinasnya?"

"Udah kok, tadi Bunda lihat dia habis lari pagi."

Caca mengunyah rotinya. "Nggak usah deh, Bun. Ngerepotin tau."

Bunda terkekeh, "Sejak kapan adek jadi orang nggak enakan gini? Biasanya juga gas aja."

"Bunda ih."

"Yaudah kamu naik ojek online aja ya? Tadi Ayah titip uang jajan lebih buat Adek."

"Seriusan, Bun?"

"Iya, nih ambil." Bunda memberikan tiga lembar uang merah pada Caca.

"Yaudah Caca kedepan ya, mau pakai sepatu sekalian tunggu ojek onlinenya."

Bunda mengangguk.

Caca berdiri di depan rumahnya yang merupakan perumahan lumayan elit di pusat kota. Dia mengeluh pesanany selalu di tolak oleh ojek online, dia terus menggerutu saat waktu semakin menyempit.

Rumah yang berada di sebelah rumah Caca itu adalah rumah Marel. Laki-laki yang kata Bunda sudah pulang dari dinasnya di penerbangan sebagai pilot kini berdiri dengan kaos putih dan celana training, dia melihat Caca yang terlihat gelisah di depan rumahnya. Marel menghampiri Caca dan menyapa gadis kesayangannya itu.

"Pagi, Caca."

Melihat Marel yang nampak segar seusai mandi, membuat jantung Caca berdebar-debar. "P-pagi, Mas Marel."

"Mau berangkat kuliah?"

"Iya, Mas. Tapi ini pesanan aku di cancel mulu."

"Biasanya sama Ayah bukannya?"

"Ayah berangkat pagi, aku telat bangun."

"Mas Marel anterin aja ya?"

"Hah, eung... Ngerepotin nggak?"

Marel terkekeh, "Nggak lah, Ca. Kayak sama siapa aja kamu tuh. Mas panasin mobil dulu ya, nggak lama kok."

"Oke, Mas."

Caca tersenyum kala Marel pergi untuk memanaskan mobilnya. Memang benar ya kalau jatuh cinta dengan tetangga itu tidak baik, bisa buat gila setiap detik!

***

Caca tidak henti-hentinya tersenyum pagi ini. Bahkan sampai mata kuliah pertama usai, dia masih tersenyum salting tidak jelas.

"Ca, jangan bikin gue takut, lu kenapa sih?" protes Kana, teman karib Caca.

"Hah? Nggak apa-apa kok, hehe."

"Tuh kek lagi kosplay mbak Kunti. Kenapa sih Lo??" kesal Olla.

"Jangan bilang karena Mas Marel?" tebak Kana yang paham perihal bucinnya Caca pada laki-laki dewasa itu.

Alih-alih menjawab, Caca malah tersenyum saja.

"Aduh capek banget gue liat Lo, Ca. Capek-capek bucinin cowok tapi gak pernah dilirik," kata Olla.

"Ya Allah, La. Jangan gitu dong ngomongnya, gue jadi sedih tau!" ujar Caca.

"Lagian kesel gue lama-lama liat Lo mesem-mesem sendirian gini. Sekali-kali confess kek ke Marel."

"Mas Marel, La. Dia lebih tua tujuh tahun dari kita, anjir!" protes Caca.

"Tau Lo, La. Mas Marel, jangan asal Marel-Marel aja."

"Hm, iya Mas Marel. Dah kan? Terus konpesnya teh kapan??"

"Kapan-kapan, hehe."

"Gue geplak ye lu, Ca!"

Three Little WordsWhere stories live. Discover now