19. Kemarahan Pak Kelvin

Start from the beginning
                                    

Kelvin mendengar semua perkataan para karyawannya. Kenapa mereka malah berkumpul di sini?

"Sepertinya, saya tidak sedang membuat ajang pertunjukan!" ujarnya menyindir para karyawan, tapi dia bersuara tegas.

Sontak semua karyawan langsung berbondong-bondong pergi. Selang beberapa detik, OB datang dan hendak membersihkan lantai yang kotor karena saus.

"Tidak perlu, Pak, biar Cindy saja yang membersihkannya," ujar Kelvin ketika salah satu OB hendak mengepel lantai.

"B–baik, Pak, akan saya bersihkan sekarang." Cindy mengambil alih pel yang di bawa oleh OB tadi dan mulai membersihkan lantai.

Kali ini dia memang gagal untuk mengerjai Rea, tapi lain kali dia pasti tidak akan gagal.

"Cindy, setelah ini datang ke ruangan saya!" Kelvin berbicara masih dengan nada tegas.

"B–baik, Pak." Cindy ketakutan.

Bagaimana nasibnya setelah ini? Dia tidak mau di pecat dari kantor ini karena masih sangat membutuhkan pekerjaan. Tapi rasa kesalnya kepada Rea memang tidak bisa dia hilangkan begitu saja.

***

Cindy berjalan pelan menuju ke ruangan Pak Kelvin, dia benar-benar datang karena takut jika tidak datang masalah akan semakin rumit.

"Mbak Dea, mau ketemu sama Pak Kelvin. Tadi di suruh datang ke ruangannya," ujar Cindy kepada sekertaris Pak Kelvin.

"Okey, masuk saja kalau gitu."

Setelah mendapatkan ijin dari Mbak Dea, Cindy langsung mengetuk pintu ruangan Pak Kelvin. Dia segera masuk saat Pak Kelvin sudah mengijinkannya untuk masuk ke dalam ruangan.

Keadaan di ruangan ini terasa pengap untuk Cindy, padahal ruangannya luas dan ber-AC. Tapi tidak berlaku dengan Cindy yang sekarang ketakutan. Apalagi tatapan Pak Kelvin langsung mengintimidasinya.

"Silahkan duduk, Cindy," ujar Kelvin tegas.

Cindy menarik kursinya dan langsung mendudukan dirinya di sana, dia menunduk karena takut menatap wajah Pak Kelvin.

"Cindy, kamu sudah tahu kenapa saya memanggil kamu ke sini bukan." Kelvin menatap Cindy dengan tatapan datar.

Rasanya dia ingin marah besar ke Cindy karena hendak menyakiti isterinya. Tapi dia tidak bisa gegabah karena bisa berakibat tidak baik. Dia harus bisa profesional sebagai seorang bos di kantor ini sekarang.

"I–iya, Pak, ka–karena kejadian tadi, kan. Saya benar-benar minta maaf telah menyiram Bapak tadi." Cindy masih menundukan kepalanya.

"Cindy, lihat lawan bicaramu sekarang!"

Cindy sontak mendongak dan menatap mata bak elang milik Pak Kelvin. Walaupun wajahnya terlihat santai, tapi aura tegasnya benar-benar muncul. Beda sekali dengan Pak Kelvin yang biasanya ramah dengan para karyawan. Mungkin karena kesalahannya sangat fatal.

"Sudah tahu apa kesalahanmu?"

"Sudah, Pak, karena saya telah melanggar peraturan kantor. Sesama karyawan harus bersikap baik." Cindy sudah paham.

"Itu kamu tahu, kenapa kamu malah hendak berlaku tidak baik ke Rea? Bukannya saya membela Rea atau bagaimana. Tapi kamu juga sudah mengakui apa kesalahanmu sendiri bukan. Sedang saya tidak bisa menerima kelakuan tidak baik dari karyawan saya."

Cindy membulatkan matanya, dia benar-benar takut jika Pak Kelvin akan memecatnya.

"Pak, saya mohon jangan pecat saya," ujar Cindy dengan wajah memelas.

Kelvin berpikir sejenak, dia harus mengambil keputusan apa sekarang? Sedangkan dia tahu, jika Cindy yang menjadi tulang punggung keluarga, karena dia banyak mendengar cerita-cerita dari karyawan yang lain.

"Baik, asalkan kamu tidak mengulangi kesalahan yang sama." Kelvin akhirnya berbaik hati memberikan kesempatan.

"Terima kasih banyak, Pak, saya janji gak akan ngulangin kesalahan saya itu." Mata Cindy berbinar-binar.

"Oke, namun kasih saya jaminan atas perkataan kamu barusan." Kelvin tidak mau kecolongan.

Cindy bingung, dia benar-benar di sudutkan oleh Pak Kelvin. Permainan katanya membuat Cindy bimbang.

"Pecat tanpa pesangon dan hari ini kamu kena SP 1. Sekarang boleh keluar dari ruangan saya!"

Padahal Cindy belum mengambil keputusan, tapi Pak Kelvin sudah mengambilnya sendiri.

"Tap —"

"Silahkan keluar, Cindy. Jangan lupa minta maaf dengan Rea setelah ini," potong Kelvin.

"Baik, Pak." Cindy pasrah, dia tidak bisa melakukan apapun juga.

Cindy keluar dari ruangan Pak Kelvin dengan langkah gontai. Dia terancam di pecat sekarang, sepertinya dia tidak bisa membalaskan dendamnya ke Rea jika di kantor.

Sedangkan Kelvin tampak menghela napas, dia cukup lega karena Rea baik-baik saja. Kelvin pun mengambil ponselnya dan mengetikan pesan ke nomor Rea.

Si Polos

Alangkah baiknya seorang istri itu mencucikan baju suaminya.

Kelvin tersenyum tipis setelah berhasil mengirimkan pesan itu ke Rea. Dia memang sengaja menyimpan nomor Rea dengan nama Si Polos agar tidak ada yang tahu.

Sedangkan di tempat lain, Rea sudah sampai di parkiran laundry. Pasalnya laundry yang berada di depan kantor tutup, jadi dia harus berjalan kaki untuk menemukan laundry yang lain walaupun jaraknya jauh dari kantor jika di tempuh dengan jalan kaki.

Tiba-tiba ponselnya bergetar, menandakan jika ada pesan yang masuk. Rea memang sering mensilent ponselnya dan lebih memilih mengaktifkan mode getar.

"Astaga ini orang satu ada-ada saja, mana udah sampai laundry lagi. Terus aku harus gimana sekarang? Mana jauh lagi dari kantor, masak ya balik lagi dan nyuci di kamar mandi," gumam Rea kesal.

"Aha! Aku ada ide."

Kira-kira apa ide dari Rea?

Next gak nih?

Jangan lupa share cerita ini ya.

My Boss Is My Secret Husband [END]Where stories live. Discover now