Chapter 12

460 47 5
                                    

Terkadang rasa tak akan terasa,jika dirinya masihdi depan mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terkadang rasa tak akan terasa,
jika dirinya masih
di depan mata.

___

Gerbang terbuka, melihat tuannya yang  turun dari taxi membuat satpam penjaga gerbang segera membukakan lebar-lebar. Dilihatnya raut wajah Swara yang nampak tak bersahabat, atau mungkin lebih ke arah ingin marah. “Apa kalinda sudah pulang?!” Swara menatap tajam sorot mata lawan bicaranya.

“Belum tuan,” jawabnya sembari menunduk.

Ia menghela napas, “suruh supir yang mengantar Kalinda menemuiku setelah mereka pulang.”

Satpam itu mendongakkan kepalanya, “maaf, tapi nona tadi berangkat sendirian tuan.”

Swara yang hendak pergi kembali berbalik mendengar ucapannya. “Apa! Bukankah tadi aku bilang untuk menyuruh supir mengantarnya!”

“Iya tuan, tapi nona bersikeras ingin pergi sendiri.” Ia berkata dengan sedikit bergetar.

“Dasar bodoh! Kenapa tidak menghubungiku?” Swara semakin kesal saat melihatnya hanya menunduk diam.

Lalu tanpa menunggu ia kembali memesan taxi untuk mencari Kalinda. Berulangkali ia menghubungi nomor Kalinda, namun selalu saja operator yang menjawab. Membuat emosinya semakin naik, lihat saja jika Kalinda sudah ia temukan, ia tak akan segan-segan memarahinya. Tapi, kemana ia harus mencarinya malam-malam begini?

“Ke rumah sakit terdekat pak.”

“Baik,” taxi itu segera menuju ke tujuan.

Dalam perjalanan Swara terus mengedarkan pandangannya ke jalanan, barangkali ia bisa menemukan Kalinda di sana. Walau nyatanya, selama perjalanan ia tak menemukan orang yang dicarinya. Mengapa aku sekhawatir ini. Tanyanya dalam hati. Bahkan jawaban pun tak dapat Swara temukan, entah sejak kapan ia merasa keselamatan Kalinda sangat berarti baginya, atau mungkin ini hanya rasa tanggung jawab setiap suami pada istrinya semata.

“Sudah sampai.”

“Tunggu di sini, pak. Saya akan segera kembali.” Ia keluar dari taxi dengan terburu-buru. Namun saat di dalam, di sana tak terlihat keberadaan Kalinda, orang-orang maupun suster yang ia tanya selalu menjawab tidak tahu. Ia seperti orang bodoh yang bingung sendirian mencari seseorang di antara keruman orang-orang yang mayoritas tengah sibuk mengurusi saudara, teman, kerabat, atau mungkin tetangga mereka yang sedang sakit. Tanpa ada waktu mengurusi urusan orang lain.

Ia kembali ke taxi, wajahnya nampak frustrasi, ia khawatir. Lantas menyuruh supir taxi untuk mengantarnya kembali pulang.

Garis Batas (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang