●•••●

Kurang lebih enam jam perjalanan mereka, pukul tiga pagi mereka tiba di rumah Salena. Zidny yang terlelap digendong Akram. Koper mereka diturunkan dan Rasya yang membantu supir memasukkan ke dalam rumah. Odit dan Salena saling berpelukan karena sudah lama mereka tidak bertemu.

Salena pun mengarahkan Akram untuk membawa Zidny ke salah satu kamar tamu.

Salena memberikan lirikan pada Akram lalu menatap Odit penuh maksud membuat Odit memukul pelan lengan Salena. Meski Salena tidak secerewet temannya yang lain, tetap saja wanita itu juga senang menggodanya.

"Lo perlu sesuatu?" Salena menatap Odit lalu Akram. "Akram? Siapa tau mau minum teh, kopi?"

"Astaga Len, ini jam tiga pagi. Gue lebih perlu tidur."

Salena menyengir, setelah tamunya merasa nyaman di dalam kamar, ia pun pamit untuk melanjutkan tidurnya.

Odit beralih pada Zidny. Melepas jaket serta kaos kaki yang melekat di tubuh Zidny. Setelah Akram menggunakan kamar mandi, kini gilirannya untuk mengganti baju.

Odit keluar dari kamar mandi, ia mengernyit saat posisi tubuh Zidny kini berada di dekat tembok padahal tadi Akram menidurkan Zidny di tengah. Pun ia tidak ingin memindahkan Zidny karena tidak ingin membangunkan Zidny yang terlihat begitu lelap. Kedua tangan terlentang ke atas. Sementara Akram berada di sisi kiri tidur dengan posisi menyamping. Membelakangi Zidny.

Akhirnya Odit pun bergabung di atas kasur. Tidur di tengah menghadap ke arah Zidny. Memeluk tubuh Zidny.

Tersentak saat merasakan pelukan dari belakang, ie menoleh dan menemukan Akram yang terpejam. "Ram ...," panggilnya pelan. Tapi, pria itu tidak merespon. Ia pun menghadap ke arah Zidny. Memejamkan kedua matanya.

Tanpa terasa hari sudah pagi, saat Odit membuka matanya ia tidak menemukan Akram maupun Zidny di sisinya.

Beringsut duduk, ia melihat jam yang yang di gantung di dinding. Jarum pendek sudah menunjuk angka tujuh. Ia pun turun dari ranjang lalu masuk ke kamar mandi untuk membasuh wajah serta buang air kecil. Keluar dari kamar, ia langsung bertemu dengan Salena yang menyiapkan sarapan. Pun mendengar suara Zidny yang bercerita dengan riang tentang liburannya kemarin. Sudah pasti anak gadisnya itu bercerita pasa Shalita.

"Eh dah bangun," ujar Salena menyadari kehadirannya. Ia pun mendekat.

"Akram mana?"

Salena kembali menatapnya dan mengulum senyum membuatnya salah tingkah kemudian memukul lengan temannya itu. Akhirnya tawa Salena menyembur, walau pelan.

"Akram gak ninggalin lo kok. Tuh di depan ngopi bareng Mas Rasya." Masih ada siswa tawa dari Salena.

Odit hanya memutar bola mata malas menanggapi godaan temannya itu. Ia pun membantu Salena menyiapkan sarapan. Setelahnya memanggil yang lainnya untuk sarapan bersama.

"Ayah, Kakak mau liburan juga," sahut Shalita di selah sarapan. Menatap Rasya dengan pandangan berbinar. Usai mendengar cerita liburan Zidny, ia pun berkeinginan untuk liburan juga, apalagi sekarang adalah hari libur.

"Kakak kan udah tinggal di Bali, gak usah liburan," sahut Rasya bergurau pada Shalita yang langsung cemberut yang lain tertawa.

"Kalian gak mau ikut liburan di Ubud?" sahut Odit menatap pasangan suami istri di hadapannya.

"Gak bisa, Dit. Mas Rasya lagi sibuk sama kerjaannya. Nih aja nanti sore mau ke Malang," ujar Salena.

"Abis dari Malang deh kita liburan," sahut Rasya membuat senyum Salena muncul, begitupun Shalita yang langsung memekik riang.

CERPENWhere stories live. Discover now