CEPREN : KALEA

2.7K 388 44
                                    

Part 7
_____

Kalea baru saja mencukur rambutnya menjadi lebih pendek, setengkuk. Masih dalam batas wajar karena ia tak mencukur rambutnya seperti seorang pria. Juga ia mewarnai rambutnya menjadi merah. Biar rambut hitamnya mengalami perubahan. Karena Kalea sangat suka bereksperimen pada bagian tubuhnya. Seperti menindik hidung juga ujung alisnya dan tato.

Tiba di rumah pukul tujuh malam, ia sedikit heran saat melihat motor milik Kalandra. Saat masuk ke dalam rumah, hal yang ia dapatkan adalah pemandangan Desya yang menemani Kanya dan Kanaka bermain.

Perasaan Kalea yang tadinya membaik usai melakukan treatment pijat pada kepalanya hilang seketika melihat tiga bocah itu. Apalagi saat induknya nampak dan tersenyum padanya. Yang sayangnya tak tertular karena Kalea merasa muak.

"Wah kamu warnain rambutmu? Ba ..."

"Kenapa?! Masalah buat lo?! Terserah gue mau warnain rambut gue?!" sentak Kalea lalu berlalu naik ke kamarnya dan menemukan Kalandra ada di sana. Kamarnya yang berantakan menjadi rapi. Tentu saja karena ada Kalandra menumpang di sana----meski kamar itu memang milik kakaknya, karena Kalandra tidak bisa tidur di kamar yang berantakan.

"Tumben lo ke sini?" tanya Kalea serayaa mengacak rambutnya. Melihat Kalandra yang membuka matanya.

"Ayah nyuruh ke sini," jawab kakaknya itu pendek. Kalea yang hendak melangkah masuk ke kamar mandi, mengurungkan niatnya.

"Buat apa? Mau bagi harta warisan?"

Kalandra mendengus pelan, ia beringsut duduk dan mengamati perubahan pada rambut adiknya. Jika Kalea yang tidak suka memanjangkan rambutnya, beda halnya dengan Kalandra yang rambutnya kini panjang hingga mencapai punggung. Dan jangan lupakan brewok dan kumis yang dibiarkan tumbuh.

"Kayaknya lo harus cukur deh, Mas. Lo kelihatan lebih tua dibanding Ayah." Setelah mencibir penampilan kakaknya, ia masuk ke kamar mandi, tidak lupa membawa pakaian ganti.

Kalandra berdecak pelan, ia kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

Tidak berapa lama Kalea keluar lalu berjalan ke arah meja laci untuk mengambil rokoknya. Ia melempar ke arah Kalandra setelah mengambil sebatang kakaknya itu kembali duduk dan meminta korek.

Agar kamar tersebut tidak terlalu berbau asap. Ia pun membuka pintu balkon dengan lebar. Ia menarik kursi untuk duduk di ambang pintu tersebut, bersandar dengan nyaman seraya menghisap rokoknya.

"Kenapa lo tidur di sini? Kamar Kalee lebih rapi. Dan gak perlu beresin kamar gue."

"Siapa yang beresin kamar lo? Kamar ini udah rapi, jadi gue milih tidur di sini daripada kamar Kalee yang berantakan."

Kalea berhenti menghisap rokok, ia menghembuskan asapnya dan menatap Kalandra yang tetap datar.

Menaruh rokok di asbak, ia segera keluar lalu turun di lantai bawah menemukan ART yang bekerja di rumah tersebut. "Mbak yang beresin kamarku?"

"Eh ... iya Non."

"Aku gak nyuruh Mbak beresin kamarku!" bentak Kalea membuat ART tsrsebut menunduk takut dan meminta maaf.

"I-itu Non. Ibu ..."

"Tante yang nyuruh. Kamu gak usah marahin dia." Kalea beralih menatap tajam Tante Feby yang berujar dengan santai.

"Gue kan udah bilang kalau lo ..."

"Kalau Tante gak ada hak di sini?" sela Tante Feby yang membuat Kalea menggeram kesal. "Tante tau ..."

"Lo ..." Kalea siap menyemprot Tante Feby, tapi kedatangan Ayah mencegahnya.

"Kalea. Tante Feby cuma beresin kamar kamu." Kalea menatap Ayah yang berujar lembut. "Kamu kenapa begitu marah? Apa kamu menyembunyikan sesuatu di kamarmu?" Ayah menelitit penampilan Kalea. Lalu mendesah pelan. "Dan kamu merokok?"

CERPENWhere stories live. Discover now