16. Rea Tidak Peka

Start from the beginning
                                    

"Marah ya sama saya? Maafin saya ya, Mas. Tadi itu Mbak Lia ngajak saya beli jam tangan buat kado pacarnya. Terus saya udah nolak tadi, tapi Mbak Lianya maksa. Lalu saya juga udah datang ke pohon beringin tapi Mas Kelvin gak ada di sana tadi. Saya pikir udah pulang ke rumah, tapi nyatanya malah gak ada di rumah."

Rea mengkedip-kedipkan matanya agar Pak Kelvin luluh. Dia sengaja memanggil Mas memang.

"Kapan? Saya tadi sudah menunggu kamu lama di sana. Saya pikir kamu tadi masih ada di kantor, saya balik ke sana tapi kamunya gak ada. Eh, malahan kamu udah di rumah." Terlihat wajah jengkel dari Pak Kelvin.

"Ya berarti saat tadi saya datang ke pohon beringin, Mas Kelvin lagi balik kantor. Terus pas saya pulang, Mas Kelvin balik ke pohon beringin lagi. Jadinya tadi kita gak ketemu," ujar Rea menyimpulkan.

"Seharunya tadi kamu tidak off, dihubungin susah sekali."

"Ya maaf, Mas, tadi itu kuota saya habis. Pas aktif juga karena ke sambung sama WiFi rumah."

Pak Kelvin tidak menggubris perkataan Rea, dia malah berjalan kembali melewati tubuh Rea.

"Pak Kelvin marah?" tanyanya lagi dengan lirih.

"Enggak," jawabnya ketus.

"Oh, yaudah deh kalau gitu mah. Tadi saya pikir kalau Pak Kelvin marah." Rea dengan santainya berjalan pergi ke arah televisi lagi.

Kelvin menghentikan langkah, padahal dari nada suaranya tadi sudah mengisyaratkan jika dia sedang marah. Kelvin mengembalikan badannya dan melihat Rea yang sedang asik menonton televisi.

"Hallo Mas Kelvin," sapa Rea dengan cengiran di bibirnya, tidak ada tampang bersalah di wajah Rea sekarang.

Sungguh, Kelvin kesal dengan ini. Bukannya Rea kembali membujuk dirinya agar tidak marah, tapi ini malah asik-asiknya menonton televisi.

"Rea!!" panggilnya dengan suara berat.

"Iya kenapa, Pak?"

"Saya bukan bapak kamu!" jawab Kelvin ketus.

"Yang bilang kalau Pak Kelvin itu bapak saya siapa? Orang Pak Kelvin nikahnya itu sama saya, bukan sama Bunda saya. Oh, atau jangan-jangan sebenarnya Pak Kelvin ngincernya Bunda saya ya, bukan saya." Rea menatap curiga ke arah suaminya.

Rea benar-benar tidak peka, polos, atau bagaimana? Malah menuduhnya mengincar Bunda. Bisa-bisa membuat Kelvin darah tinggi kalau begini.

"Yang mengincar Bunda kamu juga siapa, Rea. Kalau sama anaknya aja saya senang, anaknya cantik lagi."

Perkataan Pak Kelvin membuat pipi Rea jadi memerah, kan anak Bunda yang paling cantik adalah dirinya. Mengingat dia anak perempuan satu-satunya. Karena Ayah dan Bunda memang hanya memiliki dua anak, dia dan Bang Rio.

"Duh, jadi baper karena ucapannya Pak Kelvin," batin Rea.

"Sudah tidak usah di perpanjang, intinya panggil saya Mas seperti tadi, apalagi kalau di luar kantor itu panggilan wajib!" lanjut Pak Kelvin ketus.

Rea memang aneh, padahal tadi sudah benar memanggilnya dengan sebutan Mas dan Sayang, tapi sekarang malah Pak Kembali.

"Iya, ada apa Mas Kelvin panggil saya? Oh iya, bajunya sudah saya siapkan di kamar kok."

Rea sedikit-sedikit mengerti bagaimana menjadi seorang istri yang baik. Karena Bunda yang selalu mengajarinya. Contohnya saja Bunda yang mengatakan kepadanya untuk menyiapkan baju suami.

Kelvin menghela napas, padahal bukan itu yang dia inginkan. Tapi sepertinya Rea memang tidak paham.

"Ini gue gak ada di bujuk sama sekali kayak tadi apa?" tanya Kelvin pada dirinya sendiri di dalam hati.

"Rea, saya itu sedang marah sama kamu sekarang!" Terpaksa Kelvin mengatakan sejujurnya agar Rea peka.

"Perasaan tadi katanya gak marah deh," batin Rea.

Rea segera mematikan sambungan televisinya itu dan berjalan mendekati Pak Kelvin lagi. Dia menatap lekat wajah Pak Kelvin, seperti sedang memastikan apakah benar-benar marah atau tidak.

"Tadi kayanya gak marah, kenapa sekarang berubah pikiran?" tanya Rea polos.

"Terserahlah kalau gak peka." Kelvin kesal, dia langsung meninggalkan Rea dan berjalan menaiki tangga untuk ke kamarnya.

Rea berpikir, apa benar jika dia itu tidak peka? Perasaan tadi dia hanya menuruti perkataan Pak Kelvin saja.

"Berarti sekarang, aku harus bujukin Pak Kelvin lagi dong. Tapi gimana caranya buat bujukinya, ya?" tanya Rea pada dirinya sendiri. Rea kembali berpikir.

"Aha! Aku ada ide." Sepertinya sudah ada bohlam lampu di atas kepala Rea sekarang.

Pasti Pak Kelvin akan sangat senang dengan idenya kali ini. Rea sudah tidak sabar untuk memberikan kejutan kepada Pak Kelvin kali ini.

Kira-kira, kejutan apa yang akan Rea berikan ya?

My Boss Is My Secret Husband [END]Where stories live. Discover now