Azel harus selidiki ini dan harus berhati-hati bisa saja Renjun akan menculiknya lagi. Ia akan menyusul Rencana yang bagus.

"Mungkin tapi sepertinya Renjun menginginkan hal lain," Han juga sama seperti Azel yang sedang berfikir untuk menyelidiki siapa Renjun yang sebenarnya.

"Gue pengen tau siapa Renjun yang sebenarnya, tapi gue bingung mau buat rencana kek gimana?"

"Gue punya rencana tapi kita berdua doang yang tau yang lain jangan kasih tau deh."

"Lho kenapa? mereka juga sahabat kita."

"Nggak, selama lo hilang semuanya udah berubah zel."

"Maksud lo, kita udah gak temenan lagi?"

"Bukan zel, cuman salah satu dari mereka itu hilang dan ada juga yang sampe bunuh diri."

"Kok bisa?"

"Entah, gue juga belum tau sebabnya apa waktu itu setelah seminggu hilangnya elu, semuanya gak ada satu pun yang nimbrung di grup chat dan gak ada satupun yang mau cerita tentang masalahnya dan ternyata..."

Han menghela nafas karena tak kuat untuk mengatakannya kepada Azel.

"Ternyata apa Han?lo kalau ngomong jangan sepotong-potong." Azel berdengus sebal, padahal percakapan mereka sedang serius.

"I-iya, eh gue kebelet ntar gue lanjutin." Azel menahan kesal melihat Han yang berlari menuju kamar mandi.

"Huh, padahal gue penasaran ni anak malah ngegantung, tapi gak apa-apa lah yang penting gue udah bebas dari jeratan Ren-njun." Baru saja Azel berkata di depannya sudah ada  pegawal Renjun yang sedang melirik-lirik pengunjung di restoran.

Azel menelan saliva itu takut ketauan untungnya ada hoodie hitam dan kacamata hitam milik Han. Azel memakainya dan benar saja pengawal Renjun tak mengenalinya.

"Lo kenapa?kek orang linglung terus pake jaket sama kacamata gue lagi."

"Tadi ada anak buahnya Renjun, gue takut ketauan."

"Udah tenang aja ada gue, eh tadi sampe mana gue cerita?"

"Udah nanti aja ceritanya, kita pergi dari sini ini tempat ini itu deket sama rumahnya Renjun, gue gak mau diculik lagi."

"Oke."

Mereka berdua pun pergi dari Restoran itu karena sekarang Renjun sudah tau kalau Azel kabur tanpa sepengetahuan orang rumah tapi tak sesulit itu bagi Renjun untuk menemukan belahan jiwanya.

"Brengsek itu harus mati dan kalian harus mencarinya sampai ketemu." Amarah Renjun sangat menakutkan apalagi anak buahnya pun bergelidik ngeri.

"Ternyata kamu suka sekali bermain dengan saya sayang, lihat saja jika saya menemukanmu tidak akan bisa saya lepas." Renjun pun tersenyum sembari mengelus pisau tumpulnya itu.

#

"Sementara lo tinggal di kos-kosan milik gue, lo bilang gak mau pulang."

"Iya Han, gue gak mau pulang dengan keadaan gue yang kek begini nanti saat gue baikan gue bakalan pulang, gue trauma di sana tapi untungnya Renjun gak nyakitin lebih dari itu."

"Tenang zel ada gue."

"Gak tenang idup gue kalau banyak yang incer kek di kejar tagihan."

"Ngakak."

Tawa Han melihat Azel yang sekarang baik-baik saja tak seperti tadi dirumah Renjun yang ketakutan.

"Udah deh gak usah ketawa gue takut nih."

"Mau ditemenin?"

"Nggak, lo lebih baik pulang aja toh juga gak mungkin anak buah Renjun datang kesini."

"Siapa tau kan?"

"Nggak usah nakutin deh elu."

"Yaudah deh kalau ada apa-apa tinggal teriak ntar penghuni kosan bangun."

"Sialan."

"Biar pada tau kalau lo dalam bahaya."

"Udah gue bisa atasi sendiri, btw makasih ya udah mau menolong gue."

"Sama-sama, yaudah gue pergi ya jangan kangen, bye."

"Idih, untung bestie kalau bukan gue dah timpuk elu."

Azel masuk ke dalam kosan yang lumayan sederhana walaupun di dalamnya agak berantakan apalagi Han kadang-kadang pulang ke kosan dan kembali lagi tinggal bersama orangtuanya jadi gak sempet beresin kosannya.

Azel masuk ke dalam kamar dan melihat selembar foto yang jatuh di lantai. Azel membalik foto itu dan melihat di balik foto itu ada dia juga Renjun bersama dengan Han di sebelahnya. Seketika kepala Azel berputar dan akhirnya Azel ambruk di atas kasur.

#

"Jangan menyentuh Azel karena sekarang Azel sudah menjadi milik saya," Renjun melepaskan genggaman tangan Azel dari Han.

"Kamu tidak berhak berbicara seperti itu yang berhak menentukan adalah Azel bukan kamu," Han mulai geram akibat Renjun yang tak bisa melihat Azel dan dia bahagia.

"Siapa yang kamu pilih, zel?" Tanya Renjun.

"Maaf Renjun aku gak mau lagi sama kamu, aku memilih Han."

Han tersenyum lalu menarik tangan Azel tapi tak semudah itu saat Renjun menyodorkan pisau dan mereka ketakutan melihatnya.

Han yang takut pun akhirnya melepaskan Azel dan saat Azel ingin berlari. Lengannya tergores pisau oleh Renjun membuatnya kesakitan.

"Akhh...sakit, kamu kenapa menyakitiku?" Azel menangis kesakitan dan Renjun mengelus pipi Azel yang terkena air mata.

"Karena kamu milikku."

Tbc

Kangen gak?

Update juga hehe, jangan lupa vote and comment dan jangan jadi readrs kalau pun aku lama update itu karena aku beneran lagi sibuk, nah kalau udah gak sibuk itu aku lagi mikir ini lanjutin ceritanya gimana?takut lupa alur cerita, takutnya beda aja. Bisa dimaklumi  ya😊🙏🏻

Psychopath Teacher [Huang Renjun] जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें