37. PASSWORD

79.6K 12.7K 9K
                                    

Sea terbangun di sore hari, kepalanya terasa pusing, perutnya kosong, dan rasanya sangat mual, juga pengar. Gadis itu terduduk di atas ranjang, menekan pelipisnya yang terasa berputar.

Tiba-tiba ingatan abstrak melintas di pikirkannya. Saat ia menari di atas sofa, dibawa ke kamar oleh seseorang, dan...

"Arrrggghhhh!" Sea mengerang mengingat sesuatu yang sangat memalukan.

Sea mengendap-endap keluar kamar, ia terus menunduk sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan. Mengintip kesana kemari, memastikan tidak ada seseorang di sana.

Aman, Sea pun berlari menuruni tangga. Karena gerakan cepatnya, Sea gagal mengerem langkahnya begitu sampai di tengah tangga. Semua inti Lavegas ada di sana, kecuali Raga dan Melvin.

Sea hendak kembali ke atas, namun seseorang berceletuk. "Hp lo!"

"Shhh," Sea berdecak sambil memejamkan matanya, ia sangat malu. Bumi, tolong telan Sea sekarang juga!

Dengan langkah berat, Sea turun dan berjalan ke arah sofa yang sepertinya menjadi tempat favorite anak-anak Lavegas bercengkrama.

"Thanks," kata Sea menerima ponsel dari Oza.

"Aga yang nemuin di tempat dugem kemarin, makasihnya sama dia."

"Hm," Sea berbalik pergi, tetapi terhenti karena tidak sengaja berpapasan dengan Jay yang membawa dua kotak pizza berukuran besar.

"Mau pergi? Makan dulu, disuruh Aga!" Jay menyeret lengan Sea sehingga Sea mundur mendekati meja kaca. "Kalo nggak, kita yang bakalan diomelin sama Pak Ketu. "

Sea berdeham. "Nggak perlu, gue bisa makan di luar."

Veron mendorong bahu Sea duduk. "Makan dulu cepet gue pap buat bukti."

"Bangke, lo pikir gue apaaaaa--"

"Aeeemmm." Jay menyuapi Sea tepat saat Sea mengatakan A.

Sea berdecak, tetapi jujur saja ia memang kelaparan. Sea pun memilih menikmatinya daripada pergi dengan perut kosong.

"Cape ya abis nari nari?" Jay mengulum senyum, menahan tawa. Membuat Sea semakin malu.

"Gue pamit!" Sea berdiri, dan Veron kembali menekan bahu Sea agar kembali duduk.

"Udah! Udah! Jangan diungkit-ungkit lagi," Oza menengahi. "Salah lo juga naruh miras di botol minum."

"Iyaa tuh! Orang macam apa yang naruh miras di botol air mineral. Anak kecil aja bisa minum tuh air, bisa bahaya." Sea memprotes.

"Iya, Se. Kayak lo ya, bahaya." Veron kembali tertawa kecil.

"Udah! Udah! Aga suka marah-marah kalo anggotanya minum miras, Meng aja pernah digebukin gara-gara ngajarin anggota lain kobam."

Oza mengambil pizza dengan banyak keju. "Mungkin gara-gara itu Meng sembunyiin whisky di botol minum, bandel banget emang."

"Iya emang begitu kronologinya, tuh bocah udah boleh keluar dari rumah sakit ya betewe?"

"Hooh, nanti mau ke sini katanya, bareng Aga. Dia lagi bantuin Meng kemas-kemas barang."

Sea hanya mengangguk-angguk mendengarkan segala cerita Oza tentang Raga. Mereka pun berlanjut mengobrolkan sesuatu yang tidak Sea pahami.

Tau sendiri kan, Sea baru pertama kali bergabung dengan mereka. Rasanya aneh, tidak ada alur cerita yang sefrekuensi dengannya. Alhasil, Sea hanya menghening cipta seraya mendengarkan mereka.

Sea membuka ponselnya, menatap riwayat chat dan panggilan dari Anang. Demi apapun itu, Sea tidak pernah menyangka jika Anang akan berbuat seperti ini.

Setau Sea, dari dulu Kak Samudra sangat percaya pada pria itu. Bahkan sudah dianggap sebagai kakak sendiri. Setega itu?

RAGASEA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang