15. KUROMI KEYCHAIN

86.6K 11.6K 1.9K
                                    

"Kalau terjadi apa-apa sama gue, lo bisa jagain Sea buat gue kan, An?" tanya Samu kala itu, ketika ia duduk di atas motor sport yang terparkir di depan markas Veritas.

"Gak! Lo harus jagain dia sendiri, jadi lo ga boleh kenapa-napa, Sam. Gue nggak bisa gantiin posisi lo--"

"An," panggil Samu lagi.

"Ga bisa, Sam. Gue ga mau! Apapun yang terjadi, lo harus tetep hidup!"

Samu menarik tangan Dean dan menyerahkan kartu atm miliknya. "Hasil penjualan sabu selama ini, pinnya ultah Sea."

"Sam--"

"Gue mau tahun depan lo pindahin Sea ke sekolah lo."

"Sama lo--"

"Sama gue atau pun enggak, gue mau lo bawa Sea jauh jauh dari Veritas."

"Sam, lo malah mau deketin adek lo sama musuh lo sendiri? Apalagi Sea itu Ratunya Veritas, mereka nggak akan segampang itu nyerahin Sea--"

"Ada lo, An. Sejauh ini lo baik-baik aja jadi mata-mata di sana, gue lebih tenang kalau Sea ada sama lo."

"Resikonya tinggi, lo mau celakain adek lo?"

"Semuanya bakalan baik-baik aja kalo indentitas Sea di Veritas aman, lo bisa jagain dia, kan?"

Dean terus bergeming di depan kasir minimarket, ingatan tentang Samu tiba-tiba saja terlintas di kepalanya.

"Gue salah, An. Harusnya gue nggak masuk Veritas," Suara bergetar itu semakin terngiang di telinga Dean, rekaman Samu dengan darah di sekujur tubuhnya mulai menguasai pikiran cowok itu.

"Dan harusnya gue nggak kenal sama Bandar itu, gue makin takut bakalan bahayain Sea."

"Seratus dua puluh tujuh lima ratus," kata Mbak-Mbak Kasir yang entah sudah berapa kali terucap. "Mas?"

"Hah?" Dean tersentak. "Berapa, Mbak?"

Dean membayar nominal yang pegawai kasir itu ucapkan, lantas keluar dari minimarket dengan kantung plastik putih di tangannya.

Dean berjalan memasuki area rumah sakit, ia ijin pulang lebih awal untuk menjenguk Sea dengan alasan hubungan saudara.

Begitu sampai di koridor arah IGD, Dean melihat Raga yang berjalan sempoyongan dan ambruk di lantai.

"GA!" Dean berlari mendekati Raga, begitu juga dokter dan suster yang siaga mengangkat Raga.

***

"Pa-pa, maaf, ma-af-in, Sea. Pa ... blubug ... blubug ... Se-a janji ng-nggak akan ul-langi la-gi ... blubug ...,"

Kepala Sea terus didorong ke dalam bath tub yang dipenuhi dengan air dingin, Dipa selalu saja melampiaskan kemarahannya pada sang putri.

"Kamu tau ga itu harganya berapa?! Hah?! Dua botol udah habis sia-sia gara-gara kamu!"

Sea terus menarik diri keluar, tetapi Dipa lebih kuat untuk mendorong kepala Sea ke dalam air. Pernapasan Sea mulai dipenuhi air, tubuhnya juga semakin lemah.

Samu yang baru saja pulang sekolah kala itu sontak memukuli Dipa, meski berakhir dengan lebam dan goresan gesper di seluruh tubuhnya.

"Maafin Kakak." Samu mengangkat Sea kecil keluar dari bath tub, padahal tubuhnya sendiri juga lemah karena pukulan Dipa.

RAGASEA (END)Where stories live. Discover now