"Nggak gitu juga. Menurut gue Febi tuh jadi sensi gitu akhir-akhir ini, gue ngerasa dia tuh kayak apa, ya. Sebenernya dia tuh butuh Mbak, soalnya dia emang kayak keliatan repot bagi waktu," kata Gilang menjelaskan.

Kali ini Randu mengangguk paham. Febi memang memilih bisnis online setelah tahu kalau dirinya hamil, memang masih tahap berkembang jadi masih diurusin sendiri. Jadi ia paham betul kesibukan Febi mengurus bayi mereka dan bisnisnya, juga kepusingan Gilang yang tak tega melihat istrinya sibuk membagi waktu.

"Padahal kan maksud gue baik, Ran, biar dia nggak kecapekan juga. Mana dia itu kalau capek tuh sensian, terus ujung-ujungnya gue kena sembur juga. Bayangin deh, gue capek pulang kerja mau ketemu anak bini biar capek gue berkurang, eh, malah dijutekin, gimana nggak makin capek lo?"

Randu meringis. Meski belum pernah merasakan apa yang dirasakan oleh Gilang, setidaknya ia masih bisa membayangkan perasaan itu.

"Ya, yang sabar. Coba aja nanti diajak ngobrol lagi deh, ngajaknya ya jangan pas lagi sama-sama capek. Atau kalau nggak coba nyari orang buat bantu ngurus bisnis onlinenya, kan udah lumayan juga dari segi penjualan."

Gilang mendengus. "Halah, lo kayak nggak tahu bini gue aja."

Randu kembali meringis. Bingung juga harus memberi saran bagaimana lagi. Febi memang memiliki sifat yang sedikit keras kepala.

"Pusing kan lo? Apalagi gue."

"Ah, gue padahal ke sini tuh mau ngilangin pusing gue, eh, malah lo tambahin," balas Randu sambil berdecak, "by the way, gue haus, bro. Lo nggak ada inisiatif buat bikinin gue es jeruk atau apa gitu?" sambungnya kemudian.

Detik berikutnya, Gilang langsung mendengkus tak percaya. "Halah, sok-sokan lo. Biasanya juga baru dibukain pintu udah nyelonong masuk ke dapur ambil makan sendiri juga, sok-sokan minta dibikinin minum," cibirnya meledek.

Sontak Randu langsung terbahak sambil melempar bantal sofa ke arah Gilang. "Sialan, lo! Pinter banget ngarang cerita, jadi pengarang sekalian sono!"

"Ogah! Gaji gue masih suka nyisa buat mengidupi anak istri gue, kalau jadi pengarang juga mau buat apa ntar? Pusing ntar gue mau ngabisinnya," seloroh Gilang ikut terbahak.

Randu mendengus. "Anjir, sombong bener itu mulut, woy?"

"Sirik tanda tak mampu," balas Gilang dengan ekspresi santainya.

"Bodo. Ini tamu haus beneran, Lang. Ambilin minumlah."

Bukannya menurut, Gilang malah meraih remote televisi dan menyalakannya. Mengabaikan ucapan Randu begitu saja.

"Dasar nggak berperiketuanrumahan lo!" cibir Randu.

Ia kemudian berdiri sambil menendang sebelah kaki Gilang, sebelum akhirnya berjalan menuju dapur untuk mengambil minum sendiri.

"Lang, di kulkas ada donat. Gue ambil satu," teriak Randu sambil mengigit donat itu. Padahal sang pemilik rumah belum mengiyakan. Ia kemudian keluar dapur sambil membawa dua kaleng soda dan sepotong donat--yang kini tinggal setengah--.

"Anjir, dapet donat dari mana lo?" tanya Gilang saat mendapati Randu keluar dari dapur sambil mengunyah donat dengan topping keju di atasnya.

Gamaphobiaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن