18. MALAIKATNYA SEA

Start from the beginning
                                    

"Laut?" Panggilan itu mampu mengantarkan Sea ke dalam masa lalunya bersama Samu.

Samu, hanya dengan mengingat Samu, air matanya langsung menyeruak keluar. "Lautnya Samu?"

Di sisi lain, tangan Manda terkepal melihat itu semua. Dalam sekejap saja, Raga mendadak berubah. Hatinya mendidih, termakan api cemburu.

Manda mendekati pintu dengan penuh amarah, tangannya bergerak memutar kenop pintu, tetapi terkunci.

"RAGA!" teriak Manda sambil sesekali melihat ke jendela.

Sea yang melihat Manda di luar UKS pun langsung pura-pura sakit, sehingga Raga semakin perhatian. "Ah, aah, kaki gue sakit banget. Kayaknya kekilir."

Raga, ah tidak, dia Samudra. Cowok itu menuntun Sea duduk di brankar, lalu ia bersimpuh satu lutut di depan Sea untuk membuka sepatu Sea dan mulai memijat kaki Sea.

Manda semakin agresif menggedor pintu, tetapi Sea tidak peduli, bahkan saat Raga hendak menoleh pun Sea kembali menarik kepala Raga agar menatapnya. "Sakit."

"SEA!" sentak Manda semakin menjadi-jadi. Lalu seseorang datang dan menarik Manda untuk pergi ke kelasnya karena jam pelajaran sudah dimulai.

Kini suasana berubah hening, Sea amati Raga yang masih memijat kakinya dalam diam. Raga terlalu lembut dan peduli kali ini, setiap sentuhannya terlalu membekas, Sea dapat melihat sosok Kak Samu hanya dengan melihat gerakan cowok itu.

"Masih sakit?" tanya Raga.

Sea tidak menjawab, ia malah tenggelam ke masa masa dimana Samudra masih hidup dan selalu menjaganya.

"Ish, diem dulu jangan teriak-teriak, nggak enak kedengeran tetangga ntar dikira lagi diapain." Suara Samu mendadak terngiang.

"Sakit tau, Kak. Coba deh rasain, ini nggak cuma kekilir doang, tapi kejepit motor juga. Kak Samu sih sok-sokan mau ngajarin naik motor gede, gue tuh nggak bisa."

"Bisa," sangkal Samu disertai senyuman tulus. "Lo cuma kurang belajar aja."

Satu tetes air mata pun turun membasahi tangan Raga, Sea buru buru memalingkan wajahnya ke kanan, ia hapus jejak air matanya secepat mungkin. Sea rindu Kak Samu.

Samu menunduk merasa bersalah, ia sangat paham alasan Sea menangis. Samu akhirnya mulai mengobati luka Sea di buku-buku jari, begitu lembut, bahkan sempat meniup-niup tangan Sea agar cepat mengering.

"Kak Samudra?" Air mulai mengalir membasahi pipi Sea lagi. "Kak Samudra kan? Bukan Raga?"

Demi apapun itu, Sea bukanlah gadis yang cengeng. Tetapi semenjak kepergian Kak Samu, semua hal yang berkaitan dengan pria itu mampu mengundang air mata.

Samu tidak menjawab, ia malah beralih pada luka Sea yang lain dan menggulung lengan seragam Sea. Samu memberi pijatan kecil di sekitar luka agar rasa sakitnya tidak terlalu Sea rasakan, itu sudah menjadi kebiasaan sejak dulu.

"Jawab," pinta Sea seraya menarik tangannya dari Raga, namun Samu berhasil menahan Sea dan melanjutkan aktivitasnya.

"Gue udah hafal, Kak. Cuma Kak Samu yang kasih massage di sekitar luka sebelum ngobatin, karena Kak Samu tau dari kecil gue nggak tahan sakit."

RAGASEA (END)Where stories live. Discover now