kembali

897 95 11
                                    

"nyerah gue." Gea tertawa lebar. Ia menepuk punggung Prima dengan cukup kuat. Tentu tindakan nya itu mendapat tatapan tak suka dari prima.

"Sadar juga Lo." Prima memakan brownies yang di bawa Gea. Walau tomboi, tapi gadis itu mempunyai hobi memasak. Tak di ragukan lagi bagaimana masakan Gea. Bahkan prima sempat menyuruhnya untuk membuka toko roti, atau rumah makan.

"Kenapa nih tiba tiba sadar?" Gea menatap prima antusias.

Prima menghela nafas nya yang seketika tampak berat.

"Istrinya hamil." Jawabnya. Ia meletakkan brownies yang tadi sudah ia makan satu gigitan di piringnya.

Gea menutup mulutnya.

"Congrats deh buat si Jepri sama istrinya. Tapi, gue acungi jempol buat Lo." Prima menghela nafas lagi dan lagi.

"Sebenarnya bukan itu aja yang buat gue mundur." Prima menunduk. Ia memainkan jari tangannya seperti ingin menimang apa ia harus mengatakan ini pada sahabatnya atau tidak. Tapi, alasan terbesar ia menyerahkan karna orang itu.

Laki laki yang sempat menciumnya itu justru membuat pikiran nya bercabang. Beberapa hari terakhir ia kembali memikirkan ini.

Ada apa dengan dirinya?

Prima tak yakin ia juga menyimpan rasa padanya, namun melihatnya justru membuatnya malu. Tak ada kekesalan lagi di sana.

"Apa dong?? Cerita dong." Prima menggeleng. Ia meminum air putih dan kembali memakan brownies nya.

"Ga jadi." Gea memasamkan wajahnya.

"Lo tau ga? Tetangga gue kamaren tiba tiba ngilang gara gara ngomong setengah setengah kaya Lo. Spill the tea kek. Prima ga asik." Prima menatap datar Gea yang tampak misuh misuh. Ia bahkan memakan beberapa potongan brownies langsung membuat mulutnya mengembung.

"Lo ada nomor Haikal ga?"

Uhukkk

Tangan itu menepuk dadanya yang sesak. Gea pergi dengan cepat menuju ke kamar mandi memuntahkan brownies yang masih belum selesai ia kunyah. Mendapat kalimat yang bagi Gea sendiri mustahil prima ucapkan membuatnya seperti kejatuhan uang.

Prima menanyakan nomor laki laki??? Mustahil.

"Tumben lu??!" Teriak Gea dari kamar mandi nya. Prima tersenyum tipis. Benar benar tipis.

###

Kembali, Aya di buat tercengang. Jeffri mendadak menjadi bodyguard nya.

Karna bos nya adalah kai, dan kinerja Jeffri yang tak di ragukan lagi. Jeffri jadi seenaknya. Pria itu sering sekali meninggalkan kantor tanpa izin.

Dan sekarang, ia menjadi bodyguard Aya yang tengah memilih bahan makanan.

"Mau beli buah ga?" Tanya Jeffri. Aya melirik tempat buah buahan berada. Tampak cukup ramai. Beberapa buah sedang di diskon. Aya menggeleng.

"Rame. Aku males Jeff."

Jeffri melirik ke tempat itu dan mengangguk setuju. Ia juga akan kerepotan jika ke sana. Untuk melindungi Aya juga untuk melindungi dirinya sendiri yang mungkin akan menjadi kerumunan juga. Secara ia tampan.

"Kamu kapan balik ke kantor?"

"Nanti habis anterin kamu ke rumah. Mungkin sekalian makan di rumah." Aya mendengus. Jelas jelas ponsel itu terus terusan berbunyi.

Aya hanya takut, kai justru memecat suaminya itu yang kerja seenaknya. Bagaimana untuk biaya persalinan nyaa jika suaminya tak berkerja?

"Ga takut sama Kai?" Jeffri menggeleng. Ia tersenyum kecil menatap Aya dengan wajah tampan nya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perfect Husband|| pak boss! 2 (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang