sutradara

758 139 8
                                    

Prima hanya bisa memilin ujung kemejanya. Menatap punggung tegap di depannya dengan sedikit takut.

Ada apa sebenarnya?

"Jangan mau di suruh sama mereka lagi." Prima menatap Jeffri dengan pandangan bingung. Mereka?

"Me-"

"Iya pemain tadi sama sutradara." Jeffri menghela nafas. Ia mengacak rambut nya kasar. Wajahnya masih menampilkan gurat amarah nya.

"Saya takut kamu yang jadi korban selanjutnya." Prima tak paham

Apa sebenarnya yang tengah Jeffri bicarakan. Korban? Apanya yang korban?

"Korban apa ya pak Jeffri?" Laki laki itu menatap prima tajam tangannya ia letakan di kedua bahu prima.

"Mereka.. ga punya otak." Prima makin bingung. Apa yang tengah Jeffri bicarakan?

"Sutradara dan para pemain tadi." Ucap Jeffri cepat. Ia mengacak rambutnya kasar.

"Kenapa kai nyuruh tuh sutradara sinting sih yang megang ini?? Sial." Runtuk Jeffri berbisik. Laki laki itu memilih berjongkok tampak frustasi.

"Memang nya kenapa?" Prima ikut berjongkok di sebelah Jeffri. Laki laki itu melirik prima sebentar sebelum mengambil sedikit jarak pada prima.

"Ada beberapa staff kita yang jadi korban pelecehan sutradara itu. Dan pemain pemain tadi sering memperlakukan staff bagai pembantu. Memang ga semua pemain, tapi cuma pemain cewe tadi yang nyuruh kamu pergi ambil minuman. Gayanya udah kurang ajar. Dan ini baru ketauan waktu syuting mau selesai." Jelas Jeffri. Laki laki itu kembali mengacak rambutnya. Syuting di berhentikan sebentar, ada terjadi kesalahan dalam naskah dan Jeffri juga sudah berdiskusi dengan pembuat naskah juga sutradara. Hanya saja, sikap sutradara itu membuat Jeffri meradang, apa lagi mendengar bagaimana para pemain memperlakukan staff bagaikan pembantu.

Jeffri tak mengalami nya sendiri, namun ia mendapat laporan itu yang membuatnya tidak mood di akhir akhir ini. Tinggal beberapa scan lagi yang belum di shoot namun tampaknya Jeffri tak akan bisa kembali fokus.

"Sutradara? Bukannya dia yang kemarin buat film yang pernah dapet penghargaan kan ya?? Kenapa bisa?" Prima terkejut. Bukan apa, tapi jujur prima adalah salah satu fans dari sutradara terkenal itu. Apa sikapnya di belakang seperti ini?

"Dia udah pasti pake nama nya untuk dapetin korban. Juga, mereka buat staff hanya bisa menutup mulut mereka pake nama perusahaan kita. Kita ga bisa buat apa apa kecuali bertahan sebentar. Itu sebabnya saya mau kamu berhati hati." Prima menatap beberapa pohon di depannya.

Ngomong ngomong kawasan ini memang selalu sepi karna tepat di belakang sana hanya terdapat gudang penyimpanan. Jarang ada orang ke sini. Tapi kenapa Jeffri menariknya ke sini? Bukannya di ruangan make up saja bisa?

"Mmm pak Jeffri?" Jeffri melirik prima dengan mengangkat alisnya.

"Kenapa?" Prima menunduk kan pandangannya.

"Tumben ga telepon sama istrinya?" Laki laki itu terkekeh. Ia kembali mengecek ponselnya.

"Istri saya kayanya lagi sibuk, dari tadi di telpon in bilangnya lagi ga bisa ngangkat. Mungkin sibuk." Prima mengangguk.

"Ga- ga takut istri pak Jeffri selingkuh?" Jeffri menatap prima dengan padangan tak suka. Oke prima salah bicara. Namun tak lama Jeffri melembutkan tatapan nya dan menatap pepohonan di depannya. Posisi laki laki itu sudah duduk dengan kaki menyilang.

"Aya selingkuh? Kaya nya ngga, di sana soalnya ada bodyguard yang siap jagain hati Aya." Lagi, Jeffri terlihat begitu menyayangi Aya. Dari tatapan matanya hingga senyuman nya yang tampak mengembang membuat prima menundukkan kepalanya.

Perfect Husband|| pak boss! 2 (HIATUS)Where stories live. Discover now