jadi ikut?

1K 156 11
                                    

Aya hanya diam menatap suami nya yang mondar mandir tepat di depannya. Laki laki itu tampak bimbang ingin meninggalkan istri nya atau tidak. Padahal Aya biasa saja, ia juga paham.

"Ay, serius ga papa?" Aya terkekeh. Setengah tubuhnya sudah terbalut selimut. Mereka tengah bersiap untuk tidur, namun laki laki itu malah mondar mandir panik saat besok pagi ia harus pergi cepat menuju kantor.

"Kamu panik banget sih.. aku ga papa sayang."ucap Aya dengan senyum manis nya.

Jeffri mendekat ia duduk di sebelah Aya dan menggenggam tangan wanita yang ia cintai itu dengan erat. Menatap wajah cantik istri nya itu dengan lekat.

"Aku yang ga bisa ninggalin kamu." Aya memejamkan mata nya kesal. Kenapa Jeffri selebay ini? Ia tak kenapa Napa di tinggal sendiri, lagi pula ada Rio.

"Aku ga papa Jeff.. lagian ada Rio yang jagain aku. Inget kata dia tadi?" Jeffri terdiam menunduk dengan tangan yang memainkan jari lentik Aya. Sungguh seperti anak kecil. Justru Aya merasa Jeffri lah yang bocah, sedangkan Rio menjadi sosok yang dewasa dan mandiri.

"Aku bakal jagain bunda, papah tenang aja." Ucap Jeffri mengikuti ucapan Rio tadi saat mereka tengah menonton televisi bersama.

"Nah kan? Rio udah janji buat jagain aku. Jadi jangan panik lagi yaa, aku ga papa kok." Laki laki itu mempout kan bibirnya menatap Aya sedih yang jelas di buat buat oleh laki laki itu.

"Tapi kita teleponan 24/7 yaa." Jeffri benar benar seperti anak kecil. Aya terkekeh, ia mengangguk.

"Iya sayangnya akuu." Suaminya itu tersenyum. Ia memeluk tubuh istrinya erat. Aya menyenderkan kepalanya di bahu kanan Jeffri. Tangan laki laki itu memeluk erat tubuh istrinya seakan tak ini terpisah walau sedetik pun.

Mereka dalam posisi setengah tidur.

"Janji?" Aya menatap Jeffri dengan wajah jengah nya.

"Y." Jawab nya singkat. Mendengar jawaban jengah Aya membuat nya terkekeh. Di cium nya pucuk kepala Aya lembut dan berakhir menyenderkan dagunya di pucuk kepala Aya.

"Udah tidur Jeff, udah malem besok kamu harus berangkat awal." Jeffri pun mengangguk. Mereka membetulkan posisi tidurnya. Namun dengan cepat laki laki itu menarik Aya menuju ke pelukannya. Sebenarnya Jeffri juga takut jika ia jauh dari Aya, ia tak akan bisa tidur. Soalnya Aya itu seperti obat tidur bagi Jeffri. Selama menikah kegiatan ini selalu ia lakukan sebelum tidur. Dan ya, Jeffri merasa lebih segar di paginya Karna tidur yang nyenyak.

"Good night sweetie." Ucap lirih Jeffri sebelum menutup matanya untuk menuju alam mimpi.

"Selamat tidur pangeran." Balas Aya. Wajah laki laki itu benar benar seperti pangeran tampan baik Hati. Ya Aya rada takut juga suaminya ini menjadi incaran perempuan haus cinta. Jeffri ini orangnya seperti baik baik bego. Kadang kebaikan nya malah sering di manfaatkan. Aya hanya takut, keterbukaan Jeffri ini membuat nya menjauh dari Aya.

###

Pagi ini suasana tampak ramai. Aya menatap keramaian dimana teman teman suaminya tengah berkumpul. Memang Aya lah yang mengantar Jeffri menuju kantor karna laki laki itu akan menggunakan bis beramai staff produksi lainnya.

Jeffri tengah mengecek perlengkapan. Aya bersender dengan tangan yang ia lipat karna dingin udara pagi. Langit masih tampak gelap namun kantor justru sudah ramai.

"Udah di bawa semua." Celetuk Jeffri. Selesai mengecek barang barang nya. Dari mulai berkas kantor hingga tas berisikan baju.

"Beneran ga ada yang ketinggalan?" Tanya Aya menghadap Jeffri yang tengah menggendong tas nya. Aya terkekeh, ia merasa seperti seorang ibu yang mengantarkan anaknya ke pariwisata sekolah.

Jeffri mengangguk, laki laki itu mengelus pipi Aya yang dingin karna udara pagi. Tangan laki laki itu begitu hangat. Aya benar benar akan merindukan suaminya ini.

"Rio papah pergi dulu ya." Ucapnya pada Rio yang masih tampak setengah sadar di bangku penumpang. Bocah itu mengangkat kepalanya. Mengucek mata nya sebentar sebelum berniat turun yang sontak langsung di tahan oleh Jeffri.

"Jangan keluar, di sini dingin." Rio tak perduli ia tetap turun dan menyuruh Jeffri menggendongnya.

Jeffri terkekeh saat bocah itu memeluk lehernya erat.

"Jangan nakal ya, jagain bunda buat seminggu ke depan." Nasehat Jeffri. Aya tersenyum dan mengelus punggung Rio lembut.

"Janji jagoannya papah?" Bocah itu kembali mengangguk. Jeffri terkekeh di ciumnya pipi bocah yang sudah makin bertumbuh menjadi remaja itu.

Jeffri menurunkan tubuh yang sudah cukup tinggi.

Jelas kegiatan keluarga bahagia itu jelas menjadi tontonan teman teman kantor Jeffri. Mereka merasa nyesek dan rasanya ingin menggulung dunia ini karena masih subuh begini sudah di suguhi keuwuan dari pasangan suami istri itu.

"Pak Jeff ternyata orangnya soft banget." Bisik salah satu karyawan yang sontak mendapat persetujuan dari anak anak lainnya.

Prima menatap lekat keluarga bahagia itu. Ia memang akan ikut ke lokasi syuting, namun hanya mengunjungi tak ikut dalam proses produksi.

"Prim, Lo bisa bawain ini ga?" Tanya Fira yang tengah membawa kotak berisikan make up. Prima hanya mengangguk, ia mengambil alih kotak putih itu yang jika prima boleh jujur ini benar benar Berat. Bahkan prima harus sesekali membenarkan kembali posisi kotak itu yang ingin terjatuh.

"Baik semuanya!" Teriak Jeffri di depan sana. Ia berdiri bersama mba Lina. Beberapa orang tak lagi berbicara dan memperhatikan Jeffri yang ingin memberikan penjelasan.

"Baik, untuk anak kantor yang hanya mengantar perlengkapan juga hanya survei tempat silahkan kalian berada di mini bus nomor 2" ucapnya sambil menunjuk mobil itu dengan tangannya.

"Yang ikut sama tim produksi silahkan masuk ke bis yang pertama." Ucapnya lagi.

Mereka semua pun berseru paham. Prima ingin ke mini bus 2 karna ia memang tak ikut menjadi tim produksi. Ia hanya menjadi pembantu dalam membawa barang keperluan syuting dan juga survei tempat bersama beberapa teman kantornya.

Saat satu kakinya sudah masuk ke dalam mini bus itu, seseorang memanggil nya.

"Lo ngapain ke sini?" Tanya nya heran. Prima mengerutkan keningnya bingung.

"Emangnya di mana?" Tanya prima bingung. Fira menghela nafas. Ia melirik jam nya. Dan dengan cepat menarik lengan prima untuk menuju ke bis yang tampak sudah sepi.

Fira memasukan kotak make up itu menuju ke bagasi bis dan kembali menarik tangan prima menuju ke dalam bis.

"Kak, tapi saya ga jadi tim produksi." Fira tak ingin mendengarkan. Ia memaksa prima untuk cepat duduk di bangku bis tepat di sebelah Fira.

"Diem, ntar kalo ketauan mba Lina mampus gue. Lagian ada satu orang yang ga bisa ikut tapi gue tutupin, jadinya buat nutup itu, gue ambil Lo." Prima menatap tak percaya pada Fira. Memang Fira terkenal karyawan yang bodo amat, namun prima tak tau Fira se sembrono ini.

Prima menatap ke bangku yang tak jauh dari nya. Jeffri tengah berbicara dengan salah satu karyawan laki laki, mereka seperti bercerita banyak hal hingga membuat Jeffri tersenyum.

Jujur melihat laki laki itu untuk sekarang entahlah rasanya sakit. Ia sulit mengartikan perasaan nya sekarang.

Prima hanya ingin tenang.

###

Duh si prima jadi ikut tuhhh 😭👍

Waww apakah ada konflik baru nanti uuwwawww

Jan bosen bosen yaaa lopeyuuu
Staysafe semuaa

Perfect Husband|| pak boss! 2 (HIATUS)Where stories live. Discover now