✧✧ ❝𝑮𝒊𝒈𝒊𝒕 𝒂𝒌𝒖.❞
Five tidak menjawab, tapi dia tetap menatap tajam ke arahku.
Seringai tersungging di bibirnya yang tipis saat meja-meja berputar. Membuatku menjadi orang yang mundur dalam kekalahan saat dia beringsut mendekat lagi.
❝𝑶𝒉, 𝒂...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Y/N) HARGREEVES
"KAU TAHU APA? Kamu benar... Sukses buat Vanya, Allison." Dorongan penuh mengotori otakku, perintah yang tidak boleh aku ikuti. Aku tiba-tiba kehilangan minat untuk pergi bersamanya. Aku merasa tidak peduli lagi.
"Tetap aman, (Y/N)." Anehnya, dia menarikku ke dalam pelukan erat dan menanamkan ciuman di atas kepalaku, hampir terlihat menyesal. "Maaf..." Dia bergumam sebelum dengan lembut mendorongku menjauh dan mengucapkan selamat tinggal. "Kau tetap aman juga, sis."
"Bagus, sekarang aku harus tinggal di rumah yang lumpuh ini." Ya, aku tahu itu satu blok persegi. Empat puluh dua kamar tidur, sembilan belas kamar mandi rumah. Kenapa aku mengeluh?
Aku sudah masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri terutama kakiku yang masih berbau air caca yang gagal aku lakukan sebelumnya ketika kami tiba kembali ke timeline kami. Memikirkan semua yang telah terjadi, hari ini begitu aneh sehingga pikiranku bahkan tidak bisa menerima semuanya, dalam satu tarikan nafas.
Aku terkejut bagaimana Five dapat dengan mudah menelan semuanya seolah-olah itu bukan apa-apa baginya.
Dengan komisi, apocalypse tetapi jauh di dalam matanya, dia gila. Maksudku, dia jatuh cinta pada manekin.
Sambil mengenakan satu set seragam baru, aku menuju kamar Five untuk memeriksanya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Oh... Dia masih tidur." Kegembiraan dalam nada ku segera pergi begitu aku melihat Five yang masih beristirahat.
Dan dengan perubahan ini, aku mengambil kesempatan untuk mengintip barang-barangnya. Tidak ada hal aneh yang dia sembunyikan. Sejak mainan dan buku catatan itu dia tinggalkan. Aku membuka satu buku catatan acak yang tampak familier. Ini adalah tulisan tangan ku. Ini adalah persamaan kami.
Aku menatap kagum saat melihat tulisan tangan jelek kami terukir di buku catatan. Ini adalah 'P.B.S', hal yang kami sebut teori persamaan kami. Aku membalik halaman dan setengahnya kosong. Kami bahkan tidak pernah menyelesaikannya sejak Five pergi.
Aku menemukan diri ku di halaman terakhir. Kata-kata yang tertulis di belakang membuat tetesan air mata.
