🐞12🐞

118 14 1
                                    

Marinette membuka manik birunya untuk cahaya pagi yang menembus gorden istana dan Tikki. Plagg menguap lebar di dalam gelas kaca, dan, rambut pirang menggelitik sisi telinga kiri gadis itu. Dia menoleh dan wajahnya memerah sempurna menemukan Adrien Agreste mendengkur tepat di sebelah.

"Yang mulia?"

"Akh!"

Brukk... Brakk...

"Ouch!"

Seorang maid masuk dan tiba-tiba memanggilnya. Marinette yang kaget refleks menendang Adrien keluar ranjang, dan, pria itu sukses terpentok kaki meja. Pria dengan piyama acak-acakan dan rambut pirang berantakkan itu langsung memberi deathglare pada sang tersangka utama. Wanita berseragam pelayan istana dengan setumpuk handuk baru yang kini mulai mengigil ketakutan.

"Berapa kali kubilang ketuk pintu dulu sebelum masuk ke ruanganku?!"

"Yang mulia, tapi anda tidak.."

"Kalau aku tidak menyahut artinya kau tidak boleh masuk!"

Adrien meringis dengan benjolan di jidat indahnya, sang maid langsung tersungkur meminta ampun. Dua penjaga istana datang memburu. Membawa pergi wanita itu dengan cara menggusurnya kasar. Marinette yang tidak biasa dengan adegan seperti itu di pagi hari menyembunyikan diri di balik selimut. Mungkin sekarang giliran sang ekstra, besok atau sebentar lagi kemungkinan dia yang ada di posisi itu.

Karena gadis itu yang barusan memberikan tendangan maut. Plus label villainess yang diberikan sang pengarang novel, M. Anchiel pada lady Marinette de la Agreste.

Istana kerajaan Liberte de Athanasius konon katanya memiliki telinga di setiap dindingnya. Tak heran memang, kesampingkan para kesatria bayangan di langit-langit dan para assasin yang tak terlihat, maid dan butler berkeliaran seperti berkamuflase ketika bertugas. Bahkan maid dengan sapu dan lap juga memiliki mulut dan telinga. Gossip dan rumor dari dalam istana lebih cepat bertukar antar istana putra mahkota, pangeran pertama, putri mahkota, para petugas sipil pembantu raja, ratu, sampai menembus telinga raja.

"Tahu tidak, aku melihat Daphne Syr yang direkomendasikan Count wilayah Rossi diseret ke penjara karena membangunkan yang mulia putra mahkota."

"Masalahnya putri mahkota juga sedang tidur di sana.."

Itu adalah yang keluar dari narasumber pertama, maid yang membersihkan guci lima kaki dekat tempat kejadian. Di istana putra mahkota. Seseorang yang mendengarnya dari istana lain berkumpul, membicarakannya lagi pada teman senasib yang mereka temui. "Kau sudah dengar?"

"Dengar kalau maid dari wilayah Count Rossi dipenjara?"

"Bukan, yang mulia putra mahkota tidur sekamar dengan putri mahkota tadi malam!"

Gundukkan maid tersebut memblushing ria. Sambil menambahkan beberapa detail di dalam ceritanya, sekumpulan butler yang membawa pasokan kertas dan tinta dalam gerobak ikut serta. Menyebar lagi seperti wabah.

"Kudengar dari para gadis di jemuran, putra mahkota dan putri mahkota melakukan **** dan **** kemudian beliau *****..."

"Oh, astaga! Padahal mereka belum menikah!"

"Dasar perjaka polos, bahkan sepasang kekasih di ibukota biasa melakukan **** kenapa putra mahkota tidak bisa melakukan **** atau ***** dan ****** pada tunangannya sendiri?"

Kebetulan saja, dua penjaga yang bertukar rumor evolusi paling akhir itu berdiri di suatu tempat di sekitar istana raja. Walau mereka berbisik-bisik, kalau raja Gabriel posisinya sekitar satu meter setengah, lewat didekat mereka tentu saja beliau dengar.

Singkatnya duke dan duchess Dupain Cheng dipanggil ke istana menggunakan surat darurat. Tepat di waktu makan malam di istana raja. Ruang singgasana yang biasanya dipakai untuk urusan diplomasi dan rapat negara, dengan putra mahkota Adrien dan tunangannya, Lady Marinette. Menunduk seperti tersangka pelaku kejahatan. Raja yang lelah dengan urusan negara hari itu duduk lemas sambil mengurut pelipisnya.

Under the Same UmbrellaWhere stories live. Discover now