🐈‍⬛9🐈‍⬛

112 16 3
                                    

"Sialan!"

Brakk..

Seluruh kosmetik dalam wadah kristal berserakan sementara isinya mengotori karpet bulu beruang. Gaun-gaun mewah dengan pita, frill, bunga kain, serta aksesori dari berbagai permata mewah berbagai bentuk dan jenis berhamburan. Kamar luas dengan berbagai funiture mahal dan aroma semerbak itu terlihat seperti kapal pecah.

"Kenapa harus Marinette Dupain Cheng yang merampas semuanya, kenapa?!"

Prang!

Cermin besar itu kini punya retakkan di kanan-kiri. Sebuah vas mahal hancur sekali lempar. "Adrien milikku seorang! Kekasihku!"

"Lady Lila, mohon kendalikan diri anda.."

Plakk!

"Maid rendahan sepertimu berani-beraninya menasehatiku. Aku, calon putri mahkota de Liberte Athanasius! Kau harus memanggilku yang mulia, makhluk rendah!"

Lila dengan chemise transparant dan rambut dikepang dua di samping menampar dan menjambak maid pribadinya. Gadis malang itu hanya bisa menangis dan pasrah meski darah telah mengalir dari dahinya yang tergores kuku tajam sang majikan. "Maafkan aku, maafkan aku yang mulia!" Cicitnya.

"Aku akan membuat perhitungan dengan jalang bermata biru itu dan mengambil apa yang seharusnya milikku, hahahaha!"

Tawa jahat dari salah satu kamar di istana mewah bekas tempat tinggal keluarga Graham de Vanilli yang kini dihuni keluarga Count Rossi menggaung saking luasnya tempat itu. Wilayah Count yang awalnya meliputi sekumpulan pedesaan tertinggal kini berubah menjadi sekumpulan kota besar menyaingi wilayah-wilayah kekuasaan seorang duke setelah mereka berhasil menggulingkan dan mengambil alih wilayah Vanilly ducy.

Mereka melakukan trik kotor sebenarnya, mengadu domba pihak kerajaan dengan keluarga duke saat masa-masa tirani raja saat raja yang sekarang menjadi putra mahkota. Count Robbie menyingkirkan ayah dari raja Gabriel setelah semua itu dan mengganti wilayah Graham de Vanilly menjadi wilayah Rossi.

Semua yang bersangkutan dengan kejadian hari itu mereka bantai dengan sadis dan rapi sehingga pihak pengadilan agung tidak menemukan bukti apapun. Bahkan ratu Emillie.

***

Adrien Agreste menemukan dirinya terbangun disaat matahari masih muncul dengan malu-malu. Burung kenari berkicau di atap istana kerajaan de Liberte Athanasius bersaing dengan suara sikat para pelayan tugas pagi. Pria itu pergi untuk panggilan alam dan mandi seadanya. Terkadang dia lupa kalau sekarang pakaian di lemarinya harus dipakai dengan bantuan orang lain.

Ya, ayahnya akan murka jika penjahit memasang kancing di bagian punggung untuk pakaian pria bernama kemeja. Seandainya dia di Paris. Saat-saat seperti ini dia jadi merindukan kaos hitam lima garis horizontal dan kemeja putih membosankan yang selalu dia pakai.

Jean's juga.

"Seseorang diluar?"

Adrien menemukan seorang pengawal bayangan yang ketiduran di langit-langit dekat tangga. "Ah kau, turun sebentar!"

"Hah.. wah.. aw!"

Pria itu turun dengan debaman besar.  Adrien bersimpati dengan orang itu tapi dia bilang tidak apa-apa. Jadi putra mahkota menyuruhnya membantu berpakaian karena dia tidak menemukan maid atau butler berkeliaran di sekitar situ.

Adrien mengenakan kemeja bersulam emas dengan vest biru tua dan celana licin senada. Dia hanya melilitkan handuk di kepala dan mulai merampingkan tumpukkan dokumen pekerjaan negara sebelum sarapan.

"Hoaamh..."

Tepat sebelum dia kelar, kwami berbentuk anak kucing hitam membuka mata. "Baru bangun aku langsung melihat adegan membosankan darimu.."

Under the Same UmbrellaOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz