32. Restoran Ayam Geprek

95 18 5
                                    

Hilir angin menyejukkan sore itu, kami berada di toko bakery and coffee milik Trisha karena ajakan Arsen, entah sejak kapan ia merasa begitu akrab sampai mengajak aku dan sahabatku nongkrong.

"ini yang ngajak mana sih lama banget."

"awas aja tu orang ngerjain, gue siram pake wak doyok satu badan, biar jadi simpanse." kata Lidya membuatku bergidik ngeri membayangkannya.

Terlihat Putra dan Ell yang sudah tiba, Jovita mulai kebingungan dibuatnya.

"ini ada apa sih, sok supris banget."

Ell dalam diam sudah berada di sampingku, aku yang sadar akan itu menoleh kesamping melihat nya tersenyum.

"masuk aja yuk, mending makan daripada nunggu tu orang."

Semuanya mulai duduk di bangku masing-masing, Ell dengan cepat menarik bangku yang akan Maddi duduki, "gue duluan" kata Ell yang sudah menempatkan diri di kursi itu.

"ga nyari masalah, hidup lu ga tenang ya?" Maddi mau tak mau duduk disebelah Putra dengan canggung.

Dia datang dari pintu dengan kaus hitam, celana abu-abu Aswangga, "eh ehh cepet amat ni everybody."

Putra melihat Arsen sinis, "lu aja yang lelet, Juna mana?"

"katanya mau memperingati hari kematian bundanya,"

"loh bunda Juna udah ga ada?" tanya Lidya.

Arsen mengangguk, lalu bergabung bersama yang lain, "udah dari dia SMP kalau ga salah."

"jadi gini,"

Semua mata tertuju pada Arsen, menunggu kata selanjutnya yang akan ia lontarkan.

"iya gausah diliatin gitu kaya di introgasi gua elah."

"cepat, lama banget, buang waktu gue" Maddi mendengus mendengar Arsen kebanyakan protes.

Arsen memberikan masing-masing undangan, "datang, kalau ga? pertemanan kita sampai disini."

"anniversary party?" tanya Jovita sambil membaca undangan di tangannya.

Arsen mengangguk lagi, "yakin ngundang kita?" tanya Maddi.

"kalau berkenan" jawabnya sok bijak, "tadi lu katanya putus pertemanan, sekarang kalau berkenan."

"iya datang makanya, banyak nanya, gue bahkan ngundang temen SMP, SD, temen Tk gue loscont jadi ga gue undang."

"ini yang pesta bokap lu atau lu?" tanya Ell.

"iya tau sendiri bokap gue, ngasi undangan ke gue ga nanggung-nanggung pake bilang gini,"

"undang aja siapa yang kamu mau, pokoknya undangannya harus habis." kata Arsen meniru cara bicara Ayahnya.

Aku tertawa mendengarnya, keluarga Arsen sangat unik.

Ell melirik ke arahku, "untung gue punya gandengan, ga jomblo-jomblo banget."

"lah udah?" tanya Arsen.

"biasa halu." kata Putra merusak suasana.

"tenang aja, otw."

"Juna datang ga?" tanya Lidya.

"ngapain nanya-nanya Juna?" sewot Arsen.

"ya nanya aja, kenapa emang? Kalau gada Juna gabisa cuci mata gue." jujur Lidya, Juna memang bunga diantara lebah berduri seperti Arsen menurut Lidya.

"disini juga pada cakep."

"denger ya Sen, Ell itu punya Thea, Putra punya Maddi, mana bisa cuci mata sama punya sahabat sendiri." Maddi mencubit pinggang Lidya mendengar asumsinya.

[✓] Teruntuk, Ell BaresWhere stories live. Discover now